'Nanti saya jemput di sana, jangan ke mana-mana.'
'Saya masih ada urusan, jangan telepon.'
Dua dari deretan pesan bernama Sean Dewanda, membuat sang empunya nama mengumpat kasar. Sejak kapan dia mengirim chat itu? Kapan juga ada chattingan bersama Reva di sore hari? Sean mengusap kasar wajahnya. Ini benar-benar ada yang aneh, ada yang tidak benar.
Jihan.
Sial, tidak salah lagi ini semua ulah Jihan. Selepas pulang dari kantor Sean tidak langsung ke apartemen, itu semua karena Jihan datang dan dia memaksa mengajaknya kumpul di rumah. Tanpa menaruh rasa curiga, Sean memang menuruti karena dia fikir tidak akan lama. Tapi seingat Sean, Jihan tidak ada meminjam ponsel, tapi kenapa bisa ada chat seperti itu masuk ke dalam ponsel Reva?
"Kamu boleh sama Jihan, tapi kenapa kamu harus ingar janji saat aku di luar? Aku ga mau berurusan lagi sama mereka, aku ga mau. Aku bisa di sini sendiri, aku bisa sama ibu. Kalau ibu ga mau aku di sini, aku bisa pergi nanti."