Keesokan harinya. Keadaan Salsha jauh dari kata baik. Matanya hitam dan bengkak. Rambutnya juga kusut. Salsha seperti tak mempunyai semangat hidup.
Aldi benar-benar merealisasikan ucapannya yang mengakhiri hubungan mereka. Aldi sama sekali tak menghubunginya. Jangankan menghubungi, sekedar membalas chat Salsha saja, Aldi tak mau.
Salsha masuk ke kelasnya dan langsung di suguhi oleh pemandangan ketiga sahabatnya yang sedang berbincang ria. Dan mereka tiba-tiba diam saat Salsha duduk di bangkunya.
"Waah zombie," ledek Amanda. Salsha tahu niatnya hanya becanda. Tetapi Salsha tetap saja merasa sakit hati.
"Lo kenapa?" tanya Bella sembari memainkan ponselnya, tak melihat Salsha.
Salsha menghela nafasnya, "Gue gapapa, kok."
"Kalo ada masalah cerita dong, Sha. Jangan di pendam sendirian." Kini Clara yang bersuara.
"Serius, gue gapapa."
Salsha menampilkan wajah jika ia memang baik-baik saja. Salsha tak suka membagi ceritanya dengan sahabatnya kecuali Amanda. Karna menurutnya, tak akan ada beda sebelum dan setelah ia bercerita. Aldi tak akan semudah itu memaafkannya.
Suasana mendadak hening, semuanya berkutat dengan ponselnya, kecuali Salsha. Ia sedang melamun, memikirkan bagaimana caranya ia bisa mendapatkan maaf dari Aldi.
"Kantin, yuk. Kayaknya guru gak datang, deh." Bella kembali bersuara. Memecahkan keheningan yang sempat terjadi.
Clara mengangguk. "Yuk,"
"Sha, Man, ayo," ajak Bella.
Salsha menggeleng. Ia malas melakukan aktifitas hari ini. "Gak, deh. Gue udah makan tadi."
"Gue juga nggak, deh. Tapi bawain gue snack sama jus melon. Nanti gue ganti uangnya," kata Amanda.
Bella dan Clara pun melangkah menuju kantin, meninggalkan Salsha dan Amanda di kelas.
Sepeninggal Clara dan Bella, Amanda menopang dagunya dengan tangan sembari menatap Salsha lekat. Ia merasa ada yang janggal dengan sahabatnya itu. "Jadi bisa cerita apa yang sebenarnya terjadi?"
Salsha yang sedari tadi melamun kini menatap Amanda aneh, "Apa?"
Amanda menggelengkan kepalanya sembari terkekeh. Ia mencubit kedua pipi chubby milik Salsha, "Gue tahu sahabat gue ini pasti ada masalah. Dan lo gak mau cerita karna ada Clara da Bella. Sekarang, mereka udah gak ada. Jadi, apa nona Salsha bisa menjelaskan apa masalahnya?"
Salsha terkekeh geli mendengar ucapan aneh yang Amanda lontarkan. Sahabatnya ini memang sangat mengetahui jika ia tengah sedih, tanpa di beritahui. Amanda paling peka terhadap dirinya.
Salsha menghembuskan nafasnya sebelum bercerita. "Gue berantem sama Aldi, dia marah sama gue."
"Gitu doang? Salsha, Aldi itu udah sering marah sama lo. Dan dia pasti bakal balik lagi, kok. Tenang aja. Gak usah lo ambil pusing."
"Tapi Man, sekarang beda, Aldi gak cuma..."
Amanda memotong pembicaraan Salsha. "Aduh, lo cuma perlu ngasih dia waktu buat ngeredain emosinya dia. Setelah itu, dia pasti balik lagi, kok."
"Gak semudah itu, Man, gue sama Aldi..."
Lagi-lagi, Amanda memotong ucapan Salsha, "Udah deh, Salsh, percaya sam..."
"Aldi mutusin gue," potong Salsha cepat. Ia sudah greget karna Amanda selalu memotong ucapannya.
Amanda membelalakkan matanya, terlalu kaget mendengar ucapan Salsha. "Lo serius?"
"Muka gue ada tampang becanda gitu?"
Amanda menggaruk rambutnya yang tak gatal. "Emang masalahnya apa?"
Salsha mengangguk lesu. "Gue ketahuan chat sama sahabat gue waktu smp. Biasa aja sih sebenarnya. Cuma karna gue bilang kangen sama sahabat gue itu. Uhh, gimana, yaa."
"Sahabat lo cewek atau cowok?"
"Cowok. Malahan gue yang nge chat duluan. Habisnya 'kan gue kangen sama dia. Salah yaa?"
"Ya salah, laa. Aldi pasti cemburu karna ki chatan sama cowok lain. Cemburu itu artinya dia sayang sama lo."
"Tapi gak harus mutusin gue juga kan? Menurut gue, masalahnya itu spele, gak harus di perbesar seperti itu."
Amanda menepuk pundak Salsha. "Trus kalo lo tahu masalah itu spele, kenapa lo sampe segininya nangisin Aldi?"
"Karna masalahnya spele, Man. Kenapa Aldi harus mutusin gue?" Salsha kembali murung, mengingat perlakuan kejam Aldi tadi malam.
Amanda menghendikkan bahunya, "Jangan terlalu pake hati lah, Sals. Ini kelemahan cewek. Dia lebih mengutamakan hati daripada logikanya. Jangan mau di rendahkan sama cowok, Salsh. Ada saatnya lo pergunain otak lo. Masalah spele, di perbesarin sama dia. Aneh, gak?"
Salsha mengangguk, "Iya, sih. Tapi 'kan gue sayang sama dia."
Amanda menyerah. Ia paling susah memberikan pencerahan kepada Salsha. "Yaudah, kalo lo masih sayang sama dia. Perjuangin. Datang kerumahnya, jelasin semua. Tapi ingat, jangan pernah ngerendahin diri lo. Laki-laki di luaran banyak. Bukan cuma Aldi aja."
****
Aldi tiduran di atas meja, seperti yang biasa ia lakukan. Apalagi, tadi malam ia sama sekali tak tidur. Pikirannya terfokus kepada Salsha. Bayangkan saja rasa kesal yang Aldi rasakan saat melihat isi chattingan Salsha dan lelaki yang bernama Galang itu. Di saat Aldi selalu menyueki gadis yang mencoba mendekatinya bahkan memberi tahu kepada Salsha siapa saja yang mendekatinya. Pacarnya itu malah mengirim pesan terlebih dahulu kepada cowok lain. Pake kangen-kangenan pula.
Aldi menghela nafasnya. "Malas setia gue kalo gini ceritanya," gumam Aldi.
Aldi mengalihkan pandangannya ke arah Bayu yang tengah berkutat pada ponselnya, "Bay," panggilnya.
"Apaan?" sahut Bayu cuek. Ia masih berkutat pada ponselnya.
"Nongkrong, yuk. Ajakin teman cewek lo."
Mendengar Aldi menyebutkan kata 'cewek' membuat Bayu menghentikan aktivitasnya. Merasa tertarik dengan topik bahasannya.
"Kenapa lo? Putus?" katanya sembari terkekeh.
Aldi menimpuk kepala Iqbaal dengan buku di sampingnya, "Sotoy, lo."
"Beneran putus 'kan?"
"Anjing, ngedoain lo." maki Aldi, "Gak putus. Cuma nyari suasana baru aja. Bosan gue," jawab Aldi asal. Ia tak ingin terlalu mengumbar mengenai hubungannya dengan Salsha.
"Oh, gitu," Bayy manggut-manggut, "Tiara aja gimana? Dia bisa kok nanti siang."
Aldi bangkit, ia sekarang duduk menghadap Bayu, "Emang dia masih mau gitu?"
"Mau, kok. Dia suka sama lo. Tinggal ngegas dikit, pasti dapat, kok."
"Okelah."
*****
Salsha merebahkan dirinya di kasur. Ia akan melakukan apa yang di usulkan oleh Amanda. Memperjuangkan Aldi. Salsha akan datang kerumah Aldi dah menjelaskan semuanya. Ia tak ingin hubungannya dengan Aldi berakhir sia-sia.
To : My Boyfriend
Ald, aku kerumah kamu boleh?
Salsha mengirimkan pesan singkat kepada Aldi. Salsha tak ingin pergi sendiri kerumah
Aldi tanpa di ketahul lelaki itu. Takutnya, ada Mama Aldi disana. Akan tidak baik bagi hati Salsha jika bertemu dengan Mama Aldi. Karna sedari dulu, Mama Aldi tak pernah menyukainya. Ntah karna masalah apa.
Tak lama kemudian, ada balasan dari Aldi. Salsha segera membuka pesan itu dan membalasnya.
From : My Boyfriend
Ngapain lo krmh gue?
To : My Boyfriend
Aku mau jelasin semua Ald. Aku gk mau hbngan kita smpai sini.
Stelah membalas pesan Aldi, Salsha meletakkan ponselnya di sampingnya. Menatap ke arah langit-langit kamarnya dan menggoyang-goyangkan kakinya.
Sepuluh menit kemudian, ada balasan dari Aldi. Salsha segera membalas pesan singkat itu.
From : My Boyfriend
Nnt mlm. Jam 7. Kalo tlat, gue pergi.
Salsha lagi membalas pesan itu. Yang sekarang ia pikirkan adalah bagaimana bisa ia keluar dari rumahnya jam 7 malam dan apa yang ia katakan untuk meyakinkan Aldi.
"Ald, pliss balik," gumamnya.