Langkah gontai, tatapannya kosong. Seraya menggeret sebuah koper besar, gadis itu berjalan seorang diri dibawah gelapnya malam. Angin berembus menembus kulit putihnya yang hanya ditutupi dengan cardigan tipis, seharusnya ia mengiggil, tetapi gadis itu tidak bereaksi apa-apa. Kakinya terus berjalan menelusuri jalanan yang kala itu tengah sepi.
Langkahnya terhenti ketika matanya menangkap sebuah rumah berpagar putih. Ia mendongak, terlihat lampu pada sebuah ruangan di lantai dua rumah itu masih menyala. Seulas senyum pun terukir. Tangannya mendorong pagar tersebut kemudian kakinya berjalan masuk melewati pekarangan yang cukup luas. Ketika berada di depan pintu berwarna putih, tangannya terulur hendak menekan bel, tetapi gerakannya terhenti. Keraguan mulai merundungnya.