"Aku tau kamu mau marah."
"Tapi tunggu dulu bisa? Aku mau bicara sebentar."
Sean manut, dia masih diam sambil terus memperhatkan wanita di depannya. Tidak ada raut mengintimidasi, Sean tetap dengan wajah santainya.
"Aku emang berangkat sama Fian, dia jemput aku di rumah. Aku ga bisa nolak, ga enak. Lagpula aku ga ada alasan untuk nolak dia."
Masih dengan kesantaiannya Sean mengangguk. Sebetulnya niat Sean memanggil Reva bukan untuk membahas itu, melainkan dia ingin memastikan kalau wanita itu tidak marah.
"Udah jelasinnya? Detail sekali ya?"
"Masih mau marah?"
"Yang mau marah sama kamu itu siapa? Engga ada, Reva."
Kening mulus Reva mengerut mendengar jawaban Sean. Kalau pria itu tidak marah, kenapa juga memanggilnya? Memang sih tidak meledak-ledak seperti dulu, tetapi Reva sudah terlanjur hapal makanya berbicara seperti itu.