Berkali-kali ditahan, berkali-kali ditentang, tetap saja Reva menginjakan kakinya di butik. Bukannya tidak nurut, Reva hanya ingin menjadi orang tanggung jawab dalam bekerja. Belum ada sebulan, masa iya sudah buat ulah? Walaupun hamya butik, tetap saja Reva tidak mau namanya buruk.
"Reva?"
"Iya, Kak, kenapa?"
Salsa terkekeh, dengan gemas dia menepuk-nepuk pelan pucuk kepala Reva. Semenjak kedatangan suaminya, Reva terlihat lebih kalem, jarang sekali dia bertingkah di luar nalar. Salsa juga semakin gemas karena Reva terus saja memanggilnya dengan sebutan Kakak.
"Kamu baik-baik aja, Re? Atau kamu sakit? Kalau sakit kenapa harus masuk? Suami kamu ga ikut lagi?"
"Aku ... aku bingung, Kak. Aku di suruh resign, tapi aku ga mau. Aku pengen kerja, bahkan di sini aku belum ada satu bulan. Masa iya belum sebulan udah resign?"