Pagi hari yang baru, semua anak-anak BEM sudah berkumpul di depan rumah. Mereka menunggu kepala desa yang akan mengantar mereka ke sekolah tambahan, khusus untuk semua warga yang ingin belajar. Mulai dari anak-anak, bahkan sampai orang dewasa. Semua bisa ikut belajar di sana, tidak ada batasan usia dalam aturan menuntut ilmu.
Tidak lama kemudian, kepala desa datang dan langsung mengajak semua anak BEM untuk mengikuti langkahnya. Semua orang pun melangkah meninggalkan rumah singgah, mereka menyusuri jalan melewati kebun teh. Lalu melewati beberapa lahan sawah, hingga akhirnya tiba di sebuah balai musyawarah. Sebuah pendopo tua, yang biasa di gunakan untuk rapat atau membahas suatu masalah. Di sanalah sekolah itu akan di lakukan, dan cukup banyak warga yang menunggu mereka di sana.
"Assalamualaikum, selamat pagi semua." Salam Ali pada semua warga.
"Waalaikum sallam, pagi juga kak." Jawab semuanya.
"Baiklah bapak-bapak, ibu, dan adik-adik sekalian. Bagaimana, sudah siap untuk belajar?" Balas Ali mencoba mendekatkan diri.
"Siap kak" jawab semuanya lagi dengan semangat.
"Bagus, kalau begitu kita mulai saja ya? Untuk ibu-ibu, bisa ke bagian perempuan di sisi kanan ya? Kalau bapak-bapak, bisa dengan rekan saya yang di sisi kiri. Kalau untuk anak-anak, kalian di sini saja bersama kakak ya? Semua setuju tidak?" Jelas Ali membagi tim.
"Setuju kak" jawab semuanya.
"Ya sudah kalau gitu ayo ke tim masing-masing, agar kita cepat mulai belajarnya." Titah Ali pada semuanya.
Warga desa yang ingin ikut belajar mulai mencari posisinya masing-masing, mereka duduk di barisan tim yang sudah di bagi. Lalu setelah itu, pelajaran pun dimulai. Semua sama, dari mengenal huruf sampai membaca. Lalu menghitung angka, hingga mempelajari matematika dasar.
Semua terlihat begitu semangat, bahkan saking serunya mereka belajar sampai tidak sadar jika waktu sudah berjalan 2 jam. Sesuai jadwal yang sudah di sepakati oleh pihak desa dan anggota BEM, maka pembelajaran pun cukup sampai di sana. Tapi masih ada dua hari lagi, dan semua anggota BEM akan memberi pelajaran sesuai dengan kemampuan warga.
"Baiklah warga sekalian, terima kasih untuk kehadirannya hari ini. Semoga kalian semua bisa segera memahami pelajaran ini, karna ilmu dasar ini penting untuk kehidupan kalian. Kalau kalian tidak bisa menghitung ataupun mengenal huruf, bagaimana cara kalian berdagang? Atau bertani? Tentu dalam kehidupan sehari-hari ini kita butuh yang namanya ilmu dasar, jadi tidak akan ada orang yang membodohi kita karna kita tidak bisa menghitung ataupun membaca. Bagaimana warga sekalian, setuju tidak dengan yang saya ucapkan?" Jelas Ali memberi pengarahan pada warga.
"Benar sekali nak Ali, selama ini kami hanya tau uangnya saja. Dan kami tidak tau sistem menghitung, mungkin selama ini kami sudah di curangi oleh orang-orang pintar itu." Jawab salah satu warga.
"Iya benar itu, karna kami tidak mengerti sistem penjualan jadi kami di bayar seadanya. Padahal kata orang kota, harga bahan di sana malah jauh berkali lipat di banding harga jual kami." Lanjut seorang lainnya.
Ali mengangguk paham dengan keluhan para warga, lalu ia menatap pada anggota timnya seakan saling berdiskusi.
"Nah, bagaimana jika besok kami ajarkan cara berniaga yang benar dan baik. Juga saling menguntungkan di kedua pihak, apa kalian setuju?" Tawar Ali pada warga.
"Tentu dek, kami sangat ingin belajar hal itu." Jawab salah seorang warga.
"Tapi apa otak kamu mampu? Karna kan selama ini kami tidak pernah bersekolah." Lanjut seorang ibu merendahkan diri.
"Tidak ada yang tidak mungkin selagi kita mau usaha, tentu belajar itu tidak mudah. Tapi jika kalian semua memiliki niat, dan tulus mengerjakannya. Insya Allah, semua akan di permudah." Jawab Fatimah dengan senyumannya.
"Benar sekali, apa salahnya jika kalian tidak sekolah? Kan setiap orang berhak belajar, jika hal itu bisa memajukan diri sendiri kenapa tidak?" Lanjut Putri meyakinkan.
"Betul sekali, kami saja yang mahasiswa dan mahasiswi masih terus belajar dan belajar. Karna menuntut ilmu itu tidak hanya di sekolah, tapi bisa juga di lingkungan sekitar." Sambung Aziz.
Para warga itu saling melirik dan mengangguk setuju dengan penjelasan anggota BEM, sepertinya semua warga yang ikut pembelajaran merasa tertarik dengan usul yang di ajukan oleh Ali dan teman-temannya.
"Jadi bagaimana, kalian mau ikut pembelajaran tambahannya?" Tanya Ali memastikan.
Semua warga pun mengangguk setuju, mereka juga butuh pembelajaran itu agar setiap hasil panen yang mereka dapatkan bisa memberikan untung yang lebih besar. Dan untuk mewujudkan hal itu, tentu mereka harus mempelajari ilmu dasarnya lebih dulu.
"Saya ikut!" Jawab seorang warga.
"Saya juga ikut!" Lanjut warga lainnya.
"Saya juga!" Sambung yang lainnya.
Semua warga mengangkat jarinya, tanda jika mereka ingin ikut dalam pembelajaran tambahan itu.
"Baiklah, kalau semua ingin ikut berarti besok kalian harus datang lagi. Masih di balai ini, namun waktu belajarnya di tambah 1 jam khusus untuk belajar cara berniaga yang baik. Atau kami biasa menyebutnya dengan ilmu marketing, siapkan bapak, ibu, adik-adik sekalian?" Putus Ali dengan senyumnya.
"Siap kak!" Jawab semuanya bersamaan.
"Baiklah, kalau gitu pelajaran hari ini kita tutup dulu. Sampai bertemu esok hari, Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh." Tutup Ali pada kegiatan belajar mengajar hari ini.
"Waalaikum sallam Warahmatullahi Wabarakatuh." Jawab semua warga.
Setelah kegiatan belajar selesai, para warga pun mulai pamit ke untuk pulang ke rumah masing-masing. Karna waktu sudah siang, mereka harus ke sawah untuk mengurus tanaman mereka. Setelah semua warga pergi, kepala desa pun menghampiri Ali dan teman-teman.
"Terima kasih ya, kalian semua sudah membuka sedikit pemikiran warga di sini. Padahal sebelumnya mereka berpikir jika sekolah itu tidak penting, jadi mereka lebih memilih menghabiskan waktu sebagai petani. Tapi setelah kalian datang, sepertinya mereka mulai perlahan membuka pikiran." Ucap kepala desa itu merasa lega.
"Alhamdulillah kalau memang begitu pak, kamu di sini kan memang niatnya ingin membantu. Syukur kalau memang mereka mulai membuka diri untuk belajar, maka kami dengan senang hati akan mengajarkan mereka sedikit ilmu yang kami miliki." Jawab Ali dengan tegas dan sopan.
"Iya, kalau begitu mari kita lanjut perjalanan ke sungai. Kalian ingin melihat sistem perairan sawah kami kan? Mari bapak tunjukkan." Ajak kepala desa itu pada Ali dan kawan-kawan.
"Benar pak, terima kasih sudah mau mengantar." Balas Aziz dengan santai.
"Iya, maaf kami jadi merepotkan bapak terus." Lanjut Putri dengan sopan.
"Tidak apa, justru bapak senang kalau bisa membantu. Apalagi tujuan kalian memajukan desa ini, tentu bapak akan dukung sepenuhnya." Jawab kepala desa itu.