Arjanya Bratadikara beranggapan bahwa
kepulangan Athania adalah sesuatu yang
menyenangkan. Tapi sebaliknya, Athania
beranggapan lain, gadis itu tak merasa
kepulangannya adalah suatu hal yang
menyenangkan. Melihat wajah ayahnya
setelah sekian tahun tak merubah
apapun yang sudah terjadi. Rasa benci
yang menjalar di dadanya tak hilang
sedikitpun, bertambah besar bahkan.
Kalau bisa memilih, sudah sedari awal
Athania akan menolak mentah-mentah
tawaran makan malam bersama ayahnya.
Bahkan jika boleh jujur, ia tak sudi
untuk duduk di meja makan bersama
ayahnya seolah tidak pernah terjadi
apa-apa di antara mereka. Namun, di saat
bersamaan, gadis itu ingat betul bahwa
seorang Arjanya Bratadikara tidak pernah
menginginkan sebuah penolakan.
Maka di sinilah ia sekarang, duduk
berseberangan dengan ayahnya tanpa
berniat untuk basa-basi sedikitpun.
Hening di antara keduanya. Tak ada
yang berniat untuk bicara. Hanya
suara dentingan garpu dan pisau yang