Di sebuah taman saat inilah Arzee dan Iqbaal berada. Bukan tanpa alasan mereka berada disini. Ini semua adalah permintaan Iqbaal. Ia terus saja merengek kepada Arzee untuk bermain ditaman.
Iqbaal menaiki salah satu ayunan kayu yang tergantung di sebuah pohon— membuat Arzee berdecak kesal.
"Lo jauh-jauh ngajak gue ke sini cuma buat main ayunan?" tanya Arzee dengan datar dan Iqbaal mengangguk lucu.
"Kalo cuma ayunan belakang rumah gue juga ada!" ucap Arzee membuat iqbaal mendongak— melihatnya yang tengah berdiri di samping ayunan— persis seperti seorang ibu yang menemani anaknya bermain ayunan.
"Yaudah kalo gitu kita main dirumah Arzee aja!" seru Iqbaal bertepuk tangan kecil.
Arzee bergidik geli melihat tingkah Iqbaal yang menurutnya seperti bocah yang akan mendapat lolipop.
"Umur lo berapa sih?" tanya Arzee menatap Iqbaal yang berdiri— lebih tinggi darinya.
Iqbaal menaruh jari telunjuknya di dagu seperti orang berpikir.
"Kata bunda umur aku 22 tahun," ucap Iqbaal
Apa? Apa Arzee tidak salah dengar?
"22 tahun?!" pekik Arzee tak percaya.
"Iya. Kalo Arzee umur berapa?" tanya Iqbaal sambil menggoyangkan ayunan dengan tangan kirinya.
"Gue 20 dan itu tandanya, gue manggil lo kakak," ucap Arzee dengan datar.
"Jangan!" pekik Iqbaal sambil mengibaskan kedua tangannya didepan wajah Arzee.
Arzee sedikit memiringkan kepala untuk menatap Iqbaal.
Kali ini apa lagi? Pikir Arzee.
Arzee mengernyitkan alisnya, tak mengerti dengan tingkah Iqbaal.
"Aku itu anak kedua, jadi harusnya kamu panggil aku adik bukan kakak," ucap Iqbaal dengan cengiran khasnya.
Siapapun tolong bunuh Arzee sekarang juga!
Rasa-rasa nya ingin sekali Arzee memukul kepala Iqbaal sekarang juga.
****
"Hah?! Serius lo?!" teriak Salsha dengan heboh, membuat banyak pasang mata memandangnya dengan tatapan tajam.
"Suara tolong dikondisikan," tegur Arzee.
Salsha hanya tersenyum lebar seraya mengangkat jari telunjuk dan jari tengah nya sehingga membentuk simbol peace.
Ya. Saat ini mereka sedang berada di sebuah cafe populer di Jakarta.
"Gue jadi penasaran sama si B-Bal.. Bal siapa namanya?"
"Iqbaal. 'A' nya dua kata dia."
"Hahaha emang ngaruh nya dalam penyebutan nama?" tanya Salsha disela tawanya.
"Mana gue tau, tanya aja sama dia nya," jawab Arzee.
"Lo punya fotonya ga? Gue penasaran banget sama tuh cowok," ucap Salsha bertopang dagu.
Arzee pun kembali berkutat dengan handphone nya membuat Salsha berdecak kesal.
"Ck! Segitu gak suka nya lo sama tuh cowok? Sampe-sampe gue nanya begitu lo kacangin!" kesal Salsha.
"Bawel. Gue lagi cari foto nya. Seinget gue kemarin mami ngirimin foto nya," ucap Arzee membuat Salsha tersenyum lebar dan kembali bertopang dagu.
Setelah menunggu beberapa menit, Arzee pun menyodorkan handphone nya ke hadapan salsha.
"Nih."
Mata Salsha seketika melotot saat melihat foto Iqbaal yang terpampang jelas di handphone Arzee.
"Iiihhh lucu banget, bangsat!" pekik Salsha heboh.
"Ya ampun Arzee, bisa gak sih lo gak usah nunjukin foto yang kayak begini? Emang gak ada foto yang lain apa?" tanya Salsha tanpa melepas pandangan nya dari foto Iqbaal.
"Kenapa emang?" tanya Arzee dengan heran.
"Menggoda soalnya. Lidah nya itu loh! Errr… minta di samber," jawab Salsha mengulum bibir nya sendiri.
"Buat gue aja deh Zee," lanjutnya.
"Gue sih iya iya aja, tapi kalo gue pikir ulang, kasian di dia nya kalo harus lo yang dapat," ucap Arzee setelah menyeruput juice nya.
Salsha mengerutkan dahinya, tak mengerti dengan apa yang diucapkan oleh sahabatnya ini.
"Maksudnya?"
Arzee menghela nafas dan berkata, "dia masih polos banget. Ralat, dia lebih cocok disebut.." Arzee menggantungkan ucapan nya. "Idiot."
"Iya sih, sangat disayangkan. Ganteng-ganteng tapi idiot," ucap Salsha dengan kekehan.
"Tapi, serius orang tua lo mau jodohin lo sama dia?" tanya Salsha setelah menyeruput coklat panas nya.
"Ya. Seperti yang gue jelasin tadi," gumam Arzee.
"Kalo lo dijodohin sama dia, terus gimana hubungan lo? Apa lo bakal putus sama pacar kesayangan lo itu?"
"Entahlah."
****
Berbelanja adalah salah satu hobi kaum hawa bukan? Terlebih jika ada diskon besar-besaran, sudah dipastikan barang itu akan ludes terjual.
Jika kebanyakan kaum hawa menanti-nanti adanya barang diskon an, berbeda dengan Arzee dan salsha yang tidak pernah memperdulikan ada atau tidak nya potongan harga tersebut.
Bagi mereka, ada atau tidak nya potongan harga tidak akan mempengaruhi nafsu mereka untung ber shopping. Seperti hari ini contohnya. Kedua tangan mereka telah penuh dengan paper bag berisikan belanjaan mereka. Baik baju, sepatu, parfum, dan yang lainnya.
Meski begitu, mereka masih enggan untuk melangkah keluar dari tempat yang mampu menguras dompet itu.
"Mau beli apa lagi, Sha?" tanya Arzee.
Salsha berpikir sejenak.
"Tadi sih gue liat ada tas keluaran terbaru sama dress cantik gitu! Tapi nanti aja deh, gimana kalo kita makan dulu? Laper nih inces," ucap Salsha dan disetujui oleh Arzee.
****
Mereka sudah berada disebuah restoran seafood dan mereka juga telah memesan berbagai macam menu terbaru. Ya, selain hobi shopping mereka juga punya hobi sampingan. Yaitu, mencicipi makanan dan minuman terbaru.
"Sumpah gue tuh tadi sempat cek pemasukan dari produk kosmetik punya gue sendiri, Shasami. And it turns out… boom! 75% are sold and of course it's become a trending topic in the fashion world! Oh my god! I really didn't expect my product to be selling well in the near future!" seru Salsha dengan bangga.
"Wajar sih," ucap Arzee seraya menganggukkan kepalanya. "secara nyokap lo kan pengusaha bidang fashion. Jadi begitu lo ngeluarin produk, damn! Langsung booming."
Tak lama kemudian waiters pun datang membawakan pesanan mereka. Membuat mata Salsha berbinar melihat berbagai makanan dan minuman di hadapannya.
"Sudah siap memanjakan lidah?" tanya Arzee sambil menjilat bibirnya sendiri.
"Siap dong! Persetan sama berat badan. Yang penting gue kenyang," jawab Salsha membuat keduanya tertawa.
Mereka pun memakan makanan itu dengan lahap namun tidak menghilangkan keanggunan keduanya. Bagaimanapun mereka tetap memperhatikan gaya makan mereka, terlebih ini di muka umum. Mengingat mereka adalah anggota dari keluarga terpandang.
"Oh iya Zee, dengar-dengar katanya bang Babas mau balik ya ke Jakarta?" tanya Salsha membuat Arzee sontak menghentikan aktivitas makan nya.
"Lo tau dari mana?"
"Dia DM gue di Instagram. Emangnya dia gak ngasih tau lo?"
Arzee hanya diam tak menggubris pertanyaan Salsha kemudian ia kembali melanjutkan aktivitasnya yang sempat tertunda.
Tak mau ambil pusing, Salsha pun memilih untuk fokus kepada makanan nya yang sangat menggugah selera.
Saat keduanya tengah asik dengan makanan nya masing-masing, tiba-tiba handphone Arzee bergetar dan terlihat di layar handphone nya tertera nama 'My Mom'. Arzee pun kembali menghentikan aktivitas nya, dengan perasaan kesal ia pun menggeser panel hijau di kearah atas.
"Halo mam?"
' ..... '
"Iya, nanti."
' ..... '
"Gak bisa mam, aku lagi di mall sama Salsha."
' ..... '
"Ok. Aku. Pulang. Sekarang."
Pip
Arzee memutuskan sambungan telepon secara sepihak disertai dengan raut masam.
"Kenapa?" tanya Salsha
"Nyokap nyuruh gue pulang," jawab Arzee dengan datar.
"Tumben. Biasanya aunty Claura gak pernah nyuruh lo balik kalo lagi shopping sama gue."
"Ada si idiot dirumah gue. Makanya gue disuruh pulang. Kalo gue gak pulang sekarang, mami ngancem bakal ambil semua fasilitas gue," ucap Arzee tetap dengan ekspresi tenang seakan ia baik-baik saja.
"WHAT?!!" teriak Salsha membuat mereka kembali menjadi pusat perhatian.
"Kok aunty Claura begitu sih? Baru kali ini loh aunty ngancem lo. Gila, gila, besar juga pengaruh tuh cowok buat lo," ucap Salsha dengan senyum miringnya.
"Mending sekarang lo pulang. Daripada fasilitas lo disita, ini semua biar gue yang bayar. Anggap aja gue lagi traktir lo karna produk gue laris manis," ucap Salsha dan dibalas anggukan oleh Arzee.
Tanpa mengucap 'terima kasih' Arzee langsung melenggang meninggalkan Salsha.