Banyaknya pasien berlalu lalang, hanya Sean tatap dengan datar. Sean memang di depan, dia menunggu Reva selesai diperiksa. Rasa kesal, rasa bersalah, kini benar-benar berkecamuk di dalam hati Sean. Rintihan Reva terus berputar-putar di dalam otak Sean.
Apa iya Sean sudah kelewatan hari ini? Kenapa bisa Reva sampai sakit? Kenapa juga wanita itu jadi lemah tidak seperti dulu?
Otak Sean benar-benar pening, dia pun menjatuhkan punggungnya kesanggahan kursi. Kedua matanya memejam, menikmati hembusan angin yang menerpa wajahnya.
"Selamat sore, Pak? Bapak suami dari Ibu Reva?"
Kelopak mata Sean terbuka, dia mengangguk mengiyakan pertanyaan suster di depannya. "Iya saya suaminya, kondisi istri saya bagaimana?"
"Mari masuk, Pak, dokter akan jelaskan semuanya."
Sean manut, dia mengikuti langkah kaki suster di depannya. Sesampainya di dalam ruangan, Sean bisa melihat Reva tengah terduduk menghadap dokter. Tangan Sean terulur, dengan lembut dia mengusap pucuk kepala Reva.
