Chereads / Edgar's Prisoner / Chapter 47 - Stupid

Chapter 47 - Stupid

Edgar mendekati Hanna. Dia hendak mengintip siapa yang menghubungi perempuan itu, tapi tidak bisa saat tangan Hanna menutupi layar ponselnya.

"Sayang, siapa yang menelepon?" tanya Edgar.

"Mamaku yang telepon," jawab Hanna.

"Angkat saja," perintah Edgar.

"Aku ingin bicara sama mamaku, bisakah kamu keluar dulu?" tanya Hanna.

"Oh, oke," balas Edgar mengecup pipi Hanna sebelum keluar dari kamar.

Hanna menutupi tubuhnya yang setengah polos dengan selimut. Dia langsung mengangkat panggilan itu.

"Hallo, Ma," kata Hanna.

"Nak, kamu perasaan tidak pernah libur. Kita semua kangen sama kamu," balas Elsa.

"Ma, Hanna lagi bekerja. Aku tidak bisa seenaknya keluar dari mes tempat kerja aku," kata Hanna sambil menggigit bibirnya. Dia terpaksa berbohong karena tidak mau mamanya khawatir.

"Iya tidak apa-apa, Sayang. Mama merasa kamu makin jauh dari keluarga. Apa kamu tidak bisa cari kerja yang dekat apartemen kita?" tanya Elsa.

"Iya, Hanna akan coba cari kerja lagi," jawab Hanna penuh semangat.

"Iya. Kamu nanti harus kabarin kami kabar kamu, jangan diam aja. Ini Mama menelepon kamu karena kami sangat kangen sama kamu. Oh iya, ini adik kamu mau ngomong," kata Elsa.

"Oke, Ma. Kasih aja," balas Hanna.

"Hallo, Kak," sapa Niko.

"Hallo, apa kabar?" tanya Hanna.

"Kabarku baik. Kak Hanna tidak pulang-pulang, aku jadi makin bersalah sama keluarga kita. Aku kangen sama keusilan Kakak," jawab Niko.

"Yaelah, tidak usah pakai menangis kali. Kamu laki-laki loh," kata Hanna.

"Ya memang laki-laki tidak boleh menangis?" tanya Niko.

"Boleh aja sih," jawab Hanna dengan mata berkaca-kaca. Dia sangat merindukan keluarganya.

"Kak, sesekali pulang dong, kita makan bersama gitu. Aku sekarang kerja paruh waktu sambil kuliah," kata Niko.

"Wah, bagus dong. Kamu sekalian cari pengalaman," balas Hanna.

"Iya, Kak. Kakak sekarang kerja di mana sih biar aku samperin?" tanya Niko penasaran.

"Kakak kerja sama teman Kakak. Eh, Niko, kita lanjut nanti lagi aja, aku dipanggil nih," jawab Hanna.

"Oke, Kak. Sampai jumpa nanti," balas Niko.

Hanna langsung mematikan panggilan itu. Dia melihat ponselnya dengan tatapan bersalah.

"Maafkan aku," gumam Hanna. Dia terpaksa berbohong pada keluarganya.

Hanna merapikan pakaiannya dan menaruh ponselnya saat pintu kamar terbuka.

"Sudah selesai?" tanya Edgar. 

"Sudah," jawab Hanna.

"Ya sudah. Kamu lapar tidak? Kalau lapar, kita cari makan yuk," ajak Edgar.

"Aku bisa masak kok," balas Hanna. Dia tidak mau Edgar membayar makanan mereka terus. 

"Kita makan di luar aja, Sayang. Aku lagi ingin makan steak," kata Edgar.

"Ya sudah kamu pergi aja makan di luar. Aku makan di apartemen, aku hari ini masuk kerja," balas Hanna.

"Aku sudah bilang aku sudah izin sama bos kamu kalau hari ini kamu libur," kata Edgar.

"Edgar, aku mohon biarkan aku bekerja. Aku mencicil semua utangku sama kamu. Kalau kamu begini terus, aku tidak akan bisa membayar," balas Hanna.

"Jadi karena masalah itu kamu selalu saja tidak enakan padaku? Bisa tidak kamu jangan mikirin itu? Aku ikhlas bantu kamu," kata Edgar merangkul pinggang kekasihnya.

"Terima kasih kamu sudah ikhlas, tapi aku tidak bisa. Aku sudah terlalu banyak menyusahkan kamu," balas Hanna.

"Bisa tidak kita jangan membahas ini? Aku datang ke sini untuk bersenang-senang," kata Edgar.

Hanna memainkan tangannya. Dia merasa tidak enak dan takut pada Edgar.

"Aku akan bersiap," kata Hanna.

"In baru kekasihku," balas Edgar bersemangat.

Hanna tersenyum kikuk. Dia langsung berlari ke walking closet untuk mengganti pakaiannya dan berdandan, sedangkan Edgar duduk di sofa yang ada di dalam kamar sambil menunggu kekasihnya selesai berdandan. 

"Betty, kenapa kamu berani sekali mengkhianati aku? Kita lihat hukuman apa yang pantas untuk pengkhianat seperti kamu," gumam Edgar dengan senyum miringnya. 

***

Di sebuah tempat yang pencahayaannya remang-remang, kedua tangan seorang terikat rantai.

Byur

Seember air disiram ke perempuan itu hingga terdengar suara orang terbatuk-batuk. Perempuan itu terbangun, rambutnya terurai berantakan dan pakaian yang dia pakai sudah basah terkena air.

"Putri tidur sepertinya sudah bangun. Apa tidur kamu nyenyak?" tanya seorang pria.

"Kamu mau apa?" tanya perempuan itu.

"Shst, jangan berteriak, Betty. Berteriaklah nanti jika hukuman yang diberikan agak kejam," balas pria itu terkekeh.

"Gustav, lepaskan aku sekarang. Apa-apaan ini?" tanya Betty dengan mata melotot.

"Apa kamu lupa kalau kamu sudah berkhianat pada tuan kita? Kamu mau membongkar semuanya pada kekasih tuan," jawab Gustav menyilangkan tangan dan mengangkat dagunya.

"Aku mau bongkar? Ya tidaklah. Kamu bercanda, Hanna itu temanku," balas Betty.

"Kamu pikir aku dan tuan kita itu sebodoh itu hingga tidak tahu apa yang kamu bicaraka?" tanya Gustav mengangkat sebelah alisnya.

"Apa maksud kamu?!" teriak Betty menarik narik tangan dia yang terikat dan kakinya ingin menendang Gustav.

"Oke aku jelaskan, Betty. Ponsel kamu telah disadap, apalagi kamu ingin memasuki apartemen tuan. Kamu kira di sana tidak ada penyadap? Bahkan untuk kabur dari sana harusnya kamu berpikir," balas Gustav.

"Apa mau kamu?" tanya Betty dengan napas menderu.

"Betty, seandainya saja waktu itu kamu tidak menolak aku, mungkin kamu tidak akan bernasib seperti ini," jawab Gustav dengan senyum mengerikan bagi Betty.

Gustav memutari tubuh perempuan itu. Dia menatap wajah Betty yang tidak ada raut wajah ketakutan sama sekali.

"Oh, jadi kamu sengaja menjebak aku," kata Betty.

"Aku tidak menjebak kamu, kamu sendiri yang termakan rencana sendiri," balas Gustav.

"Gustav, itu cerita lama. Ayolah lepasi aku, kamu mau apa aku akan berikan. Sekarang lepasin aku, kamu bilang saja sama tuan bahwa aku kabur dan tidak tertangkap," pinta Betty. Dia berusaha merayu pria di hadapannya. 

"Betty, kamu kira aku akan termakan rayuan seperti itu, hmm?" tanya Gustav memukul bongkahan bulat milik Betty membuat perempuan itu memekik.

"Ah, hentikan!" teriak Betty.

"Sudah berapa banyak pria yang kamu layani?" tanya Gustav.

"Aku hanya melayani tuan kita saja," jawab Betty.

"Oh begitu. Apakah kamu suka melayani tuan kita hingga kamu berharap lebih dengan hubungan antara bos dan karyawan rendahan seperti kamu?" tanya Gustav.

"Gustav hentikan. Lepasin aku sekarang!" teriak Betty.

Tring tring tring.

Ponsel pria itu berbunyi. Dia menjauh dari Betty.

"Gustav mau ke mana? Woi, lepaskan aku dulu!" teriak Betty terengah-engah.

Gustav sudah keluar dari ruangan dan menutup pintu membuat perempuan itu merasa takut dan kedinginan saat ini.

"Sial! Kenapa aku bisa sebodoh ini dan lupa kalau tuanku itu tidak mungkin tidak menyadap apa pun?" gumam Betty.

Betty menatap ke arah pintu yang tertutup dengan tatapan penuh ketakutan. Dia saat ini cuma bisa berharap Gustav akan berubah pikiran dan mau membebaskannya.