"Habisnya kamu tidak mau membawa saya pergi ke tempat Annabela. Please sayang bawa saya kesana ya, aku janji akan minta izin sama papa. Pasti Papa mengizinkan kita"
"Sayang jika kamu minta izin sama Papa, takutnya nanti papa mempunyai pikiran macam-macam sama saya. Bagaimana nanti kalau Papa bilang saya tidak mempunyai tanggung jawab dan suka mengabaikan tugas"
Stella teridiam memikirkan kata-kata Axton "Kamu benar Juga sayang, ya sudah aku tidak akan meminta kamu pergi hari ini" Lanjut Stella.
"Bagus kalau begitu"
Axton dengan santai melanjutkan perjalanannya, mereka akan pergi ke kantor hari ini. Tumben banget Stella di minta untuk menemani Axton, kebiasaan Axton selalu didampingi oleh orang kepercayaannya.
Sedangkan Annabela menepuk-nepuk Dadanya yang terasa sesak, ia benar-benar sangat kecewa, semudah itu Axton meninggalkan dirinya pergi, semudah itu Axton berpaling bersama wanita lain.
Yang paling membuat Annabela benci sama Axton, dia pergi begitu saja Tanpa menjelaskan sepatah kata. Kini Annabela sudah melihat dengan kedua bola matanya sendiri, kalau laki-laki yang selama ini ia percayai sudah berubah.
Pandangan Annabela menjadi gelap, ia mengepal tinjunya dengan kuat. Terlihat jelas dari ekspresi Annabela kalau dirinya benar-benar menyimpan seribu dendam kepada Axton.
Ia tidak Terima jika cintanya yang selama ini tulus, di khianati begitu saja. Belum juga ia teringat tentang hinaan dari keluarganya sendiri, karena ia tidak jadi lamaran malam itu.
"Ternyata kamu sekarang sudah bahagia bersama wanita pilihan kamu Axton, Jujur aku tidak pernah menyangka laki-laki yang selama ini aku kenal baik bisa berubah menjadi iblis cinta. Kamu benar-benar tega Axton, membuat hatiku terluka. Padahal kamu dulu selalu berjanji sama diriku kalau kamu akan menjaga diri ini sampai maut memisahkan kita. Ternyata semua janji yang kamu ucapkan itu busuk. Hanya sekedar omongan saja"Batin Annabela sambil tersenyum kecut.
Setelah sekian lama Annabela mencari tahu tentang Axton, ia sudah menemukan alasannya. Annabela kembali bangkit dan melanjutkan perjalanannya pulang ke kos.
Malam hari.
Annabela yang sedang duduk termenung sambil melihat awan yang berlalu begitu saja. Tatapannya seperti kosong, melihat temannya melamun membuat Reni tidak berani menganggu Annabela. Karena Reni ingin membiarkan Annabela tenang.
"Sebaiknya aku membuatkan teh hangat untuk Annabela, Kasihan sekali dia. Aku bahkan tidak tahu apa yang ada didalam pikirannya saat ini. Semoga saja Annabela baik-baik saja" Gumam Reni yang sedang berdiri di pintu. Setelah itu ia kembali ke dapur untuk memasak air.
Tiba-tiba handphone Annabela berdering, ia terkejut sama getaran handphonenya. Annabela melihat kontak baru tidak ada namanya. Ia mengabaikan panggilan dengan cara menyingkirkan handphonenya. Bagi Annabela itu sama sekali tidak penting.
Lagi-lagi handphonenya kembali berdering beberapa kali, tetapi Annabela tetap tidak mau menjawab panggilan tersebut. Karena ia tidak akan pernah mau menjawab nomor orang asing.
"Annabela sebaiknya kamu minum teh hangat ini" Ucap Reni sambil menyodorkan satu gelas teh yang berukuran sedang.
Annabela menoleh sambil tersenyum tipis "Terimakasih Reni, kamu ini memang baik sekali" Puji Annabela sambil mengambil teh hangat itu.
"Sama-sama!! Kalau begitu aku masuk ke dalam dulu" Ucap Reni.
Annabela tersenyum tipis sambil mengangguk. Tetapi Reni merasa berisik mendengar handphone Annabela yang sedari tadi berbunyi terus. Ia tidak jadi melanjutkan langkahnya, Reni menoleh dan Menegur Annabela.
"Kenapa kamu tidak menjawabnya? siapa tahu ada hal yang penting" Ucap Reni dengan pelan.
"Oh itu!! Ya nanti juga aku menjawabnya, ya sudah sebaiknya kamu masuk istirahat duluan. Kasihan tubuh kamu, seharian sudah capek bekerja" Jawab Annabela.
"Ya sudah aku masuk kalau begitu" kali ini Reni benar-benar masuk, ia juga memang butuh istirahat karena besok pagi ia harus kembali beraktivitas lagi.
Sedangkan Brandon merasa gelisah, kenapa Annabela tidak mau menjawab panggilannya. Ini baru pertama kalinya dirinya menghubungi orang duluan dan ini baru pertama kalinya Brandon merasa gelisah menunggu panggilannya untuk di jawab.
Brandon terlihat sangat kesal, ia bahkan menganggap Annabela itu gadis yang tidak waras "Gadis ini benar-benar" Gumam Brandon.
Ia mencoba untuk menghubungi Annabela lagi. Menunggu beberapa menit panggilan yang ia buat ternyata di jawab oleh Annabela.
📞"Halo!!"
Mendengar suara Annabela yang terdengar sangat lembut membuat Brandon tersenyum bahagia, ia bahkan terlihat seperti bocah kecil.
Karena Barandon tidak menjawab akhirnya Annabela menutup telponnya "Dasar orang Aneh" Gumam Annabela.
Sedangkan Brandon baru saja mau berbicara, Setelah dia melihat telponnya mati wajah Brandon langsung redup seperti kobaran api yang di siram oleh air dingin.
"Arghhh ... Sial!! Kenapa gadis ini cuek sekali? Aku akan mencari tahu tentang gadis ini, lihat saja aku akan membuat dia bertekuk lutut di hadapanku dan aku akan membuat dia mengemis cinta kepada diriku" Gumam Brandon dengan rasa percaya diri.
Siapapun itu jika dia sudah mengalami yang namanya patah hati, ia tidak akan mudah untuk jatuh cinta lagi. Bahkan ia akan cuek kepada siapapun, termasuk kepada orang yang mencoba untuk merayu dirinya.
Tepat pukul 02.00 malam.
Brandon belum bisa tidur, ia masih melihat map cokelat yang ia pungut tadi. Brandon mengeluarkan foto Annabela yang berukuran 4x6, Brandon menatap foto Annabela membayangkan seolah-olah Annabela berada disampingnya.
Tiba-tiba Tuan Carlos mengetuk pintu kamar Brandon "Apakah kamu sudah tidur?" Tanya Tuan Carlos dari luar.
"Belum kakek" Jawab Brandon dengan Santai, ia menyembunyikan foto Annabela didalam dompetnya.
Setelah itu ia beranjak untuk membuka pintu "Ada apa kakek?" Tanya Brandon.
"Sebaiknya kita duduk dulu" Jawab kakeknya sambil berjalan memuji ke arah ranjang Brandon.
Setelah duduk, Tuan Carlos meletakkan tongkat andalannya. Ia kemudian mulai berbicara serius, sedangkan perasaan Brandon sudah tidak nyaman, ia tidak mau mendengar kakeknya membahas tentang masalah pernikahan lagi.
"Brandon!!"
"Ya Kakek"
"Maafkan Kakek jika selama ini kakek terlalu keras dalam mendidik kamu. Karena Kakek ingin kamu itu menjadi anak yang disiplin. Kakek menyadari dampaknya sekarang, kenapa kamu sampai sekarang ini belum menikah. Itu karena kesalahan Kakek. Selama ini Kakek hanya menyuruh kamu fokus dan fokus masalah karier" Ucap Tuan Carlos dengan Serius.
Sepertinya Tuan Carlos sudah lama merenungi masalah ini, tetapi ia hanya mempunyai kesempatan sekarang untuk menyampaikan kepada Brandon.
Mendengar pengakuan kakeknya membuat Brandon tersentuh, ia bahkan sama sekali tidak membenci kakeknya. Justru barandon sangat bersyukur Karena kakeknya mendidik dirinya sendiri dengan sangat baik.
"Brandon!! Kakek berharap kamu tidak akan membenci Kakek" Lanjut Tuan Carlos dengan ekspresi sedih, tidak biasanya Tuan Carlos berbicara serius seperti ini.
Biasanya Tuan Carlos marah-marah tidak jelas dan memukul pantat Brandon menggunakan tongkat andalannya.