'Gugurkan, Re.'
Perkataan Sean terus saja terngiang indah di dalam otak Reva. Apa yang Sean katakan memang benar, ini akan menjadi masalah untuk keduanya. Masalah ini bukan hanya merugian mereka, tetapi dua keluarga sekaligus.
Reva menepikan mobilnya di parkiran, lalu dia turun dengan tatapan kosong. Angin terus berhembus, walaupun masih siang tetapi matahari mulai sirna, suara gemuruh beberapa kali terdengar. Walaupun begitu, tidak memudarkan langkah kaki Reva.
Kakinya terus melangkah, namun terasa sangat lemas. Air mata terus jatuh, tetapi sama sekali tidak Reva seka. Buat apa? Toh di sini sepi, tidak akan ada yang terganggu, tidak akan ada yang melihat.
Tidak tahu mau ke mana berlabu, Reva memilih ke luar dari kantor lalu menjatuhkan tubuhnya di atas makam sang Ayah. Kemeja putih yang Reva kenakan seketika kotor karena makam Ayahnya masih berbentuk tanah, belum dipasang rumput. Dipeluknya dengan erat papan nisan itu, seolah-olah Reva sedang membagi beban di pundaknya.
