Gadis itu sangat cantik. Auranya lembut, selembut sinar mentari sore yang menyapa kulit Sebastian. Kecantikan yang mengingatkan Sebastian pada kelopak bunga mawar merah muda yang permukaannya sehalus beludru, dan memiliki aroma semanis lembah surgawi.
Sebastian memang tak pernah mampir ke surga, namun jika bisa membayangkan atau memimpikan aroma surga, maka mungkin aroma Livia Tanjung lah yang bisa dijadikan referensinya.
Wanita itu sungguh memikat dengan caranya tersendiri. Ia berjalan dengan penuh keraguan, wajahnya menunduk malu-malu, dan matanya menghindar dari semua orang. Livia adalah gadis yang jarang bercengkrama dengan banyak orang, terutama manusia-manusia dari kalangan yang sama dengannya. Anak gadis Tanjung itu adalah gadis pingitan yang tidak pernah benar-benar bergaul di depan semua orang. Setangkai mawar di dalam kotak kaca.
