"Heh! Jari Vallerie gerak!" seru Angkasa
Kejora menatap jemari Vallerie penasaran, lalu bertanya, "Mana? Mana? Valle sadar 'kan?"
"Eungh ..." Vallerie mulai tersadar, hal yang pertama kali dia lihat adalah kegelapan.
Mereka yang ada di ruangan itu bahagia ketika mendengarkan erangan Vallerie. Angkasa yang terlalu bahagia segera memanggil dokter untuk memeriksa kondisi Vallerie. Tidak membutuhkan waktu lama, akhirnya dokter Mayang tiba di kamar rawat Vallerie. Dokter tersebut memeriksa kondisi Vallerie dengan teliti, tidak terjadi hal yang sangat serius kepada Vallerie.
Angkasa menatap dokter penuh tanya. "Gimana kondisi teman saya dok?" tanyanya tak sabaran.
"Kondisi teman anda baik-baik saja, hanya seperti yang saya bilang tadi. Dia mengalami kebutaan dan kerusakan di rahim saja. Di bagian kepalanya tidak terjadi sesuatu yang serius," jelas dokter Mayang panjang lebar. "Kalo begitu, saya permisi dulu." Lalu, dokter Mayang meninggalkan ruang rawat Vallerie.
Tubuh Vallerie seketika menegang ketika mendengar penjelasan dokter Mayang tadi. Bagaimana sekolahnya jika dia buta? Tangis Vallerie akhirnya pecah, dia masih belum bisa menerima takdir hidupnya. Orang yang sekarang ada di pikiran Vallerie adalah Langit, lelaki jahat yang telah membuat dirinya sampai seperti ini.
"Argh! Langit brengsek!" teriak Vallerie histeris.
Kejora membawa Vallerie ke dalam dekapannya. "Sabar, Vall sabar. Aku gak tahu apa sebabnya Langit bisa sampai tega kayak gini sama kamu, yang pasti aku minta kamu tenang ya, kamu juga kan baru sadar jangan marah-marah, tahan emosi kamu," nasihatnya panjang lebar.
"Gas, ayo keluar. Biarin Vallerie sama Kejora di sini dulu. Pasti Valle butuh waktu buat nerima semuanya," ajak Angkasa dan dibalas anggukan kepala oleh Bagas.
***
Semalaman Vallerie sulit tidur, dia hanya menatap kegelapan yang menerpa penglihatannya. Sementara ingatannya terputar pada kejadian kemarin yang menimpa dirinya. Cairan bening mulai berjatuhan membasahi kedua pipi mulusnya, isak tangis pelan mulai kedengaran di kedua telinga Angkasa.
Tidur nyenyak Angkasa terganggu karena mendengar suara isak tangis Vallerie. Awalnya dia mengira bahwa yang menangis itu bukanlah manusia, atau dalam artian makhluk halus yang ada di rumah sakit. Tapi ternyata setelah didengar lebih jelas lagi, yang menangis adalah Vallerie. Angkasa mengembuskan napasnya secara kasar, menatap Vallerie dengan tatapan penuh tanya.
Posisi tubuh Angkasa berubah menjadi terduduk di atas sofa, tempat dirinya tertidur tadi. Angkasa membiarkan Vallerie menangis terlebih dahulu sampai gadis itu bisa merasa lega karena telah mengeluarkan semua kekesalannya melalui tangisan. Angkasa berpikir, apa mungkin Vallerie menangis karena lapar? Tapi, kenapa seperti anak kecil?
"Vall, lo laper ya pasti? Gue beliin makanan dulu bentar ya. Jangan nangis kayak bayi, jelek," ejek Angkasa.
Untuk pertama kalinya, Angkasa berani mengejek Vallerie. Sementara Vallerie hanya terdiam saja tidak berniat membalas ejekan dari Angkasa. Lalu, Angkasa bangkit dari duduknya dan keluar kamar rawat Vallerie untuk membeli makanan ringan ke minimarket yang ada di seberang rumah sakit. Untung saja hari belum terlalu larut malam, jadi minimarket tersebut belum tutup.
Angkasa kembali ke kamar rawat Vallerie dengan membawa satu kantung kresek berwarna hitam berukuran sedang di tangannya. Isinya adalah beberapa kue marie, susu kotak, teh kotak, juga makanan ringan lainnya. Angkasa menaruh makanan tersebut di meja yang ada di samping kasur Vallerie.
"Mau makan yang mana dulu?" tanya Angkasa.
Vallerie tersenyum hambar. "Kamu sengaja mau nyakitin hati orang atau gimana sih? Aku aja gak tahu makanan apa aja yang kamu beli, aku buta sekarang! Lebih baik kamu pergi, daripada nyakitin hati aku!" usirnya dengan penuh penekanan di setiap kata-katanya.
"E-eh iya maaf, gue lupa. Udah gak usah marah." Kemudian, Angkasa mengambil sebuah roti rasa cokelat lalu hendak menyuapkannya kepada Vallerie. "Buka mulut lo, makan nih roti," bujuknya.
Mulut Vallerie tetap terjatuh rapat, tidak ada rasa lapar sama sekali. Perasaan Vallerie sensitif, mungkin karena dia baru saja dinyatakan mengalami kebutaan. Angkasa mengembuskan napasnya kasar, menaruh kembali roti yang ada di genggaman tangannya ke atas meja.
Angkasa menatap setiap inci wajah Vallerie lamat, lalu berucap, "Lo tahu? Kalo lo terus-terusan berlarut dalam kesedihan lo, hidup lo gak akan maju. Pasti gak akan semangat lagi, tapi coba kalau lo mau membuktikan sama orang sekitar bahwa kebutaan yang lo alami gak akan menjadikan beban buat mereka, gue yakin pasti lo gak akan kayak gini lagi."
"Kamu cuma bisa ngomong doang, coba tukeran posisi sebentar aja sama aku. Mau?" papar Vallerie, intonasi bicaranya kedengaran dingin.
"Gak usah ngajak, gue pernah ada di posisi lo. Meskipun gue bukan buta, tapi tetap gue tahu gimana rasanya jadi lo." Angkasa kembali merebahkan tubuhnya di sofa.
Tangis Vallerie kembali pecah, dia memukuli kepalanya sendiri seperti orang gila, dia juga benci kepada dirinya sendiri yang tidak bisa berjaga-jaga. Angkasa yang menyaksikan itu segera menghentikan aksi Vallerie, karena tidak baik menyakiti diri sendiri. Semua kejadian yang terjadi kemarin bukan salah Vallerie, melainkan salah Langit secara tidak langsung, juga salah pengemudi motor.
"Jangan sakitin diri lo sendiri!" bentak Angkasa.
"Diam! Jangan ikut campur!" balas Vallerie dengan bentakannya pula.
Angkasa menahan kedua tangan Vallerie untuk menghentikan aksi gadis itu. Lalu, dia memaksa Vallerie untuk menenangkan diri dengan cara mendengarkan lagu yang sengaja Angkasa putar melalui ponselnya, yaitu lagu Coz I Love You, Agnez Mo. Vallerie mendengarkan lagu itu dalam diam, lama-lama ketenangan mulai dia rasakan.
"Ingat pesan gue, kalau lo mau tenang dengerin lagu yang sekiranya bisa buat lo tenang. Jangan sakitin diri sendiri kayak tadi, awas aja kalo ngulangin. Gue gak akan mau jadi temen lo lagi," ancam Angkasa.
Vallerie menganggukkan kepalanya pelan, kemudian menjawab dengan suara pelan, "Iya, makasih."
***
Sampai pukul dua pagi, Langit belum juga pulang ke rumahnya. Kemarin sepulang dari rumah sakit, dia memang langsung pergi ke bar bersama ketiga sahabatnya. Tapi saat diajak pulang oleh ketiga sahabatnya, Langit justru terus menolak. Dia meminum bir hampir sepuluh gelas dan hal itu membuat dia mabuk bahkan sampai muntah.
Raja berinisiatif membawa Langit ke kamar yang ada di bar, setelah memastikan Langit benar-benar berbaring di kasur dengan posisi senyaman mungkin, Raja keluar untuk menunggu Langit sampai sadar bersama kedua sahabatnya yang lain. Mereka memilih untuk menjaga Langit di depan kamar saja, tapi ternyata ketiganya lalai. Mereka justru ketiduran, sehingga tidak tahu ada gadis yang diam-diam masuk ke kamar tersebut.
Gadis itu, memang jahat. Dia sengaja tidur di samping Langit agar mencemarkan nama baik Langit. Gadis yang selama ini menjadi teman baik Langit, tapi berhati busuk. Kejora namanya, sebenarnya Kejora sudah lama menyukai Langit hanya saja dia tidak berani mengungkapkannya karena Langit sudah mempunyai kekasih. Tapi dengan cara ini, dia sangat yakin Langit akan bisa menjadi kekasihnya.