Alana berusaha memusatkan konsentrasinya pada tulisan dan angka yang ada pada buku catatannya. Ini adalah ke sekian kali ia merasa sulit untuk memahami beberapa materi pelajaran di sekolahnya. Sekali pun ia tidak belajar seorang diri, sebab Safiya dan Nadya ikut membantunya, tetapi tetap saja otaknya ini seolah menolak.
Gadis itu menggeleng cepat, matanya kembali menatap tulisan itu. Ia harus bisa memahami semua materi ini, harus. Beberapa menit ia membaca dan mengamati maksud dari setiap angka dan rumus itu, tetapi lagi-lagi embusan napas lolos dari mulutnya. Alana gagal untuk memahami.
Ia mengacak-ngacak rambutnya dengan kesal. "Sial!" Alana menggerutu seraya memukul meja belajarnya. Gadis itu telah hilang kendali atas pikirannya. Ia tidak dapat fokus sebab pikirannya selalu teringat pada sikap Erik.