Menolak ajakan Kelvin, bahkan menolak ajakan Nisa, dan kali ini rasanya Reva menyesal. Hari semakin malam, suasana semakin hening, saking takutnya, untuk bergerak saja Reva tidak berani. Walaupun perutnya lapar, tenggorokannya haus, tetap saja Reva tidak berani turun.
Perlahan kedua mata Reva memejam, dia kembali merebahkan tubuhnya di atas kasur yang empuk. Seharusnya Reva tidak perlu takut, semua sudah berlalu, tidak mungkin juga mereka berani menampakkan dirinya sekarang. Iya, seharusnya memang seperti itu.
"Tenang, Reva, tenang, lo harus tenang. Apa lagi yang lo takutin? Mereka semua ga ada, mereka semua ga akan berani ke sini, tenang," gumannya dengan suara lirih.
Entah dasarnya penakut, atau memang masih trauma, telinga Reva sejak tadi sangat sensitif. Suara sekecil apapun, tetap terdengar di telinganya. Bahkan sampai suara jam saja sempat membuat Reva was-was.
Ting!
Ting!