Melihat jam dinding yang terus saja berputar, waktu sudah semakin larut. Sedangkan Tuan Dalton sudah tidur terlelap dari tadi. Ia tidak tahu kalau putrinya dan menantunya ribut. Karena selama ini Tuan Dalton tidak pernah mendengar keluh kesah Stella tentang Axton, ia tidak pernah menceritakan kejadian yang sebenarnya.
Mungkin karena Stella tidak mau membuat ayahnya kecewa, sehingga dia lebih baik menyimpan masalahnya sendirian.
Stella pergi ke halaman belakang, ia menyendiri di sana meratapi nasibnya. Stella kembali menyeka air matanya yang tiada henti bercucuran. Hidungnya mendengus sedari tadi, mengeluarkan cairan bening.
Sakitnya hati seorang istri yang tidak pernah mau di sentuh oleh suaminya sendiri. Sakitnya sampai ke lubuk hatinya yang paling dalam, benar-benar seperti diiris-iris. Dada Stella merasa sesak, berkali-kali ia menepuk-nepuk dadanya agar dirinya bisa bernapas dengan lega. Semakin ia berusaha untuk membuat dirinya tenang, semakin tidak bisa.
Stella mendongak ke atas langit, menatap sang bintang yang jauh di atas sana menyinari dengan cahaya yang tidak terlalu terang. Bintang memang terlihat indah, tetapi ia tidak terlalu istimewa karena ia memiliki teman yang banyak.
Jauh berbeda sama sang rembulan, ia bersinar sendirian menyinari bumi. Ia terlihat sangat istimewa dimata semua ia yang memandangnya dari kejauhan. Melihat hal itu Stella tersenyum pahit, bahkan didalam hatinya ia berpikir ingin menjadi sang rembulan. Tetapi itu semua tidak mungkin karena ia terlahir sebagai Stella, anak dari Tuan Dalton.
Hembusan angin di malam hari membuat tubuh Stella menikmati dinginnya malam. Ia bahkan sama sekali tidak mengigil.
"Apakah aku sangat menjijikkan sehingga Axton selalu saja menghindar?" Batin Stella yang teru bertanya-tanya.
Wajar jika Stella berpikiran seperti itu, karena kenyataan hidupnya terlalu pahit. Di dalam bayangan Stella, jika ia menikah sama Axton ia akan hidup bahagia. Ternyata semua itu terbalik, Axton memiliki sifat yang sangat menjijikkan.
Sedangkan Axton masih didalam kamarnya, ia marah sama dirinya sendiri. Axton sebenarnya merasa bersalah karena ia sudah membuat istrinya kecewa berkali-kali.
Axton bahkan memukul dirinya sendiri, ia hampir membuat tangannya terluka "Maafkan aku Stella!!" Batin Axton sambil meremas-remas tangannya dengan keras.
Tidak ada artinya Axton minta maaf berulang kali, karena ujung-ujungnya ia pasti akan mengulang hal yang sama lagi.
Beberapa menit kemudian Axton masih menunggu Stella didalam kamarnya, ia berpikir kalau Stella akan masuk, tetapi sampai sekarang tidak ada bayangan Stella. Axton menjadi khawatir, ia kemudian keluar mencari keberadaan Stella.
"Dimana Stella?" Ucap Axton sambil menengok ke arah Kanan dan ke arah kiri. Ia tidak melihat siapa-siapa, yang ada hanya pengawal Tuan Dalton sedang berjaga di halaman rumah tepat didepan pintu luar.
"Ada apa Tuan?" Tanya penjaga rumah.
Axton menghelai napas panjangnya "Tidak ada" Jawabnya dengan sedikit kecut.
Tanpa basa-basi, axton pergi ke halaman belakang dan ternyata memang benar kalau Stella sedang ada di sana. Ia duduk di samping kolam ikan yang di dekatnya ada pohon palem.
"Apakah kamu masih marah sama Aku?" Tanya Axton.
Suara Axton membuat Stella terkejut, karena ia tiba-tiba ada didekatnya. Stella menoleh dengan heran, Stella menarik napasnya dalam-dalam. Setu kali Stella mengingat kejadian yang tadi ekspresinya seketika berubah. Pandangnya menjadi gelap, seperti didalam gua.
Stella langsung membuang acuh pandangannya, ia kemudian bangun dari tempat duduknya. Karena Stella berusaha untuk menghindar dari Axton.
Disaat Stella mau berjalan, Axton langsung menarik tangan Stella "Lepaskan tangan saya" Pinta Stella dengan tegas. Ia bahkan tidak mau melihat wajah Axton. Pandangannya tetap mengarah ke depan.
"Sayang aku minta maaf sama kamu, aku mohon kamu jangan marah lagi sama aku" Ucap Axton sambil berdiri, ia berusaha membujuk Stella.
"Lepaskan tangan saya" Ucap Stella untuk yang kedua kalinya, ia bahkan menarik tangannya dengan keras. Tetapi Axton memegang erat dengan kuat.
"Sayang aku mohon maafkan aku" Berulang kali Axton mengucapkan kata maaf, membuat Stella semakin jijik.
Stella menoleh kearah belakang, ia melototi Axton "Percuma kamu minta maaf Axton"
"Kenapa sayang?"
"Apakah kamu ini bodoh? Atau kamu berpura-pura untuk membodohi saya?"
"Sayang aku benar-benar tidak mengerti apa maksud dari perkataan kamu yang tadi, tolong kamu jangan bersikap dingin sama aku. Please sayang, maafkanlah aku"
"Aku bersikap seperti ini gara-gara kamu, jika kamu laki-laki normal mungkin kamu akan mengerti apa yang aku rasakan Axton"
"Aku tahu itu, aku janji aku akan berubah"
"Sampai kapan kamu berjanji terus sama aku?"
"Sampai sekarang ini. Tolong sayang berikan aku kesempatan, aku benar-benar menyesal telah membuat kamu kecewa"
"Aku tidak butuh janji palsu kamu" Disaat Axton mulai lengah Stella langsung menarik tangannya dan meninggalkan Axton sendirian di halaman belakang.
Stella mengalami tekanan batin semenjak ia menikah sama Axton, ia merasakan sesuatu yang berbeda. Stella merasa kalau Axton tidak mencintai dirinya.
Axton berteriak sambil memukul kursi yang ada disampingnya "Haaaaaaaa".
Axton seperti orang yang tidak waras, pikirannya semakin kacau. Tiba-tiba ia teringat sama Annabela, wajah Annabela seketika terbayang-bayang membuat Axton menjadi tidak tenang.
"Annabela ... Dimana kamu sekarang? Arghhh ... Aku benar-benar bodoh, tidak seharusnya aku meninggalkan Annabela menikah dengan wanita lain. Aku benci sama diriku sendiri" Axton menggerutu sendirian.
Belum saja masalahnya selesai sama Stella, malah beban pikiran Axton semakin bertambah gara-gara teringat sama Annabela.
Kali ini ia tidak jadi mengejar Stella, ia kembali duduk ditempat yang tadi. Dengan posisi yang sama.
Pagi hari.
Siapa sangka Axton sampai pagi di halaman belakang, bahkan ia sampai ketiduran.
Sedangkan kalau sudah jam segini, waktunya untuk Bibi Sri bersih-bersih di Halaman belakang Sebelum ia membuat sarapan pagi untuk Tuan Dalton dan juga Ny Stella.
Tidak sengaja bibi Sri melihat Axton seperti mayat hidup, tubuhnya tidur terlentang. Ia bahkan tidak terganggu sama triknya matahari.
"Siapa itu?" Gumam bibi Sri sambil memperhatikan Axton.
Untuk lebih jelasnya, Bibi Sri mendekat Axton "Ya ampun Tuan Axton" Ucap Bibi Sri, ia sangat terkejut. Bibi Sri mengelus-elus dadanya "Kenapa tuan bisa tidur di tempat ini?" Tanya Bibi Sri sama dirinya sendiri.
Karena ia bingung melihat seorang Axton tidur di luar. Sedangkan ia mempunyai kamar yang istimewa untuk di tempati.
Bibi Sri kemudian membangunkan Axton "Tuan ... Tuan!!" Suara bibi Sri terdengar sangat lembut, karena ia ragu-ragu untuk membangunkan majikannya. Takutnya nanti Axton marah.
Tetapi jika tidak di bangunkan Kasihan Axton, takutnya ia bangun kesiangan.
"Aduh Bagaimana ini? Tuan tidak mau bangun" Gumam bibi Sri, perasannya menjadi tidak enak.
Tetapi Bibi Sri berusaha untuk membangunkan Axton lagi "Tuan ... Bangunlah" Ucap Bibi Sri.