"Kamu?"
"K-kamu..."
Satu kecupan lembut mendarat di kening Reva. Tidak sampai di situ, kecupan lembut itu turun ke bibir lalu berakhir di perut. Tubuh Reva masih menegang, mulutnya tak mampu lagi berkata apa-apa. Mungkin saat ini hanya air mata yang menjadi respon utama.
"S-Sean? Ini ... Ibu?" Reva menoleh ke arah sisi sebelah kanan, dia mendapati Ayu terdiam dengan sorot mata susah diartikan.
Orang yang baru saja datang bukan Fian, bukan pula Kelvin. Pria yang baru saja datang menyapa adalah Sean. Sean Dewanda Navvyzi. Pria yang sudah sebulan pergi entah ke mana. Tubuh Reva rasanya sangat lemas, untuk berdiri saja dia tidak mampu menahan tubuhnya.
Tunggu, tunggu! Apa ini semua sungguhan? Apa hanya mimpi? Atau yang lebih parahnya lagi cuma halusinasi? Reva benar-benar jadi orang linglung sekarang. Kedua tangan bergetarnya diraih, dikecup lembut oleh pria yang kini masih berjongkok di depannya.
"Kamu apa kabar?"
"Maaf. Maaf buat semuanya."