"Halo, Adyatma. Ini saya Erik, Ayahnya Astrid. Apakah kamu tengah sibuk malam ini?" Erik menyandarkan punggung pada sandaran kursi pengemudi.
Sudut bibirnya sedikit terangkat. Mata cokelat kehitamannya melirik ke arah spion. "Kalau begitu, saya akan mengirimkan lokasi pertemuan kita malam ini." Erik menjauhkan ponsel dari telinga, ditekan tombol merah pada layar ponselnya, panggilan pun berakhir.
Erik mendesah napas seraya memejamkan mata untuk sejenak. Rasa pusing masih menjalar pada kepalanya. Pikirannya kembali tertuju pada anak keduanya—Astrid. Sebenarnya ada di mana anak itu? Erik bertanya dalam hati. Rasa khawatir semakin menyelimuti. Desah napas kembali lolos dari mulutnya.