"ya sudah, sini buku kalian." Titah senior itu pada Fatimah dan Putri.
Kedua gadis itu pun menatap bingung, sedangkan senior itu malah terkekeh melihat ekspresi mereka.
"Kalian mau tanda tangan aku tidak? Kalau tidak, kalian tidak akan bisa dapat hadiah lo." Tawar senior itu pada Fatimah dan Putri.
Mengingat hal itu, meraka pun langsung memberikan buku mereka pada senior itu.
"Oh iya lupa, kita kan lagi menjalani misi ya?" Bisik Fatimah pada Putri.
"Iya, aku juga lupa." Balas Putri.
Mendengar hal itu, senior yang tadi putri tabrak itu kembali menunjukkan senyum gelinya. Lalu ia menanda tangani buku kedua gadis itu, sekalian memberikan namanya di bawa tanda tangan.
"Saya Aziz, wakil panitia OSPEK. Terima kasih loh, salam perkenalannya. Assalamualaikum." Ungkap senior itu sambil memberikan kembali buku Fatimah dan Putri, lalu ia melangkah pergi meninggalkan kedua gadis itu.
Seketika Fatimah dan Putri langsung menunjukkan wajah bersalahnya, terutama Putri yang memang melakukan kesalahan itu.
"Ya Allah, baru mau selesai OSPEK masa iya langsung bermasalah dengan senior?" Gumam Putri menyesal.
"Makanya, kalau di bilangin itu di dengar." Tekan Fatimah pada Putri.
"Iya deh, maaf." Ucap Putri dengan ekspresi menyesalnya.
"Ya sudah, ayo kita cari senior lainnya. Hanya tersisa beberapa saja nih, semoga saja bisa dapat semua." Ajak Fatimah pada Putri.
"Iya ayo, aku juga sudah tidak sabar ingin bertemu senior Ali." Balas Putri kembali semangat.
"Ih kamu, masih saja memikirkan pria itu. Ingat Zina loh itu, Zina mata dan Zina otak." Tukas Fatimah mengingatkan.
"Iya-iya, aku paham kok." Jawab Putri.
Kedua gadis itu pun melanjutkan langkah mereka, dan menemui senior-senior panitia OSPEK. Hingga akhirnya sudah terkumpul 29 nama dan tanda tangan, kini hanya tersisa satu tanda tangan lagi dan tanda tangan itu milik ketua panitia OSPEK.
"Ma, kita bagi dua saja yuk? Siapa tau kalau begitu salah satu di antara kita bisa bertemu dengan senior Ali." Usul Putri pada Fatimah.
"Kamu serius, nanti kalau aku yang dapat bagaimana?" Balas Fatimah ragu.
"Ya tidak apa, berarti itu rezeki kamu. Daripada dua-duanya tidak dapat kan? Ya semoga saja aku yang dapat." Jawab Putri dengan senyumannya.
Fatimah geleng-geleng kepala melihat tingkah teman baiknya itu, lalu akhirnya ia pun setuju dengan usul yang Putri keluarkan.
"Ya sudah, kalau gitu kita berpencar saja ya? Kami ke kiri, aku ke kanan. Bismillah, semoga di antara kita ada yang dapat ya?" Putus Fatimah.
"Aamiinn, ya sudah aku duluan. Assalamualaikum." Jawab Putri setuju, lalu ia melangkah lebih dulu meninggalkan Fatimah.
"Waalaikum sallam." Jawab Fatimah dengan senyumannya.
Setelah punggung Putri tidak terlihat lagi, barulah Fatimah melangkah ke arah yang berlawanan. Fatimah berharap Putri bisa menemukan senior Ali lebih dulu, agar keinginannya mendapatkan hadiah bisa terwujud. Fatimah memilih untuk menyusuri bagian belakang kampus, yang ternyata cukup nyaman dan tenang.
Fatimah melangkah menuju ke sebuah kursi yang ada di balik pohon, namun langkah Fatimah terhenti saat ia melihat ada seseorang yang berbaring di kursi itu sambil memejamkan matanya. Jarak Fatimah dengan kursi itu hanya tiga langkah saja, tentu orang yang berbaring di sana mendengar langkah kakinya tadi.
Baru saja Fatimah akan berbalik, tapi mata pria itu lebih dulu terbuka dan melihatnya di sana. Fatimah tau siapa pria itu, tapi entah dengan dia. Apa dia mengenal Fatimah atau tidak, mengingat Fatimah mahasiswi tingkat awal.
"Assalamualaikum kak, aku mengganggu ya?" Salam Fatimah dengan wajah bersalahnya.
Pria itu pun terbangun, lalu ia menjawab salam Fatimah dan meminta Fatimah untuk duduk di bagian kursi yang kosong. Cukup berjarak dari tempat duduknya, sehingga tidak perlu takut akan menimbulkan fitnah.
"Waalaikum sallam, duduk dulu." Jawab pria itu yang tidak lain adalah Ali.
"Terima kasih kak." Ucap Fatimah lalu ia duduk di sana, karna memang kakinya juga sudah lelah berjalan keliling kampus sejak 2 jam yang lalu.
Suasana di antara Fatimah dan Ali seketika hening, tidak ada yang membuka suara ataupun memulai pembicaraan. Hingga akhirnya Ali membuka suaranya, dan mengatakan jika Fatimah orang pertama yang berhasil menemukannya.
"Aku cukup terkejut saat ada yang menemukan aku di sini, aku pikir tidak akan ada orang yang datang dan berhasil mendapatkan tanda tanganku." Ungkap Ali dengan suara santainya.
Fatimah menoleh sesaat, lalu ia kembali menunduk dan menjelaskan jika sebenarnya ia sendiri tidak menduga pertemuan ini.
"Maaf kak, tapi aku sendiri terkejut saat tau ada kak Ali di sini. Tadinya aku ingin beristirahat sejenak di suasana tenang ini, tapi ternyata aku malah menemukan kak Ali yang sedang di cari banyak mahasiswi lain." Jawab Fatimah apa adanya.
Setelah mendengar jawaban Fatimah, Ali pun menatap Fatimah dengan tatapan tidak biasa. Hal itu membuat Fatimah malu dan jadi salah tingkah, sedangkan Ali malah terlihat heran.
"Kamu serius tidak ikut mencari aku?" Tanya Ali meragukan perkataan Fatimah.
Fatimah menggeleng yakin, karna memang ia tidak pernah mengharapkan apapun tentang senior tampan itu.
"Sejak awal aku masuk ke kampus ini, tujuanku hanya menuntut ilmu dan memperbanyak teman. Kalau soal hadiah aku tidak terlalu peduli, selama aku menyelesaikan misi itu sudah cukup. Tapi temanku berbeda, dia sangat menginginkan hadiah dari kakak dan terus mengajak aku untuk mencari kakak. Jadi ya aku mengikuti saja, siapa sangka aku benar-benar bertemu dengan kak Ali." Jawab Fatimah dengan jujur.
Ali menatap Fatimah dengan senyum tipisnya, jujur saja ia terkejut mendengar penjelasan Fatimah. Ternyata ada juga wanita yang tidak mendekatinya karna wajahnya, sungguh membuat Ali tertarik.
"Jadi begitu, lalu apa yang akan kau lakukan sekarang? Apa kau akan meminta tanda tanganku, atau tidak?" Tanya Ali memastikan.
Fatimah menatap Ali sesaat, lalu setelah itu ia membuka bukunya dan mengulurkannya pada Ali.
"Tentu aku akan memintanya, bisakan?" Jawab Fatimah dengan senyum kecilnya.
Ali melebarkan senyumnya, sungguh gadis yang menarik. Ia pun mengambil buku itu, dan menuliskan nama juga tanda tangannya. Setelah selesai, Ali mengembalikan buku itu pada Fatimah.
"Sudah." Balas Ali memberitahu.
Fatimah mengambil bukunya kembali, lalu ia bangkit dan menatap Ali.
"Terima kasih kak, kalau gitu aku pamit ya? Assalamualaikum." Ucap Fatimah, lalu melangkah pergi meninggalkan taman kecil di belakang kampus itu.
"Waalaikum sallam, gadis yang menarik." Jawab Ali dengan senyumannya.
Ali ikut melangkah meninggalkan tempat itu, sebentar lagi perkumpulan tugas terakhir akan di mulai. Jadi Ali harus bersiap di tempat acara, karna setelah itu juga akan di adakan penutupan kegiatan OSPEK tahun ini.