Tanpa menunggu waktu lama, Zed asal ambil pakaian dan memakai sepatu, dimulutnya terjejal sepotong roti dan tangan kanan dan kirinya memegang botol minuman dan ubi, tas sudah disandangnya di belakang punggung. Ia tahu, tas itu dipersiapkan untuknya. Juga dengan makanan dan minuman itu.
"Sialan, bagaimana caranya aku berlari di dalam lubang sempit ini," gerutunya.
Lubang itu cukup kecil, mereka harus berjongkok untuk melaluinya, kecuali untuk Kai yang berjalan leluasa, hingga ia berada paling depan.
Sementara yang paling kesusahan tentu saja Theodore.
"Punya masalah apa sih yang membuat lubang ini? Ini jalan keluar apa masuk ke dunia lain?" Kecamnya sebab kesulitan, jika saja ia punya tubuh yang lebih tambun, bisa dipastikan ia hanya akan menjadi penganjal.
"Diamlah," kata Wisley mendengar Theodore yang ribut terus. Sementara ia mendorong temannya, lebih tepatnya membantunya agar tak terlalu lama. Sebab udara di sana lembab. Cahaya juga tersisa sedikit, hingga Theodore cepat-cepat bergerak takut bertemu dengan hewan melata yang suka menyengat.
"Kai pelan-pelan," panggil Mave melihat adiknya berjalan terlalu cepat. Untungnya gadis kecil itu begitu penurut hingga ia menunggu sang kakak segera ke arahnya.
"Astaga, terowongan kecil ini sejauh apa sih?!"
Wisley mengetok kepala Theodore dari belakang hingga pemuda gemuk itu melirik ke arahnya dengan wajah tak kelihatan.
"Jalan saja, jangan banyak mengerutu," kata Wisley sebelum sempat Theodore menghardiknya.
Kai berjalan melompat-lompat, sebab mulai bosan karena remang-remang dan lembabnya udara, hingga pijakannya mengenai sesuatu.
Hanya ada suara teriakan mengema setelahnya kemudian senyap.
"Kai!"
Jantung mereka berdebar cepat mendengarnya. Mave melompat ke arah adiknya tadi cepat, tapi sayangnya anak itu tak terlihat di mana pun.
"Mave!" Panggil Theodore dan Wisley bersamaan.
Ketika temannya ikut menghilang. Suaranya juga menjadi senyap.
"Apa yang terjadi?!" Teriak Theodore melihat ke arah Wisley dengan panik.
"Aku tidak tahu, cepat majulah." Teriak Wisley ikut panik. Mereka tak bisa melihat dengan jelas apa yang barusan terjadi. Hanya siluet yang akhirnya menghilang.
"Apa mereka terjatuh? Tapi si Penyintas itu bilang hanya ada terowongan!"
Wisley sama kalutnya. Ia menyuruh Theodore untuk cepat maju. Namun bocah besar itu cukup penakut.
"Kau saja yang maju duluan," ujarnya lirih.
"Ya, tentu saja aku mau, sayangnya aku tak bisa melewati tubuhmu yang menutupi jalan," kata Wisley bersungut-sungut.
"Cepat maju, atau ku tendang." kata Wisley lagi.
Theodore dengan tubuh gemetar segera maju. Tak terdengar suara apapun, hanya ada keheningan, teriakan Kai dan Mave juga hanya terdengar sebentar, seperti mereka habis dilahap sesuatu.
Krek.
Terdengar sesuatu terinjak oleh Theodore dan Wisley. Suara yang sama ketika mereka mendengar dari Kai dan Mave.
"Sial."
Mereka saling terdiam, sampai akhirnya ikut berteriak secara bersamaan.