"Mau kamu kasih nama apa?" tanya Embun sambil menyuap es krim rasa cokelat ke dalam mulut. Dia kemudian menjilat bibirnya sendiri saat lelehannya sempat keluar dari celah bibir.
"Kenapa kamu penasaran?" Bulan balik bertanya. Dalam keadaan yang masih lemah dan dengan lengan yang masih terpasang selang infus berisi kantung darah, dia tersenyum tipis menggoda sang sahabat yang kemarin merasa dunianya hampir runtuh.
"Aku tidak boleh penasaran?" tanya Embun lagi. Dia berdecak, lantas menyuap sesendok besar lagi es krim ke dalam mulut. Minuman itu dibelikan oleh Seruni. Ibu Bulan itu paham sejak dulu kalau dia butuh es krim rasa cokelat untuk memulihkan diri dari sikap cemas yang berlebihan.
Bulan kembali tertawa tanpa suara. Dia yang masih lemas tidak berani banyak bergerak, mewakilkan apa yang ada di kepalanya hanya dengan pergerakan ekspresi wajah.
"Aku punya beberapa nama," jawab Bulan akhirnya.