Chereads / Jika Takdir Berkehendak / Chapter 14 - Ujian Dasar

Chapter 14 - Ujian Dasar

Hari yang baru tiba, ini adalah hari keempat anak-anak BEM dari universitas kota berada di salah satu desa terpencil kota Sukabumi. Ada banyak hal yang baru mereka ketahui di sana, dan ada banyak cerita yang mereka lalui selama berada di desa itu.

Setelah mengajar nanti, anak-anak BEM itu akan berpamitan pada semua warga desa karna mereka harus kembali ke kota setelahnya mengingat masa liburan mereka sudah hampir usai.

Anak-anak BEM itu sudah siap, lalu mereka melangkah menuju balai musyawarah untuk menjalankan tugas sebelum berpamitan. Ada cukup banyak warga yang mengenal mereka, sehingga saat mereka lewat di dekat warga itu mereka saling menyapa.

Sesampainya di balai musyawarah, anak-anak BEM itu di buat tersenyum dengan kehadiran warga desa yang memenuhi balai musyawarah. Tidak seperti sebelumnya, kali ini yang datang ke balai melebihi kapasitas. Bahkan ada banyak anak-anak yang di ajak orang tua mereka ke sana, entah untuk belajar atau untuk mengejar hadiah yang anggota BEM janjikan.

Tapi walaupun begitu anggora BEM tetap tersenyum puas, karna kedatangan warga-warga itu menjadi jalan untuk mereka bisa memperkenalkan kehidupan modern lebih jauh pada warga dari desa terpencil. Dan dengan ujian yang anak BEM buat, otomatis warga desa itu sudah bisa membaca dan menulis dengan benar.

Benar-benar perjuangan yang luar biasa, sangat luar biasa. Anak-anak BEM itu langsung ke posisi masing-masing, dan mereka memulai pembelajaran hari itu dengan mengulas kembali pelajaran-pelajaran sebelumnya agar para warga tetap ingat dan semakin paham dengan materinya.

"Baiklah bapak ibu sekalian, alangkah baiknya sebelum memulai pembelajaran hari ini kita berdoa dulu bersama-sama. Untuk semua, berdoa di mulai." Ucap Aziz memimpin doa sebelum belajar.

Semua orang menundukkan kepalanya tanpa suara, mereka semua serius dalam berdoa. Setelah beberapa saat, Aziz pun menaikan wajahnya dan menutup doa itu.

"Aamiin, berdoa selesai." Putus Aziz.

"Baiklah semuanya, ayo kita belajar lagi." Lanjut Ali dengan semangat.

Semua warga mengangguk paham, lalu mereka mengeluarkan buku catatan mereka juga pensilnya. Setelah itu Ali dan anggota BEM lainnya mengulang kembali pelajaran kemarin-kemarin, setelah itu mereka menjelaskan beberapa materi lagi. Semua warga terlihat serius, mereka juga memahami materi dengan cepat. Hingga akhirnya, tiba saatnya ujian.

"Baiklah warga-warga sekalian, ini dia saat yang di tunggu-tunggu yaitu ujian dasar. Bagaimana sudah siap semua?" Ungkap Fatimah dengan senyum semangat.

Para warga mengangguk setuju, lalu mereka mempersiapkan alat tulis mereka sebaik mungkin.

"Baiklah soalnya akan mulai di bagikan, satu orang satu ya? Ayo yang belum menerima soalnya, langsung angkat tangannya." Jelas Fatimah memberi arahan.

Semua warga mengambil lembar kertas ujian itu, lalu mereka melihat soal-soal yang ada di lembar itu.

"Baiklah, semua sudah kebagian ya?" Tanya Putri memastikan.

"Sudah." Jawab warga desa.

"Baiklah, dengan begitu ujian akan di mulai dalam hitungan ketiga." Lanjut Putri memberitahu.

Para warga mulai terlihat tidak sabar, lalu mereka menatap anggota BEM dengan serius. Lalu anggota BEM mulai menghitung mundur, hingga akhirnya sampai pada angka 3 semua warga langsung mengerjakan soal-soal itu dengan serius.

Semua anggota BEM tersenyum melihat respon warga yang begitu antusias, walaupun niatnya belum tentu sepenuhnya demi belajar tapi setidaknya mereka serius dalam mengerjakan soal-soalnya. Sebuah tanda kemajuan yang luar biasa untuk warga desa terpencil seperti mereka, dan kini mereka sadar jika pendidikan itu sangat di butuhkan dalam setiap kegiatan mereka.

Walaupun mungkin ada beberapa dari mereka yang tidak mampu, setidaknya membaca dan menulis itu harus bisa mereka lakukan. Jika tidak, maka mereka akan terus tertinggal dari kemodernan zaman. Apalagi semakin lama zaman ini akan terus berkembang, dan mereka akan selalu menjadi yang paling belakang karna tidak bisa melakukan apapun selain bekerja.

Detik demi detik berlalu, berganti menit lalu menjadi jam. Satu jam telah terlewati, tapi para warga itu masih serius mengerjakan soal-soal di kertas putih. Dan setelah menunggu cukup lama, akhirnya ada beberapa warga yang mengangkat tangannya dan berkata.

"Saya sudah selesai." Ucap warga-warga itu.

Beberapa anggota BEM pun mengambil lembar ujian mereka, lalu menilainya dengan cermat apakah semua jawabannya benar atau tidak. Sayangnya mereka semua memiliki setidaknya satu soal yang salah, sehingga hadiah yang di janjikan tidak bisa mereka dapatkan.

"Wah sayang sekali, ada satu soal yang jawabannya kurang tepat. Maaf, kalian belum bisa mendapatkan hadiahnya." Ungkap Ali dengan wajah prihatin.

Warga itu mengangguk paham, ia cukup tau diri karna memang kemampuannya belum bisa di bilang bagus.

"Iya tidak apa nak, kami mengerti." Jawab salah satu warga laki-laki yang sudah setengah baya.

Ali dan teman-teman langsung tersenyum dan sedikit menunduk untuk menghormati warga itu, setelah itu ada cukup banyak warga yang selesai dengan soal-soal ujiannya. Hingga akhirnya semua warga selesai mengerjakan ujian, dan anggota BEM menilai hasilnya dengan teliti. Anak-anak BEM tersenyum puas saat melihat ada tiga nama yang bisa mendapatkan nilai sempurna, dengan jawaban yang benar semua.

"Wah hebat, ada tiga nama yang nilainya sempurna karna jawaban mereka benar semua." Ungkap Putri dengan senyum bangganya.

Beberapa warga langsung saling melirik satu sama lain, mereka saling menduga siapa yang kira-kira mendapatkan nilai sempurna itu. Karna soal yang di buat cukup sulit untuk pemula seperti mereka, tapi ketiga warga itu sangat beruntung karna bisa mendapatkannya.

"Baiklah, untuk ketiga nama ini silahkan maju ke depan ya? Pertama Dina, kedua Raka, dan ketiga Azka." Panggil Fatimah pada ketiga orang yang mendapatkan nilai sempurna.

"Ayo untuk Dina, Raka, dan Azka silahkan maju ke depan." Ulang Ali lebih tegas.

Beberapa anggota BEM bertepuk tangan mengiringi kedatangan ketika anak itu ke depan, lalu para warga pun ikut bertepuk tangan untuk menghargai anak-anak yang mereka anggap pintar itu.

"Nah, ini dia ketiga pemenang kita. Hebat ya kalian, kakak benar-benar bangga loh." Ungkap Putri pada ketiga anak yang mendapat nilai sempurna itu.

"Terima kasih kak." Balas ketiga anak itu bersamaan.

"Baiklah sesuai janji kakak dan teman-teman kakak, siapa saja yang mendapat nilai sempurna akan di berikan hadiah spesial. Jadi, inilah hadiah kalian." Jelas Ali sambil memberikan sebuah kotak masing-masing satu pada ketiga anak itu.

Dina, Raka, dan Azka mengambil kotak itu lalu memeluknya. Setelah itu semuanya salim pada Ali dan semua anggota BEM yang ada, mereka terlihat malu tapi senang dengan hadiah di tangan mereka. Setelahnya ketiga anak itu kembali duduk di tempat yang sebelumnya, lalu para anggota BEM menutup permanen kegiatan belajar mengajar di desa itu sambil berpamitan.