Flashback.
Sebelas bulan yang lalu, tepatnya tanggal dua maret tahun 2021 merupakan hari pertama jadiannya Vallerie dan Langit. Saat itu, Langit masih selalu bersikap manis kepada Vallerie. Tidak pernah sedikitpun Langit berkata kasar, membentak, atau menampar Vallerie. Hari pertama jadian ini, keduanya rayakan dengan jalan-jalan di pasar malam.
Permainan yang pertama kali Vallerie mainkan adalah melempar bola ke arah tumpukan gelas, jika tumpukan gelas itu jatuh semuanya maka Si pemain bisa mendapatkan hadiah berupa boneka beruang cokelat besar, permen kapas atau cokelat. Vallerie tertarik ketika melihat boneka yang berukuran cukup besar, maka dari itu dia berusaha agar bisa menjatuhkan tumpukan gelas dengan jumlah yang cukup banyak.
Pekikan keras Vallerie kedengaran cukup jelas di kedua telinga Langit. Gadis itu kelihatannya sangat bahagia ketika bisa memenangkan permainan tersebut. Karena dia berhasil memenangkan permainannya, maka Vallerie bebas memilih ingin hadiah apa. Tentu keinginan Vallerie tidak berubah, dia tetap ingin boneka beruang besar berwarna cokelat yang memikat hatinya.
"Akhirnya, bisa juga dapetin boneka ini! Udah dari lama aku pengen banget boneka kayak gini, tapi gak kesampaian haha!" Vallerie mendekap erat boneka besar yang baru saja didapatnya dari hasil memenangkan permainan.
Langit mengacak rambut Vallerie pelan. "Udah seneng 'kan? Sekarang kita pulang ya? Udah mau hujan tuh," ajaknya.
Bibir Vallerie seketika maju beberapa centi ke depan, dia masih sangat ingin berlama-lama di pasar malam ini. Daripada berada di rumah bagaikan neraka, Vallerie tidak betah. Apa lagi bertemu dengan Ragil, yang selalu saja menyalahkan dirinya padahal tidak salah apa-apa.
Embusan napas kasar keluar dengan mulus dari hidung Vallerie. Dia menatap Langit lesu, berharap jika lelaki itu paham bahwa dia masih ingin berlama-lama dengan Langit. Apa lagi hari ini adalah hari pertama keduanya jadian, Vallerie ingin berada berdua bersama Langit lebih lama lagi.
"Sebentar lagi, please? Aku masih mau lama-lama tahu sama kamu," pinta Vallerie dengan wajahnya yang kelihatan memelas.
Langit tersenyum hangat, kemudian menjawab, "Ini udah malem Val, udah mau hujan juga. Hari Minggu lagi deh kita ke sini lagi, gimana? Nanti juga kamu dimarahin sama ayah kamu kalau pulang terlalu malam."
"Bener ya? Janji hari Minggu ke sini lagi?" Vallerie menaikkan jari kelingkingnya yang mungil ke udara.
"Janji." Langit menautkan jari kelingkingnya dengan jari kelingking Vallerie.
Flashback off.
Vallerie dibuat kaget ketika dia merasakan tepukan di pundak kanannya. Ternyata angkot yang ditumpanginya telah sampai di tempat tujuan yaitu di SMK Indonesia Raya. Lapangan sekolah tampak dipadati oleh para murid, Vallerie menatap area sekolahnya dengan tatapan malas.
"Vall, ayo turun? Mau lama-lama sama mamang angkot?" goda Kejora.
Bagas terkekeh pelan. "Aduh, masa Vallerie cantik gitu sama mang angkot sih, mending juga sama gue," ucapnya dengan sangat percaya diri.
"Ih, apa sih kalian. Aku lagi melamun aja tadi makanya gak sadar udah sampe hehe," alibi Vallerie.
Tidak mau berlama-lama lagi berada di angkot, Vallerie, Kejora dan Bagas segera turun dari angkot. Ketiganya berjalan beriringan masuk ke lapangan sekolah. Lapangan depan sekolah hampir setiap pagi ramai karena banyak siswa yang main basket, hitung-hitung olahraga pagi. Dulu, Langit selalu bermain basket setiap pagi, Vallerie sering menemaninya.
Mengingat nama Langit, Vallerie jadi ingat ternyata sekarang adalah hari anniversary yang ke satu tahunnya dengan Langit. Hampir saja Vallerie melupakannya, di otak Vallerie sudah terpikirkan hadiah apa yang nantinya akan dia berikan kepada Langit sebagai hadiah anniversary. Sepulang sekolah nanti Vallerie akan membelinya.
Kejora menggelengkan kepalanya pelan, melihat Vallerie yang ternyata sedang tersenyum sendiri. "Hadeuh ... Vall, kamu kenapa ketawa sendiri? Ih serem gue lihatnya," tanyanya dengan kening berkerut.
"Enggak kok hehe, itu anu apa namanya. Semalam mimpi ketemu sama Jaehyun, jadi ketawa sendiri," jawab Vallerie disertai dengan cengiran khasnya.
"Parah, artis aja terus yang lo pikirin. Giliran udah ada yang pasti malah diantepin, au ah gelap!" Bagas meninggalkan Vallerie dan Kejora di lapangan dengan langkah kesal.
***
Sepertinya hari ini adalah hari keberuntungan bagi Vallerie, sebab guru-guru mengadakan rapat dadakan untuk melaksanakan Ujian Tengah Semester dua nanti. Sehingga para murid dipulangkan dengan cepat, jam baru saja menunjukkan pukul dua belas siang. Vallerie meninggalkan kelasnya dengan semangat, dia akan membeli kado anniversary ke sebuah toko kue.
Lagi dan lagi hanya kue yang dapat Vallerie berikan, karena tidak ada uang yang lebih besar lagi untuk membeli hadiah yang lebih mahal. Vallerie yakin, pasti Langit akan menyukainya. Kue kecil, tapi cantik. Harganya juga terjangkau, jadi sangat cocok dikantong kalangan anak sekolah.
Vallerie masuk ke toko kue yang beberapa hari lalu dia kunjungi juga, pelayan yang melayaninya masih sama. Mereka berdua saling bertegur sapa layaknya seorang teman, bahkan karena pelayan tersebut menganggap bahwa Vallerie adalah pelanggan setianya maka Vallerie diberikan diskon. Sehingga uang jajan Vallerie masih ada sisa untuk besok.
"Mba, kue kecil buat anniversary satu. Rasa apa aja, yang cantik," pesan Vallerie.
Pelayan perempuan tersebut mengangguk cepat. "Baik dek, ditunggu ya akan saya pilihkan yang bagus," jawabnya patuh.
Untuk menunggu kue pesanannya disiapkan, Vallerie memilih duduk terlebih dahulu di meja tunggu. Dia mengeluarkan uangnya dari saku seragam sekolah, satu lembar uang berwarna merah hasil dari menabung selama satu bulan ini. Tapi itu tidak akan habis semuanya, jadi masih ada sisa untuknya membeli bekal besok di sekolah.
"Ini dek, kuenya sudah jadi. Semoga pacarnya suka ya." Pelayan perempuan tersebut menaruh sebuah kue berukuran kecil di atas meja.
Vallerie menatap kue tersebut dengan tatapan kagum, sangat cantik. "Wah, makasih mba. Kebetulan pacar saya juga suka buah strawberry, sekali lagi makasih cantik banget. Kalau gitu saya permisi," pujinya.
Sebelum meninggalkan toko kue, Vallerie terlebih dahulu membayar kue pesanannya. Setelah mendapat uang kembalian, dia menaikki angkutan umum untuk pergi ke tempat tongkrongan Langit bersama sahabat-sahabatnya. Tadi, Vallerie sempat menanyakan kepada Raja di mana posisi Langit saat ini melalui chat, ternyata mereka sedang berada di cafe yang lokasinya tidak jauh dari toko kue.
Pandangan Vallerie tertuju kepada Langit yang sedang berpelukan bersama wanita lain saat dia baru saja turun dari angkot. Kedua matanya terasa sangat panas, kue yang sudah dibelinya jatuh ke jalanan. Uangnya terbuang sia-sia, ingin Vallerie mengumpat dengan kata-kata kasar tapi dia berusaha untuk tetap sabar.
"Brengsek!" maki Vallerie.
Satu kata kasar keluar dari mulut Vallerie, selama ini dia sudah terlalu sabar. Dada Vallerie naik turun akibat dia menahan emosi yang menyala-nyala dalam dirinya. Vallerie menendang asal kue yang tadi dibelinya, kemudian berjalan menyusuri jalanan dengan pandangan kosong.