Arzee telah sampai di rumah mewah nya sejak 1 jam yang lalu dan saat ini ia sedang berada di ruang tamu, menemani Iqbaal bermain game di handphone miliknya.
Pasalnya tadi Iqbaal meminjam handphonenya untuk bermain game, tetapi ia mengatakan bahwa di handphone nya tidak ada game apapun dan iqbaal merengek kepada Arzee untuk mendownload game pou kesukaannya.
"Zee, lihat deh. Pou nya Iqbaal pake in baju warna hitam sama kayak warna baju Arzee," ucap Iqbaal sambil menyodorkan handphone ke hadapan Arzee yang tengah menonton tv.
"Ck, uda situ main aja! Gak usah ganggu gue," tepis Arzee membuat iqbaal mengerutkan bibirnya dengan lucu.
"Lihat sebentar Zee… lucu tau kayak Iqbaal," ucap Iqbaal menggoyang-goyangkan pelan lengan Arzee yang sedang duduk di sofa.
"Ck, gue bilang jangan ganggu, ya jangan ganggu! Dengar gak sih?!" bentak Arzee membuat Iqbaal menundukkan kepalanya.
Arzee kembali menatap layar tv, mengabaikan Iqbaal yang kini sedang menatap lantai.
"Maafin Iqbaal," lirih Iqbaal masih menunduk.
"Iqbaal gak sengaja bikin Arzee marah," lanjutnya membuat gadis tersebut menoleh dan menatap Iqbaal yang terduduk di atas lantai.
"Siniin hp gue," ucap Arzee dengan dingin.
Dengan rasa takut dan tangan yang gemetar Iqbaal mendongak, mengembalikan handphone kepada sang pemilik.
Arzee dapat melihat mata Iqbaal yang berkaca-kaca dan jika Iqbaal berkedip sekali saja air mata nya akan turun membasahi pipinya yang sedikit berisi.
"Sampe lo nangis, gue pukul kepala lo." ucap Arzee membuat Iqbaal langsung menghapus air matanya dengan kasar.
"I-Iqbaal gak n-nangis kok hiks," ucap Iqbaal dengan sesegukan.
Jika ada yang bertanya dimana orang tua mereka? Maka jawabannya adalah tidak ada.
Ny. Claura sengaja meminta Arzee pulang untuk menemani Iqbaal di rumah dikarenakan Ny. Claura akan pergi dengan bunda Rike untuk reuni dengan angkatan SMA mereka.
"Arzee tau gak? Bunda gak pernah marahin Iqbaal," ucap Iqbaal dengan kepala menunduk sambil memainkan jari lentiknya.
"Sayangnya gue bukan bunda lo," ketus Arzee.
"Iqbaal.. Iqbaal... Iqbaal marah sama Arzee!" Teriak Iqbaal.
Arzee yang melihat itupun sama sekali tidak peduli. Ia melanjutkan aktivitasnya yang sempat terganggu.
1 jam berlalu..
2 jam sudah tak terasa..
Kini jam telah menunjukkan pukul 07.00 malam, namun kedua perempuan paruh baya itu belum juga pulang. Membuat Arzee menggerutu tak jelas.
"Ck! Mami sama tante Rike kemana sih?! Jam segini belum pulang. Mending kalo gak nitipin apa-apa lah ini nitipin si Iq—" Arzee menjeda ucapan nya sejenak.
Kayak ada yang ngeganjel di hati.
"Loh si Iqbaal kemana?!!" pekik Arzee.
Ia pun langsung berlarian mencari keberadaan Iqbaal.
Saking keasyikan menonton tv, membuat nya lupa bahwa ia mendapat amanah untuk menjaga seorang bayi besar. Arzee mencari ke rooftop, halaman belakang, gudang, kolam renang, bahkan hingga teras. Namun nihil. Ia tidak menemukan bayi besar itu.
Arzee kembali memasuki rumah nya sambil terus menerus meneriaki nama Iqbaal.
"Iqbaal!!"
"Iqbaal lo dimana sih?!"
Hening.
Tak ada sahutan apapun.
Kemudian ia teringat ada satu tempat yang belum ia periksa. Kamar miliknya.
Arzee pun menaiki satu persatu anak tangga hingga langkahnya terhenti didepan pintu bertulisan "Nona Ralesha room's".
Ceklek.
Kamarnya gelap. Ia pun meraba dinding untuk mencari tombol lampu dan dapat!
Ia segera menekan tombol lampu.
Klik!
Seketika kamar megah itu pun menjadi terang.
Betapa terkejutnya Arzee melihat Iqbaal yang tengah tidur meringkuk seperti bayi diatas kasur king size kesayangannya.
"Berasa anak sultan dia," gumam Arzee tersenyum miring.
****
Keluarga Davin dan Hermawan kini sedang berkumpul di ruang makan, di kediaman Tuan Davin tentunya. Claura dan juga Rike pulang pada pukul 08.30 pm— membuat Arzee bernafas lega, seakan segala beban hilang begitu saja.
Kedua keluarga ini sesekali tertawa karena mendengar celotehan Iqbaal yang terdengar lucu di telinga mereka.
"Iya, Yah. Tadi tuh Arzee marah-marah sama Iqbaal, ya sudah Iqbaal lari saja ke atas. Iqbaal masuk ke kamar Arzee dan bunda tau gak? Di kamar Arzee tuh banyak banget mobil sama robot-robot an," celoteh Iqbaal panjang lebar terlihat jelas raut bahagia yang terpancar dari wajahnya.
"Iyaa, Arzee emang suka koleksi mobil sama robot-robot an. Kalo Iqbaal mau, boleh bawa pulang kok," ucap tuan Davin disambut dengan tatapan mata Iqbaal yang berbinar. Namun itu tak bertahan lama.
Iqbaal kembali mengerutkan bibirnya.
"Iqbaal sih mau om tapi Iqbaal takut di jewer sama Arzee lagi," ucap Iqbaal dengan polos.
Mendengar ucapan Iqbaal, Claura dan Davin pun menatap putrinya dengan tajam.
Merasa diperhatikan, Arzee pun mendongak.
"Kenapa mami sama papi ngeliatin aku begitu?" tanya Arzee.
"Bener kamu jewer Iqbaal?" tanya Claura.
"Iya," jawab Arzee.
"Kenapa jewer-jewer anak orang?" tanya Claura dengan tatapan sok sinis.
"Arzee kesal sama Iqbaal."
Bukan. Bukan Arzee yang menjawab melainkan Iqbaal.
"Katanya tadi Arzee capek nyari-nyari Iqbaal kesana kesini, tapi Iqbaal nya gak ketemu-ketemu juga. Padahal kan Iqbaal ada di kamar dia sendiri," jelas Iqbaal membuat para orang tua kembali tertawa.
Iqbaal yang tampak bingung pun tak mau ambil pusing, ia sontak ikut tertawa. Tak lama kemudian ia menghentikan tawanya kemudian memegang tangan Arzee membuat si pemilik tangan menoleh ke arahnya.
"Kenapa lagi?" tanya Arzee dengan dingin.
Sumpah! Arzee tuh udah muak campur greget sama Iqbaal.
"Bunda, ayah, om sama tante ngetawain apa sih?"
"Gotong, woy! Bantu gue buang dia ke tol Cipali!" umpat Arzee dalam hati
****
Hari ini adalah hari minggu. Hari favorit Arzee— dimana ia bebas dari jam kuliah, bebas dari penjelasan dosen dan tentu nya ia bebas untuk tidak meninggalkan kasur kesayangannya.
Tapi itu dulu.
Dulu sebelum datangnya Iqbaal.
Entah apa alasannya pagi ini Iqbaal sudah ada di rumah tuan Davin.
Claura tentu sangat senang jika Iqbaal bertamu kerumah nya. Claura sangatlah suka dan gemash dengan Iqbaal, wajahnya yang tampan dan wajah yang polos membuat hati Claura menghangat.
Bukan. Bukan karena ia jatuh hati dengan Iqbaal, melainkan ada hal lain yang ia rasakan.
"Tante, tante gak marah kan kalo Iqbaal ngajak Arzee main?" tanya Iqbaal dengan senyum polosnya.
"Gak apa-apa dong sayang, tante malah senang kamu sering main kesini," ucap Claura sambil mengelus punggung tangan Iqbaal.
"Arzee mana tante?"
"Masih di kamar. Belum bangun mungkin."
"Boleh gak kalo aku yang bangunin?" tanya Iqbaal dengan kepala menunduk, takut dimarahi oleh Claura.
"Boleh dong!" seru Claura.
Iqbaal pun mendongak dengan mata berbinar dan tanpa berpikir lagi ia langsung berlari menuju kamar Arzee.
Tok tok..
Iqbaal mengetuk-ngetuk pintu kamar Arzee. Namun tak ada sahutan membuat Iqbaal gemash sendiri.
Tok tok..
"Arzee, Iqbaal masuk ya," lirih Iqbaal.
"Iya masuk aja," lanjutnya dengan menirukan gaya bicara Arzee.
Iqbaal berjalan riang menuju ranjang milik Arzee dan tangannya terulur untuk menggoyangkan tubuh gadis tersebut dengan rusuh.
"Arzee bangun.. ayo main," ucap Iqbaal.
"Arzee ih! Iqbaal siram nih," kesal Iqbaal.
"Arzee!" teriak Iqbaal membuat Arzee terkejut dan langsung bangun dalam posisi duduk.
Arzee berusaha menyesuaikan matanya dengan cahaya dan matanya langsung menangkap sosok polos Iqbaal yang sedang menatapnya dengan senyum konyol.
"Iqbaal?"
"Iya ini Iqbaal. Yuk main yuk!?" ajak Iqbaal dengan riang.
"Sialan lo! Keluar dari kamar gue, idiot!" bentak Arzee membuat Iqbaal mundur ketakutan.
"Tapi Iqbaal mau main sama Arzee," lirih Iqbaal.
"Keluar sana!" teriak Arzee. Tangannya terulur mendorong tubuh Iqbaal hingga jatuh.
Bugh!
Iqbaal meringis kesakitan saat sikunya menghantam lantai.
"Sakit," lirih Iqbaal.
"Kok Arzee dorong Iqbaal? Iqbaal kan cuma mau main, hiks," keluh Iqbaal di sela isaknya.
"Lo ngerti bahasa manusia gak sih? Gue bilang, keluar! Gue muak lihat muka lo!" teriak Arzee tepat didepan wajah Iqbaal.
"Bunda..."