"Lotis aku mana? Lotis aku mana, Key? Kamu jahat banget, ya? Gimana aku mau makan kalau lotis aja enggak kamu turutin," tangis Ely dramatis, bertingkah seolah-olah paling tersakiti.
"Kapan kami minta lotis?"
"Lupa, kan? Padahal dari beberapa hari lalu." Ely memajukan bibirnya.
Mereka sudah pindah ke rumah biasa, tiga apartemennya dijual untuk membeli satu rumah mewah di salah satu perumahan elit. Ia juga mempekerjakan beberapa orang untuk mengurus rumahnya dan menemani Ely tentu saja.
Keynan melirik sekitar, dia melihat para pembatu yang menahan tawa. "Kau! Yang pakai apron hitam ke sini!" panggil Keynan. Namun, belum juga pembantu itu mendekat, Ely sudah mencegat.
"Kamu ngapain, Key? Aku enggak mau dibuatin! Aku maunya bahan-bahan lotisnya yang masih fresh! Mangganya baru petik, bengkoang baru cabut, terus melon, semangka, pepaya! Aku maunya fresh dan kamu yang metik sendiri!" pinta Ely cepat.
"Sayang? Ini, kan, sudah malam!"
