Memenuhi janji meski terlambat tiga jam, Lintang dan Rhea duduk berdampingan di sebuah potongan kayu besar di depan api unggun. Lintang juga benar-benar membuat api unggun itu tanpa perlu susah payah. Sebagai seorang petualang, Lintang memang sudah terbiasa hidup di alam terbuka, dan tidak dipungkiri jika Rhea jadi ikut-ikutan menyukai acara penenangan diri sederhana seperti itu.
"Cangkir kamu mana?" Lintang hendak menuangkan teh hijau di dalam ceret kecil yang baru saja dipanaskan. Rhea itu penyuka teh, dan Lintang selalu tahu bahwa menghidangkannya secara istimewa untuk gadis itu menjadi cara paling ampuh untuk membuka pembicaraan panjang lebar selanjutnya.
"Thank you." Rhea tersenyum senang atas teh hijau hangat di dalam cangkir keramiknya. Lintang si peramu tak kalah tersenyum hangat, "Udah lama ya kayaknya kita gak ngobrol berdua gini? Kamu kangen gak sih, Rhe?"