Keynan menarik tangan Ely dan mendekat gadis itu erat. "Maaf, gue gak tahu lagi harus bagaimana, karena hanya ini cara satu-satunya biar lo aman." Ia memejamkan mata, menghirup aroma shampo lavender dari rambut gadis dipelukannya.
"Ya tapi kenapa?"
"Gak apa-apa."
"Lo diancam sana Jhon?"
"Udah lupain aja. Gue minta maaf sama lo."
"Jangan cuekin gue lagi."
Keynan mengangguk. "Gue kira dengan menghindari lo semua akan lebih lega, tapi ternyata tidak sama sekali."
"Emang kenapa lo mau ngehindarin gue? Bukan karena gue ada salah sama lo, kan?"
Keynan menggeleng. "El, boleh minta?" Ia melepas pelukannya, kemudian menatap wajah gadis di depannya. "Dikit aja."
"Hah?" Ely cengo. Minta? Minta apa?
Pipinya memerah, membayangkan "minta" yang dimaksud Keynan. Jangan bilang kalau dia mau "minta" sesuatu yang harusnya diberikan kepada lelaki itu sejak dulu, kan?
Ia memalingkan wajahnya agar Keynan tidak bisa melihat betapa merah mukanya sekarang.
"El!"
