"Sialan!"
"Kenapa bisa dalam situasi seperti ini dia berubah jadi menyebalkan?!"
Sean mengumpat hebat, bahkan dia tidak segan melempar ponselnya kesembarang arah. Tidak perduli poneelnya rusak, karena yang dia fikirkan saat ini hanya Reva. Sememalaman suntuk Sean mencoba menghubungi, namun hasilnya sangat nihil.
Sepertinya Reva kembali ke setelan pabrik. Lalu gunanya dia berfikir kemarin tuh apa? Panjang lebar ingin berubah, tetapi hasilnya nihil. Karena sekali bocah, dia akan tetap bocah sampai kapanpun. Sialnya, kenapa bisa Sean terjebak dengan gadis seperti itu? Bahkan dia tidak bisa berpaling lagi.
Apa Reva pakai jimat? Pakai susuk? Maka dari itu Sean sangat susah untuk lupa.
"Dasar gadis bodoh, otak dangkal." Sean menggeram frustasi. Rasanya tidak ada cara lain, Sean harus bisa pergi untuk menemui. Kalau terus-terusan seperti ini, Sean bisa gila lahir batin.