Edgar bersama Agatha mengobrol tentang kondisi Hanna. Edgar mendengar mamanya mulai menasihatinya langsung mematikan ponsel itu.
"Sayang kamu baik-baik saja? Apa kamu pusing?" tanya Edgar.
"Aku tidak pusing, aku hanya mau istirahat. Aku ingin sekali bertemu keluarga kamu," jawab Hanna.
"Keluarga kita," balas Edgar sambil membelai lembut pipi Hanna.
"Iya keluarga kita. Kamu tidak istirahat?" tanya Hanna.
"Iya aku juga akan istirahat di sini. Aku menemani kamu sampai kamu tidur," jawab Edgar.
Hanna perlahan memejamkan mata, sedangkan Edgar yang berada di samping Hanna terus memandang Hanna yang sudah tertidur.
***
Di tempat hiburan malam, Max bersama teman-temannya berkumpul. Mereka saling tertawa dan menegak minuman.
"Perempuan yang dekat sama lu tidak diajak?" tanya Darko.
"Perempuan yang mana?" tanya Max.
"Gue tahu lu pasti sedang menyembunyikan seorang perempuan," jawab Darko.
"Sayang, jangan begitu sama Max. Kasihan dia kalau kamu terus mengejeknya," kata Bianca.
Max berdecak kesal lalu menegak kembali minumannya yang sudah diisi cairan berwarna bening.
"Gue sama perempuan itu cuma main-main saja, tidak lebih dari itu," kata Max.
"Mau sampai kapan lu main-main? Lu tidak mau punya pasangan?" tanya Gion sambil memutar bola matanya.
"Kalian tidak usah ikut campur urusan gue. Kita ke sini buat bersenang-senang," balas Max mendelik kesal.
"Kita menari di lantai dansa yuk," kata Bianca.
"Ayo," balas Darko.
Max menggeram kesal saat melihat Darko berdiri lalu menggandeng tangan Bianca. Dia jadi ingin cepat bertemu dengan perempuan yang selalu menemani dia akhir-akhir ini.
"Max, lu tidak bosan sama perempuan yang saat ini sama lu? Biasanya lu hobi berganti-ganti perempuan," kata Gion.
"Lu bisa diam enggak? Gue lagi menikmati malam ini," balas Max santai.
Gion menyeruput minuman berkali-kali hingga kepalanya pening. Dia akhirnya bergabung dengan Darko dan Bianca menari di lantai dansa.
"Lu kenapa menyusul kita?" tanya Darko.
Darko melihat Gion tidak menjawab berteriak kencang karena suara dentuman musik mengusik mereka.
"Bosan gue duduk sama Max. Dari wajah dia sepertinya suasana hati dia lagi buruk!" teriak Gion.
"Dari dulu juga wajahnya begitu," balas Darko.
"Mau pesan minuman lagi tidak?" tanya Bianca.
"Sayang, pesankan saja," jawab Darko.
Mereka loncat-loncat mengikuti irama musik tanpa peduli dengan mata orang-orang yang terkadang fokus pada mereka.
***
Adel yang berada di depan apartemen mewah tengah membuka pintu apartemen tersebut.
"Max," panggil Adel.
Adel merasakan ponselnya bergetar menutup pintu lalu menaruh tas di sofa dan mengangkat telepon itu.
"Halo, Adel," kata Helen.
"Halo, Helen. Ada apa?" tanya Adel.
"Soal Hanna, pasti kamu sudah tahu kalau dia tiba-tiba menghilang," balas Helen.
"Iya aku sudah tahu. Aku bingung mau cari dia ke mana karena ponsel dia tidak aktif dan kita tidak tahu tempat tinggal dia sekarang di mana," kata Adel bingung.
"Aku sedih kita tidak bisa menolong Hanna," balas Helen.
"Aku ingin meminta tolong sama seseorang, tapi dia tidak mau membantu aku," kata Adel.
"Pacar kamu?" tanya Helen.
"Bukan. Pokoknya ada deh," jawab Adel.
"Jadi tidak ada solusi supaya Hanna segera ketemu?" tanya Helen.
"Iya," jawab Adel.
"Kamu susah banget diajak bertemu, kamu sekarang di mana?" tanya Helen.
"Jadwal kerjaku tidak tentu mulai jam berapa," jawab Adel.
"Iya sih. Kapan kita bisa bertemu sekalian menjenguk keluarga Hanna? Aku sudah lama tidak menemui mereka," kata Helen.
"Besok aku kabarin bisa atau tidak," balas Adel.
"Oke, ditunggu kabarnya," kata Helen.
"Iya," balas Adel.
Adel memutuskan sambungan telepon itu. Dia memilih membersihkan tubuhnya terlebih dahulu sambil berpikir bagaimana dia bisa menemukan teman dekatnya.
***
Beberapa menit berlalu, Adel yang sudah selesai membersihkan tubuh memakai mantel mandi lalu keluar dari kamar mandi. Dia seketika berteriak saat melihat Max sudah berada di dalam apartemen.
"Apaan sih? Berisik, Adel," kata Max.
Max dengan wajah sayu dan mata menyipit berjalan mendekati Adel. Dia merengkuh pinggang perempuan itu hingga mendekat.
"Kamu mabuk," kata Adel.
"Sayang, aku mabuk tidak?" tanya Max.
"Max, kamu bau," balas Adel sambil berusaha menjauhkan wajah Max yang ada di depannya.
"Benarkah aku bau?" tanya Max sambil mengecup leher Adel.
"Max, aku mau pakai baju dulu. Kenapa kamu hari ini mabuk?" tanya Adel.
"Tidak apa-apa. Lagi mau aja," jawab Max.
Adel mendorong wajah Max agar menjauh. Dia risih dengan Max yang sangat bau.
"Adel," panggil Max.
Max memeluk Adel, dagunya bersandar pada bahu Adel.
"Max, ada apa? Kamu lebih baik membersihkan diri dulu sebelum bicara lagi sama aku," kata Adel.
"Kamu merasa kangen tidak sama aku kalau aku tidak ada di sini?" tanya Max.
Adel menatap ke samping hingga mata mereka saling bertemu.
"Tidak juga karena kita teman saling menguntungkan saja seperti kata kamu. Kita tidak boleh ada perasaan lebih," kata Adel.
"Iya betul kata kamu, tapi aku merasa kangen sama kamu. Sihir apa yang kamu berikan padaku? Biasanya aku akan bosan dengan seorang perempuan dan dalam seminggu aku pasti sudah mendepak mereka, tapi kamu berbeda," balas Max.
"Berbeda apanya?" Adel.
"Aroma kamu, wajah kamu dan semuanya membuat aku tergila-gila sama kamu," jawab Max.
"Kamu sedang mabuk, lebih baik kamu istirahat. Yuk aku bantu," balas Adel.
Adel menggenggam tangan Max lalu membawa Max duduk di ranjang. Dia membuka sepatu yang dikenakan pria itu.
"Adel, lihat aku," kata Max.
Max membuka kaos yang dia gunakan hingga terlihat tubuh kekarnya. Dia menarik Adel dan mengecup bibir perempuan itu dengan rakus.
"Max kamu harus istirahat. Sebenarnya aku ingin bicara sama kamu, tapi kamu sedang mabuk," kata Adel.
"Aku tidak terlalu mabuk, kamu mau bicara apa?" tanya Max.
"Kamu tidur saja, aku mau memeluk kamu sampai kita tertidur," jawab Adel sambil mendekap tubuh Max.
"Apa kamu yakin mau tidur cuma pakai mantel mandi?" tanya Max.
Wajah Adel seketika memerah malu saat mendengar ucapan Max.
"Kamu jangan gitu kalau mau tidur," kata Adel.
"Kamu mau ganti baju sekarang atau mau aku terkam?" tanya Max.
"Terkam aja. Biasanya kamu main terkam tanpa izin aku," jawab Adel sambil mengedipkan sebelah matanya.
"Adel," panggil Max.
Max seketika melotot saat merasakan tangan Adel yang menggenggam miliknya. Dia melihat Adel langsung pergi ke ruang ganti mengejarnya.
"Sayang, jangan marah. Nanti kamu cepat tua," kata Adel sambil tertawa terbahak-bahak.
"Iya memang aku lebih tua, kamu tidak perlu membuat aku mengingat umurku," balas Max.
Max berbaring di atas ranjang lalu membuka celana panjangnya hingga menyisakan bokser saja.
"Semoga Adel cepat selesai ganti pakaian," gumam Max.
Adel tidak lama keluar dari ruang ganti. Dia melongo saat menatap pria di hadapannya. Dia memang sering melihat Max, tapi dia tidak pernah bosan karena pria itu sangat mempesona baginya.