Chereads / Jika Takdir Berkehendak / Chapter 15 - Kumpul Terakhir

Chapter 15 - Kumpul Terakhir

Pelajaran hari terakhir pun di tutup, lalu semua warga kembali ke rumah masing-masing. Hal yang sama terjadi pada anak-anak BEM, mereka kembali ke rumah singgah lalu bersiap-siap untuk meningalkan desa. Tugas mereka sudah selesai, 3 hari mereka di sana untuk mengajar dan memberikan sedikit arahan untuk semua warga. Kini semua misi itu berjalan sukses, karna semua warga mulai menguasai huruf dan angka seperti yang mereka harapkan.

Semua barang-barang sudah di masukan ke dalam tas ransel, begitu juga alat-alat mengajar seperti proyektor dan layarnya semua sudah di rapikan. Kondisi rumah singgah juga bersih dan rapi, sama persis seperti saat mereka pertama kali datang. Setelah semua siap, anak-anak BEM pun berkumpul di depan rumah kepala desa untuk mengucapkan terima kasih atas sambutan dan bantuannya selama mereka berada di desa itu.

"saya sebagai ketua Badan Eksekutif Mahasiswa atau BEM mengucapkan terima kasih banyak kepada bapak kepala desa atas sambutan dan semua bantuannya pada kami selama hampir 4 hari ini." ucap Ali pada kepala desa dengan tulus.

"muhun, sami-sami den. Harusnya bapak yang berterima kasih pada kalian, karna kalian semua mau membantu memajukan desa saya ini." jawab pak kepala desa.

"iya pak, kita memang harus sama-sama saling membantu untuk memajukan masyarakat." Balas Aziz dengan santai.

"tentu atuh den, kalau kita tidak mulai bergerak siapa lagi yang bisa?" jawab kepala desa dengan penuh makna.

Semua anggota BEM mengangguk setuju dengan perkataan kepala desa itu, memang benar jika ingin memajukan masyarakat ya harus di mulai dari mereka yang peduli. Jika mereka tidak berani melangkah, siapa lagi yang akan mewujudkan impian itu?

"wah, pembahasan kita jadi mendalam ya pak?" tukas Putri mengingatkan.

"oh iya yah, jadi sejauh itu pembahasannya." Balas kepala desa itu dengan tawa kecilnya.

Semua anggota BEM pun ikut tertawa kecil, ternyata berbicara dengan kepala desa itu memang cukup nyambung karna mereka sepemikiran.

"ya sudah pak, terima kasih untuk semuanya. Maaf kalau selama di desa kami sudah banyak merepotkan bapak, sekali lagi terima kasih untuk sambutan dan bantuannya." Ucap Ali dengan tulus dan serius.

"ih atuh den jangan kebanyakan terima kasihnya, saya teh hanya membantu seadanya saja. Justru saya yang harus banyak-banyak berterima kasih, karna aden dan teman-teman aden teh sudah membantu saya mengajari warga selama 4 hari ini. padahal sebelumnya teh para warga tidak begitu peduli pada pendidikan, tapi dengan kehadiran kalian kesini benar-benar merubah pola pikir para warga itu." Jawab kepala desa dengan apa adanya.

"Alhamdulillah kalau memang seperti itu pak, kami ikut senang dengan perubahan para warga." Balas Fatimah dan di angguki oleh semua anggota BEM.

"iya atuh, kalau begitu kapan-kapan datang lagi ya semua? Saya akan senang sekali jika kalian bisa datang lagi." Pinta kepala desa itu.

"untuk itu kami belum tau pak, tapi Insya Allah nanti akan kami diskusikan lagi dengan anggota BEM lainnya." Jawab Ali tidak menjanjikan.

Kepala desa itu mengangguk paham, lalu tiba-tiba berbagai makanan datang ke rumah kepala desa. Semua warga pun ikut berkumpul, mereka membawa berbagai macam lauk pauk khas desa itu.

"pak pades, ini semua makanannya mau di taruh dimana?" tanya salah satu warga yang membawa lauk ayam goreng.

Kepala desa pun keluar di ikuti oleh anggota BEM lainnya, ada keterkejutan di wajah anak-anak BEM itu saat melihat ada banyak warga yang datang dengan berbagai macam makanan di tangan mereka.

"oh iya kalian bisa taruh makanan itu di dalam rumah saya sebagian, dan untuk sisanya kalian taruh di depan sini." Jawab kepala desa dengan tegas.

Para warga itu mengangguk paham, lalu mereka mulai meletakkan makanan itu sesuai arahan dari kepala desa. Semua anggota BEM itu menatap heran dengan semua itu, karna mereka sama sekali tidak tau apa yang sebenarnya terjadi.

"maaf pak, apa hari ini ada perayaan sesuatu?" tanya Ali heranpada kepala desa.

"tidak ada nak, kami mempersiapkan semua ini untuk kalian semua." Jawab kepala desa itu dengan senyumnya.

"hah, untuk kami?" balas semua anggota BEM tidak percaya.

Kepala desa itu mengangguk membenarkan, karna memang ia dan semua warganya sudah merencanakan hal itu sejak kemarin.

"iya, semua ini untuk anggota BEM yang sudah mengajari para warga membaca dan menulis. Anggap saja makanan ini sebagai tanda terima kasih dan perpisahan dari kami untuk kalian, walau tidak mewah tapi setidaknya cukup untuk mengisi perut kalian yang kosong." Jelas kepala desa.

Semua anggota BEM menatap tidak percaya pada hal itu, rasanya seperti mereka begitu di junjung tinggi di sana.

"Masya Allah pak, seharusnya tidak perlu sampai seperti ini. kami membantu dengan tulus tanpa maksud tertentu, karna kami berharap masyakarat negeri ini bisa menjadi lebih baik lagi." Balas Fatimah masih dengan wajah terkejutnya.

"tidak apa nak, ini hanya sedikit saja yang kami berikan. Tentu tidak akan sebanding dengan ilmu yang kalian ajarkan sebelumnya, karna dari sana kami mendapatkan sesuatu yang belum pernah terpikirkan oleh kami sebelumnya." Jawab salah seorang warga, dan di angguki oleh warga lainnya.

Fatimah, Ali, dan anggota BEM lainnya benar-benar di buat terharu oleh orang-orang dari desa itu. Mereka semua sampai bersatu untuk memberikan tanda perpisahan yang cukup seru, dan mungkin inilah takdir yang sudah Allah tentukan untuk semuanya. Hubungan yan baru dari pertemuan singkat, dan hubungan yang baru itu benar-benar sangat indah.

"Masya Allah, kalian semua memang luar biasa." Puji Ali pada semuanya.

Akhirnya setelah pambicaraan panjang penuh haru itu, para warga dan semua anggota BEM duduk bersama di rumah kepala desa. Mereka berkumpul dan menikmati menu makan siang yang tadi di bawa oleh masing-masing warga, semuanya terlihat santai seakan tidak memiliki beban apapun. Mungkin itu yang disebut sebagai kekeluargaan, sangat erat walaupun tidak ada hubungan yang lebih dekat sebelumnya.

Obrolan-obrolan santai pun terdengar, hingga beberapa orang tertawa bersama karna pembahasan yang mereka anggap lucu. Semuanya begitu menikmati saat-saat itu, terutama anggota BEM yang mungkin tidak akan bisa merasakan hal yang sama setelah kembali ke kota.

Setelah puas menyantap makan siang dan mengobrol, akhirnya tiba waktu untuk semua anggota BEM berpamitan. Kini mereka harus kembali ke kota, dan mungkin tidak akan kembali ke sana lagi. Semua memiliki jalan hidupnya masing-masing, jadi tidak mungkin hanya di tempat itu terus menerus. Dan tujuan sosial BEM juga tidak hanya desa itu saja, jadi sudah pasti ini perpisahan terakhir untuk warga desa itu dan anggota BEM.