Umar menulis surat kepada Sa'ad agar para pimpinan pasukan bertempur bersama pasukannya. Di dalam setiap pasukan terdapat sepuluh senior yang berpengalaman. Setelah itu Sa'ad mulai menentukan para pemimpin pasukan untuk bertempur bersama kabilah-kabilah, dia mengangkat pemimpin untuk pasukan pengintai, pasukan terdepan, sayap kiri dan kanan, pasukan tengah, pasukan berkuda, dan pasukan pejalan kaki, persis sebagaimana yang diperintahkan oleh Amirul mukminin Umar bin al-Khaththab.
Umar menulis surat kepada Sa'ad menginstruksikan padanya agar segera berangkat menuju Qadisiyah –tempat ini merupakan pintu gerbang Persia pada masa jahiliyyah– Umar memerintahkannya agar berdiri di posisi antara bebatuan dan tanah yang lapang, menutup jalan bagi Persia, dan memulai penyerangan terlebih dahulu.
Umar berpesan, "Janganlah kamu merasa gentar melihat banyaknya jumlah musuh dengan perlengkapannya yang sempurna. Sesungguhnya mereka itu adalah kaum yang banyak tipu muslihatnya. Jika kalian bersabar dan bebruat yang benar dengan niat yang tulus untuk menjalankan amanah ini, aku berharap besar kalianlah yang akan keluar sebagai pemenang. Setelah itu tidak akan mungkin lagi kembali kekuatan mereka selama-lamanya, kecuali kembali bersatu walaupun sebenarnya hati mereka bercerai berai.
Jika ternyata kondisi berbalik maka mundurlah ke arah bebatuan sebab kalian lebih berani dan terbiasa dengan medan seperti itu. Sementara mereka lebih penakut dan tidak mengenal medan, hingga Allah akan memberikan kemenangan kepada kalian dan akan mengembalikan kemenangan setelah kalian mundur terdesak.
Umar juga memerintahkan kepadanya agar banyak instrospeksi diri, selalu menasihati pasukannya agar meluruskan niat, mengharap ganjaran pahala dan selalu bersabar, "Sesungguhnya kesabaran dari Allah itu akan datang sesuai dengan niat, dan pahala yang akan didapat sesuai dengan sebesar apa pengharapannya. Berdoalah kepada Allah agar kalian diselamatkan-Nya.
Perbanyaklah bacaan la haula wala quwwata illa billah al-Aliy al-Adzim. Dan selalu kirimkan berita tentang perkembangan situasi kalian dengan detailnya. Beritahukan di mana posisi kalian turun, di mana posisi musuh kalian dan jaraknya dari kalian. Tulislah surat untukku seolah-olah aku sedang melihat secara langsung sepak terjang kalian, dan aku dapat mengetahui persis bagaimana keadaan kalian.
Takutlah kepada Allah dan berharaplah kepada-Nya. Jangan pernah engkau membanggakan hasil perjuanganmu. Ketahuilah Allah telah mewakilkan urusan ini kepadamu tanpa ada yang menggantikannya, maka jangan sampai Allah gantikan kalian dengan kaum yang lain."
Maka Sa'ad menulis surat kepada Umar memberitahukan kepadanya bagaimana keadaan tempat-tempat di sana seolah-olah Umar melihatnya. Kemudian dia memberitakan perihal tentara Persia yang telah bersiap akan menggempur mereka di bawah pimpinan Rustam dan orang-orang yang kedudukannya setara dengannya. Dia berkata, "Mereka ingin menghabisi kami sebagaimana kami ingin mengabisi mereka, kelak ketetapan Allah jua yang akan berlaku, dan kita selalu menerima segala yang telah ditetapkan-Nya kepada kita baik kemenangan maupun kekalahan. Marilah kita memohon kepada Allah agar memberikan ketentuan takdir yang terbaik dan menyelamatkan kita semua."
Umar menulis surat jawaban untuk Sa'ad dan berkata, "Aku telah menerima surat darimu dan telah kupahami isinya. Maka jika kelak kalian bertemu dengan musuh dan Allah memberikan kesempatan kepada kalian untuk memburu musuh yang kalah –sebab seolah-olah aku dibisikkan bahwa kalian tanpa ragu lagi pasti akan mengalahkan mereka–, maka jangan kalian berhenti hingga berhasil menyerbu kota Madain, karena di situlah kehancuran mereka insya Allah."
Setelah itu Umar mendoakan Sa'ad dan kaum muslimin seluruhnya.
Ketika Sa'ad sampai di al-Uzaib tiba-tiba pasukan Persia di bawah pimpinan Syirzad bin Azad datang menyerang. Akhirnya mereka berhasil dikalahkan dan kaum muslimin mendapatkan harta rampasan perang yang cukup besar. Mereka pun merasa gembira dan semakin optimis untuk dapat memenangkan pertempuran. Sa'ad mengkhususkan satu pasukan yang bertugas menjaga kaum wanita yang dipimpin oleh Ghalib bin Abdullah al-Laitsi.