Chereads / Legenda Penguasa Takdir Surga / Chapter 19 - Ch. 018 - Interaksi

Chapter 19 - Ch. 018 - Interaksi

Para ahli pelindung kota akhirnya berhasil memperkuat segel di bawah tanah dengan komando walikota. Namun, meski begitu mereka cukup kelelahan dan kehabisan banyak energi. Akan sangat sulit bagi mereka untuk langsung membuat formasi array yang sepenuhnya mengunci area bawah tanah itu.

Mereka membutuhkan beberapa waktu untuk memulihkan diri dan mengisi kembali energi mereka sebelum menyelesaikan pekerjaan mereka. Untungnya, para ahli yang bertugas mengisolasi daerah sekitar menjalankan tugas mereka dengan baik. Jadi selama waktu ini tidak ada masalah yang terjadi.

Saat para tetua ahli sedang memulihkan diri masing-masing. Di tempat lain, Xiao Chen hampir saja berniat membakar seluruh perpustakaan karena kesal. Namun setelah memikirkan beberapa hal, dia mengurungkan niatnya dan dengan enggan merapikan kembali buku-buku yang berserakan.

Karena sebagian rak penyimpanan buku hancur, Xiao Chen merapikan buku menjadi tumpukan di lantai, dia berpikir akan meminta pengawas untuk mengganti rak penyimpanan sebelum menyusun buku-buku itu lagi seperti sediakala.

Selama hampir seharian, menjelang sore hari Xiao Chen akhirnya menyelesaikan tugasnya membereskan kekacauan perpustakaan. Terlihat wajahnya begitu kelelahan sampai-sampai bagian bawah matanya memiliki semacam garis-garis suram kerutan.

Setelah merapikan buku terakhirnya, Xiao Chen tersungkur di sebelah tumpukan tinggi buku-buku, bersandar di dinding, dia melenguh, "Sebenarnya, lebih baik membakar semua buku ini. Apa gunanya? Toh, selama ini semua junior klan tidak pernah ada yang mau membacanya, untuk apa repot-repot membereskannya seperti ini?"

"Ya, benar! Aku akan membakarnya sekarang. Dengan begitu, aku juga akan dibebas tugaskan dari hukuman menjaga kebersihan perpustakaan ini," kata Xiao Chen sambil menyeringai jahat. Kelelahan tanpa keuntungan membuat pikirannya timbul niat jahat.

Xiao Chen memang benar, selama bertahun-tahun dia menjaga perpustakaan, orang yang mengunjunginya bisa dihitung dengan satu tangan. Perpustakaan ini tidak banyak menyimpan benda berharga, hanya buku-buku pengetahuan umum dan bahkan lebih banyak berisi tentang syair-syair pujangga daripada metode pelatihan.

Setelah meyakinkan diri, Xiao Chen bangkit dari duduknya. Dengan seringai jahat di wajahnya, dia memegang lilin menyala yang entah kapan dia dapatkan. Xiao Chen berpikir bahwa inilah saatnya cahaya pengetahuan menyinari kegelapan.

"Cahaya pengetahuan, terangilah seluruh dunia dengan api pengetahuanmu!" puja Xiao Chen yang wajahnya disinari pijar lilin, membuatnya benar-benar terlihat jahat.

Dan begitu saja, Xiao Chen membakar buku yang susah-susah dia kumpulkan dan rapikan selama seharian. Dengan suasana hati yang baik, Xiao Chen melangkah keluar dari bangunan perpustakaan sementara nyala api yang awalnya kecil, perlahan membesar hingga menelan seluruh bangunan.

Xiao Chen tersenyum saat berjalan dengan latar belakang kebakaran, dia menyanjung dirinya sendiri. "Inilah yang kusebut cahaya pengetahuan menyinari kegelapan! Dengan ini, mereka akan menyebar bersama angin ke segala arah. Menumpuknya hanya akan membuatnya tetap tak berguna, hehe!"

Anehnya, Xiao Chen tidak merasa sia-sia merapikannya. Padahal dia bisa saja membakarnya sejak awal. Setelah memikirkan asumsinya sendiri, Xiao Chen berpendapat bahwa seperti itulah cara manusia menjalani kehidupan. Jerih payah yang didapatkan dapat berakhir karena dihancurkannya sendiri. Bedanya, Xiao Chen tidak menyalahkan orang lain.

Manusia bersusah payah mengumpulkan apa yang menurut mereka penting dan berguna, tapi mereka lupa caranya memanfaatkan apa yang di dapat hingga terus menimbunnya dengan hal-hal baru.

Di sisi lain, manusia selalu bekerja keras dalam menggapai apa yang diinginkan, tetapi mereka lupa bahwa sangat mudah menghancurkan apa yang sudah dimiliki dengan satu tindakan kecil.

Namun, ketika beberapa langkah berjalan, tiba-tiba wajah Xiao Chen berubah saat menoleh. "Astaga! Aku lupa tempat tinggalku menyatu dengan bangunan perpustakaan! Ahh, sialan! Apa yang kulakukan!"

Xiao Chen buru-buru kembali ke bangunan kecil di samping perpustakaan, tapi dia terlambat. Tempat itu sudah dilahap api.

Sebenarnya Xiao Chen sudah menyimpan semua benda yang berharga baginya ke cincin spasialnya, tetapi tetap saja tidak mengubah fakta bahwa tempat ini adalah rumahnya selama bertahun-tahun. Banyak kenangan yang ada di sini. Xiao Chen tidak terlalu menyesal, hanya merasa sedikit kehilangan.

"Lupakan. Mungkin ini yang terbaik. Lagipula, mungkin aku tidak akan tinggal lebih lama lagi di Klan Xiao," gumam Xiao Chen menenangkan dirinya sendiri.

Tepat pada saat dia mengatakan hal itu, tiba-tiba nyala api yang membakar gedung menyambar tubuhnya. Xiao Chen terlambat menyadarinya dan dia seketika dilahap oleh api itu. Anehnya, Xiao Chen tidak terbakar. Tetapi nyala api itu seperti menariknya, alih-alih membakarnya.

Kejadian itu terjadi sangat cepat, bahkan Xiao Chen tidak punya waktu untuk berteriak atau mengatakan apapun. Nyala api itu sepertinya bukan api pembakaran, tetapi lebih seperti api energi yang menyatu dengan api pembakaran, karena warnanya berbeda dengan api sebenarnya.

"Apa yang terjadi?" Baru saat inilah Xiao Chen sadar. Tetapi sudah terlambat baginya untuk berbuat sesuatu karena nyala api menariknya masuk ke kobaran api di gedung yang terbakar.

Anehnya, hal ini sepertinya sudah Xiao Chen alami sebelumnya. Xiao Chen memiliki perasaan dejavu. Ketika tertelan kobaran api, bukannya rasa panas yang membakar, tapi justru rasa dingin yang mencekam yang dirasakan.

Tak sampai di situ saja, Xiao Chen memiliki perasaan bahwa dia sedang di tarik ke suatu tempat karena kobaran api biru di sekelilingnya tampak bergerak. Ini mirip saat kejatuhannya di lubang gelap tanpa dasar sebelumnya, bedanya dinding-dindingnya terbuat dari kobaran api biru yang berputar.

Bugh!

Beberapa waktu sepertinya telah berlalu dengan cepat. Xiao Chen merasa dirinya baru saja terjatuh ke permukaan yang padat seperti tanah atau bebatuan. Bahkan pinggangnya terasa sedikit nyeri karena itu.

"Apa lagi yang terjadi padaku? Sepertinya akhir-akhir ini aku mengalami kesialan terus menerus!" kutuk Xiao Chen sambil menggosok punggungnya.

Kobaran api biru yang mengelilinginya secara perlahan memudar, tergantikan oleh pemandangan seperti di dalam gua bawah tanah yang cukup luas. Dinding-dindingnya tampak seperti tombak-tombak yang tajam di semua sisi gua termasuk langit-langit gua.

Anehnya, gua ini tidak gelap. Ada semacam pancaran cahaya kebiruan yang menyinari seluruh ruangan gua, seperti warna kobaran api yang menariknya. Ketika Xiao Chen menyadari keberadaannya, dia tersentak kaget tanpa bisa berkata-kata lagi.

Gua bawah tanah yang seharusnya gelap dan menakutkan sepertinya tidak berlaku di gua ini. Itu karena berbagai bentuk bebatuan indah ada di sini dan semuanya memancarkan cahaya kebiruan di tengah-tengah bongkahan batu.

"A-apakah ini semua kristal bumi kualitas tinggi?" tanya Xiao Chen tertegun melihat sekelilingnya.

Umumnya, kristal bumi berwarna kemerahan, tetapi di sini semuanya berwarna kebiruan dengan sedikit aura dingin yang menusuk tulang. Jika bukan karena ada suatu entitas energi lain yang menyegel aura-aura bebatuan itu, dapat dipastikan bahwa Xiao Chen pasti akan menggigil kedinginan.

Xiao Chen terlalu terkejut melihat isi gua sampai dia terlambat menyadari bahwa di gua itu ada semacam kolam kecil yang berisi air berwarna biru yang menyala. Di semua sisi kolam terdapat tulang-belulang dengan berbagai ukuran. Tulang-tulang ini terlihat sangat kuno.

"Jangan bilang kalau ini adalah Mata Air Spiritual!" Xiao Chen tercekat tak percaya, bahkan dia gagal mencoba berdiri karena terlalu terkejut.

"Kau tidak salah, tapi juga tidak sepenuhnya benar." Tiba-tiba sebuah suara bergema di dalam gua tanpa ada wujudnya.

"S-siapa itu? Tunjukkan dirimu!" teriak Xiao Chen, lagi-lagi dibuat kaget. Untungnya jantungnya kuat, kalau tidak dia sudah lama mati menderita serangan jantung.

"He he, aku adalah penghuni gua ini. Bukankah kita sudah bertemu sebelumnya? Tidak. Lebih tepatnya, aku pernah melihatmu dan kau pernah melihatku sebelumnya," kata suara itu lagi.

"Omong kosong. Aku belum pernah ke tempat ini sama sekali. Bagaimana kita pernah bertemu? Siapa kau sebenarnya? Tunjukkan dirimu kalau berani!" Xiao Chen menyapu pandang ke segala arah, tetapi masih gagal menemukan asal suara itu. Dia tidak bisa tetap tenang, tetapi meskipun rasa takut menggelayuti hatinya, dia tetap memaksakan diri untuk tetap berpikir positif.

"Kau pernah melihatku. Dan lagi, kau mengambil beberapa barang yang aku jaga ratusan tahun. Tidakkah menurutmu kau terlalu sombong untuk tidak mengakuinya?" kata suara itu lagi, tapi kali ini terdengar cukup dekat dan tidak bergema.