Pria itu rupanya benar-benar menepati ucapannya. Dexa tak tahu ke mana ia pergi, namun begitu siang, pria itu kembali membawakannya makanan.
pertanda ia masuk adalah suara derita dari pintu ya engselnya telah berkarat.
Awalnya Dexa bersikap angkuh dengan
tak menggubrisnya, namun tepat ketika pria itu pergi ia buru-buru menyantap makanannya.
Godaaan makanan memang sulit dihindari.
lagi pula Ia memang lapar dan butuh untuk memulihkan tubuhnya.
Iya tak bisa berkeliaran dalam keadaan kelaparan seperti ini karena bisa menjadi mangsa empuk bagi orang lain. menjadi tidak berdaya adalah salah satu hal yang sangat dibencinya. Ia tak ingin menjadi korban seperti ayahnya.
Pria itu tak nampak pandai berbasa-basi. Ia hanya berucap sekedarnya saja. Bahkan tak seperti orang-orang ketika bertemu, ia bahkan tak bertanya tentang nama atau pun memperkenalkan diri.
Iya juga biar tidak bertanya tentang Dexa, dari mana asalnya apa yang ia lakukan sebelumnya dan kenapa tubuhnya penuh luka.