Bulan demi bulan berlalu, di Lee Valley Regional Park yang berada di London dorang pria memperingati kekasihnya.
"Jangan lari-lari, Sayang. Nanti kamu jatuh," kata Edgar lembut.
Napas Hanna memburu. Dia menatap Edgar yang menatapnya.
"Sayang, aku sudah lama tidak berolahraga begini. Kamu tidak dengar kata terapi aku kalau aku harus sering olahraga?" tanya Hanna.
"Iya, tapi tidak diforsir juga," jawab Edgar.
"Lihat, di sana ada sepeda. Naik sepeda yuk," ajak Hanna.
"Nanti, Sayang. Duduk dulu, kita minum," balas Edgar merangkul pinggang kekasihnya.
Hanna mendudukan diri di bangku taman. Dia menatap Edgar yang selama ini menemaninya.
"Sayang, besok aku bakal kuliah sampai sore," kata Hanna.
"Kenapa kamu besok sampai sore?" tanya Edgar.
"Ada kerja kelompok. Paling nanti kami kerjakan di dekat dekat kafe kampus," jawab Hanna sambil menatap Edgar.
Hanna terus memohon pada Edgar karena susah sekali untuk izin dengan kekasihnya.
"Tidak perlu kerja kelompok. Aku akan bicara pada dosen kamu," kata Edgar.
"Sayang, sekali saja. Masa aku sudah kayak anak yang punya kampus," balas Hanna.
"Memang kamu pemilik kampus itu juga secara tidak langsung," kata Edgar sambil menarik pinggang kekasihnya dan memeluknya.
"Sayang, aku berkeringat. Tidak enak dilihat orang lain," balas Hanna sambil mencebikkan bibirnya.
"Sayang, tubuhmu wangi," bisik Edgar mengecup leher kekasihnya.
"Sayang, dilihat orang tidak enak. Banyak anak kecil," kata Hanna sambil menyembunyikan wajahnya di tubuh bidang kekasihnya.
"Mereka tidak melihat ke kita kok," balas Edgar sambil tertawa menepuk punggung kekasihnya.
Hanna menatap ke dalam mata kekasihnya. "Aku mencintai kamu, Sayang," kata Hanna.
"Kekasihku yang cantik, aku juga sangat mencintai kamu," balas Edgar.
"Iya aku percaya kalau kamu cinta aku. Kamu aja terus mengekang aku," kata Hanna.
"Sayang, aku tidak mau ada yang menyakiti kamu. Aku tidak mau kamu terluka seperti dulu. Aku trauma," jelas Edgar.
"Iya, tapi aku harus kuliah dan pengen bersosialisasi biar aku nanti bisa bangun bisnisku sendiri," kata Hanna.
"Sayang, aku bisa membantu kamu. Kamu lupa siapa calon suami kamu ini?" goda Edgar.
"Iya aku tahu, tapi sekali aja boleh dong. Aku mohon," kata Hanna menatap mata kekasihnya dengan mata berkaca-kaca.
"Baiklah, tapi ingat jangan lupa kabarin aku dan para pengawal tetap harus selalu bersama kamu, mengerti?" kata Edgar.
"Iya, Sayang," balas Hanna.
"Ada penjual hot dog, mau coba?" tanya Edgar.
"Aku mau!" teriak Hanna antusias.
"Ya sudah aku antri dulu, jangan ke mana-mana. Tetap di sini," balas Edgar.
"Sayang, di sini ada pengawal kamu. Jangan khawatir," kata Hanna terkikik geli.
Edgar masih menengok ke arah Hanna saat berjalan menuju penjual hot dog yang menggunakan mobil. Hanna menarik napas menghirup udara segar di taman dan memejamkan matanya.
"Cherry," panggil seseorang.
Hanna membuka matanya. Dia melihat mata hijau terang milik pria di hadapannya yang tersenyum ramah padanya.
"Hei, Darko," sapa Hanna. Dia melihat ke arah lain karena takut kekasihnya datang.
"Sama siapa di sini?" tanya Darko ramah.
"Sama kekasih aku. Kamu sendiri?" tanya Hanna.
"Aku suka banget di sini, bareng sama adikku sih. Kita lagi olahraga kecil," jawab Darko dambjl duduk di samping Hanna.
"Oh iya, di sini udaranya segar dan pemandangannya bagus," kata Hanna kikuk.
"Cherry, kita besok ada kerja kelompok, kamu ikut?" tanya Darko menatap mata perempuan di hadapannya.
"Iya aku usahakan," jawab Hanna tersenyum kikuk.
"Kamu kenapa tidak nyaman aku di sini? Apa kekasih kamu cemburuan?" tanya Darko tertawa sambil menoel tangan Hanna.
"Enggak juga sih. Kamu tidak lanjut olahraga?" tanya Hanna.
"Istirahat bentar boleh dong," jawab Darko yang duduk mendekat pada Hanna.
"Darko, aku harus pergi," kata Hanna yang berdiri dari duduknya.
"Mau ke mana, Cherry? Kekasih kamu sudah di belakang kamu," balas Darko.
Tubuh Hanna menegang. Dia meneguk salivanya dan menengok ke belakang hingga dapat melihat wajah datar kekasihnya.
"Sayang, siapa dia?" tanya Edgar.
Darko berdiri dari duduknya mengulurkan tangan pada Edgar. "Nama saya Darko, teman satu jurusan Cherry," jawab Darko.
"Oh begitu. Salam kenal, saya tidak bisa menjabat tangan kamu," kata Edgar yang memegang dua hot dog.
Hanna langsung membantu mengambill hot dog di tangan Edgar.
"Maaf saya menganggu kalian. Saya lanjut olahraga dulu," pamit Darko.
Edgar tidak menjawab. Dia melihat ke arah kekasihnya.
"Iya hati-hati," kata Hanna kiku.
Darko melambaikan tangannya pada Hanna dan lanjut berlari. Edgar merasa Darko sudah menjauh berdeham.
"Kamu sedekat itu dengan pria?" tanya Edgar.
"Hah? Enggak, dia cuma satu jurusan dan satu kelas aja. Cuma teman kok," jawab Hanna.
"Aku tidak suka kamu dekat dengan pria lain seperti tadi, Sayang," balas Edgar dengan raut wajah datarnya.
"Iya maaf," kata Hanna sambil menundukkan kepalanya.
"Kita lebih baik pulang dan kamu makan di mobil," balas Edgar sambil mengkodekan para pengawalnya bahwa dia akan pulang.
Mereka berjalan menuju mobil. Pinggang Hanna dipegang erat oleh Edgar.
"Sayang," lirih Hanna merasakan pinggangnya seperti dicubit.
"Kita bicara di mobil," kata Edgar.
Hanna terdiam sampai mereka masuk ke mobil. "Sayang, jangan marah," pinta Hanna merangkul tangan kekasihnya di dalam mobil.
"Rex, tutup partisinya!" perintah Edgar.
Hanna menggigit bibirnya. "Sayang,: rengek Hanna.
"Berbaring, Sayang," perintah Edgar sambil mengambil hot dog di tangan Hanna dan menaruh di meja yang ada di mobilnya
"Sayang, jangan di sini," kata Hanna ketakutan.
Edgar mengangkat sebelah alisnya. "Kamu melawan kekasihmu, Sayang," tegur Edgar.
Hanna yang ditatap tajam menelungkupkan tubuhnya di atas paha kekasihnya. Suara tamparan terdengar begitu Edgar memukul bongkahan bulat di belakang tubuh Hanna yang celana olahraganya sudah diturunkan oleh kekasihnya. Hanna meringis, tapi tubuhnya seolah-olah menikmati bagaimana kekasihnya menghukumnya
"Kamu menyukai ini?"tanya Edgar sambil menampar dan membelai di sana.
Jari telunjuk Edgar masuk ke dalam milik kekasihnya.
"Edgar," kata Hanna dengan suara yang membuat Edgar menyukainya.
"Iya sebut namaku, Sayang," balas Edgar memaju mundurkan jarinya di sana.
Hanna mencengkram kursi jok mobil di bawahnya.
"Sayang!" teriak Hanna merasakan pelepasan hanya dengan jari kekasihnya.
Edgar menarik turun celana yang digunakan Hanna hingga bawahnya sudah tidak tertutup apa-apa lagi. Tubuh Hanna ditarik ke atas pangkuan Edgar. Hanna yang terengah-engah menatap kekasihnya. Dia melingkarkan tangannya di leher pria di hadapannya.
"Angkat tubuhmu sedikit, Sayang," kaya Edgar.
Hanna menurut, dia mengangkat sedikit dan merasakan milik kekasihnya masuk ke dalam miliknya.
"Argh, Sayang!" teriak Hanna dengan wajah memerah.
"Gerakan tubuhmu, Sayang. Nikmati hukumanmu," kata Edgar sambil mengecup leher kekasihnya dan meninggalkan tanda kemerahan di sana.
Hanna merasakan gelombang gairah menghantamnya saat ini. Dia menggerakkan tubuhnya di atas tubuh Edgar dengan cepat.