Setelah seharian berada di rumah tetangga, kini Reva kembali berhadapan dengan Ayu. Tatapan dingin itu ada, membuat Reva semakin mati kutu. Kalau tahu begini, Reva memilih pulang malam saja sekalian.
Lagi-lagi obat yang sama terlempar di depannya. Reva mematung, menatap obat tersebut dengan tenggorokan terkekak. Entahlah, rasanya susah sekali untuk mencari pembelaan di depan Ibunya.
"Jawab, Re, buat apa kamu beli itu? Beberapa butir udah diminum, jangan bilang kamu..."
"Bu, engga begitu ceritanya."
"Lalu bagaimana?!" bentak Ayu. Rasanya dia sangat tidak sabar untuk menunggu penjelasan anaknya.
Mendengar bentakan Ayu, Reva refleks menunduk. Ampun, bentakan itu sangat nyaring, membuat jantung Reva mencelos kabur ke ubun-ubun.
"Itu bukan punya aku, punya teman waktu di Bali. Bukan teman sih, kenalan. Waktu itu anaknya nangis terus, dia nitip beberapa obat di aku, kayaknya itu ketinggalan, terus kebawa sama aku."