Chereads / Almost Broken / Chapter 2 - Bab 2

Chapter 2 - Bab 2

Aldi sedang duduk di atas meja dengan tangan yang berkutat di ponselnya. Ia sedang bermain game Mobile Legend. Ia belum mengabari Salsha sejak tadi pagi. Mood nya benar-benar buruk melihat Salsha. Tadi malam ia di ceramahi habis-habisan oleh Mamanya gara-gara Salsha yang selalu menelfonnya.

Mamanya bilang, Salsha itu ganggu, gadis yang keganjenan. Membuat telinga Aldi panas di buatnya. Maka dari itu, Aldi malas melihat Salsha.

"Woy...woy..." Bayu, sahabat Aldi menepuk pundak sahabatnya. Aldi melirik Bayu sembari menaikkan sebelah alisnya, "Itu, Andirah ngelihat lo mulu. Tuh."

Aldi menautkan alisnya, "Andirah siapa?"

"Pe'a!" Bayu menoyor kepala Aldi, "Kita udah hampir sebulan satu kelas. Dan lo belum kenal sama Andirah? Gawat, lo."

"Gue gak ngelirik cewek lain, selain Salsha," balas Aldi cuek. Ia menutup ponselnya dan memasukkannya kedalam saku.

"Andirah lebih cantik dari Salsha. Jauh. Gue yakin lo pasti suka." Bayu mencoba memanas-manasi Aldi.

"Gue gak lihat tampang," sahut Aldi, "Tapi Andirah yang mana, sih?"

"Kepo juga 'kan lo." Bayu menunjuk Andirah dengan dagunya. Mata Aldi mengarah ke arah mata Bayu. Ia melihat seorang cewek yang juga sedang melihatnya. Aldi hanya menghendikkan bahunya dan kembali menatap Bayu.

"Biasa aja, sih."

"Eh, tunggu. Lo masih lanjut sama Salsha? Dia 'kan selalu bikin lo emosi. Masih tahan lo sama. Mending sama Andirah, tuh."

Aldi menonjok perut Bayu pelan, "Jangan banding-bandingin Salsha sama cewek lain. Gue gak suka. Salsha itu istimewa di mata gue. Gimana pun dia."

"Tapi gue gak suka sama dia!" tegas Bayu.

Aldi terkekeh pelan, "Yaa, kalo lo gak suka sama dia. Kenapa? Yang ngejalanin gue. Malahan syukur kalo lo gak suka sama dia." Aldi menepuk pundak Bayu, "Asal lo tahu, yaa. Cuma Salsha yang bisa tahan sama sikap gue yang gampang emosi. Suka ngomong kata-kata kasar. Cuma Salsha yang masih setia sama gue. Nyari cewek kayak Salsha itu susah, Man. Dan gue gak akan nyia-nyiain dia."

"Tapi Salsha itu ngebosenin. Dia gak menarik. Dia polos dan apa adanya." Bayu memanas-manasi Aldi. Menceritakan semua kekurangan Salsha. Ia berharap Aldi berfikir dua kali untuk melanjutkan hubungannya dengan Salsha.

Aldi kembali terkekeh. Ia merangkul bahu Bayu, "Cinta itu menerima bukan menuntut. Gue terima dia apa adanya. Dan gue gak menuntut dia untuk tampil ini itu. Gue malah bersyukur kalo dia polos dan gak menarik, karna gak akan ada PHO yang nyoba buat ngerusak hubungan gue sama dia."

"Cinta itu saling melengkapi. Dia nerima gue yang emosian seperti ini, gue juga harus nerima dia apa-adanya. Gimana pun dia." Aldi berdiri dari mejanya, "Kantin yuk."

Aldi memang tak pernah menjelek-jelekkan Salsha kepada teman-temannya. Ia akan terus membela Salsha di hadapan temannya. Baginya Salsha adalah segalanya. Apapun kekurangan gadis itu, akan ia tutupi dengan kelebihannya. Begitupun sebaliknya, kekurangannya akan di tutupi oleh kelebihan Salsha.

Aldi berjalan melewati Andirah yang berdiri di samping pintu. Ia melirik sebentar Andirah dan berjalan tanpa mengatakan sepatah katapun. Tersenyum pun tidak. Aldi memang cuek kepada gadis lain.

Andirah menghentakkan kakinya kesal. Senyumannya tak di balas oleh Aldi. Andirah kesal. Hingga Bayu datang dan berbicara kepadanya.

"Mau gue bantuin deketin Aldi?" tawar Bayu.

Andirah mengibaskan rambutnya, "Gue gak butuh bantuan lo."

*****

"Salsha mau pulang bareng kita atau Aldi?"

Seperti biasa, setiap pulang sekolah, Salsha beserta teman-temannya selalu menghabiskan waktu bersama. Sekedar nongkrong di cafe atau keliling kota jakarta. Buang-buang waktu memang, tapi daripada bosan di rumah?

Salsha sendiri jarang ikut dengan mereka. Jika Aldi mengajaknya pulang bersama, maka Salsha tak akan ikut dengan Amanda dan lain-lain. Dan jika Aldi tak bisa mengantarnya pulang, Salsha akan ikut dengan Amanda. Karna di antara mereka berempat, hanya Salsha yang mempunyai pacar.

Salsha menunduk lesu, ia belum mendapatkan kabar dari Aldi. Biasanya, lelaki itu selalu mengirimi pesan apakah mereka akan pulang bareng atau tidak. Dan kali ini tidak ada pesan apapun dari Aldi.

Amanda, yang berbicara tadi pun mengerti dengan apa yang Salsha alami sekarang, "Coba lo telfon Aldi dulu."

Salsha mengangguk paham. Ia mulai menelfon Aldi. Satu kali, tak ada jawaban. Saat ia ingin menelfon Aldi lagi, Salsha kembali teringat ucapan Aldi tadi malam yang mengatakan ia tak boleh menelfon Aldi lebih dari satu kali. Salsha menurut, tak ingin membuat Aldi lebih marah kepadanya. Dan sekarang Salsha menyepam Aldi pesannya.

"Gimana, Sha?" bukan Amanda lagi yang berbicara, tapi Bella. Gadis itu sepertinya pengen cepat pulang.

Salsha menjadi tak enak hati. Ingin pulang bersama mereka, Salsha takut Aldi nanti mencarinya. Dan jika Salsha memilih menunggu Aldi dan membiarkan sahabatnya pulang dan Aldi tak mengantarnya, lalu dengan siapa ia akan pulang, "Tunggu bentar, yaa."

Bella tampak menghembuskan nafasnya. Salsha semakin tak enak hati. Hingga tak lama, ponselnya berdering. Aldi menelfonnya. Salsha mengangkat telfon itu dan berjalan menjauhi sahabat-sahabatnya.

"Hallo, Ald."

"Lo ngapain spam chat gue? Brisik!"

Salsha memegang dadanya mendengar bentakan Aldi itu, "Kita pulang bareng 'kan, Ald?"

Terdengar kekehan dari sebrang telfonnya, "Ogah gue pulang bareng sama lo. Gue mau jalan sama teman gue. Bosan!"

"Cewek apa cowok?" tanya Salsha penasaran.

"Kepo lo jadi cewek. Jangan ngabarin gue sebelum gue ngabarin lo. Lo pulangnya hati-hati. Langsung pulang."

"Tap..." belum sempat Salsha melanjutkan ucapannya, Aldi memutuskan sambungan telfonnya.

Salsha menghela nafas beratnya, ia menata sahabatnya yang juga menatapnya dengan penuh harap.

"Gimana?" tanya Bella lagi.

"Gue ikut kalian."

"Yess!" Amanda bersorak gembira. Ia dengan Salsha memang sangat akrab dan kompak. Dan Amanda akan sangat senang Salsha ikut bergabung dengan mereka.

"Yuk cabut sekarang," Amanda menarik tangan Salsha dengan semangat, "Tapi kita nongkrong ke cafe dulu, yaa. Lo ikut kan, Salsh."

Dengan lesu Salsha menjawab, "Iyaa. Gue ikut." pikirannya masih di penuhi kemana Aldi akan pergi.

Mereka berempat pun keluar dari kelas itu menuju parkiran. Di parkiran, Amanda masuk ke mobilnya, di ikuti Salsha di sampingnya serta Bella dan Clara di belakangnya.

Amanda mulai menjalankan mobilnya dengan kecepatan sedang. Tepat di depan sekolah mereka, Salsha melihat Aldi bersama dengan Bayu dan juga cewek yang tak Salsha kenali.

Dada Salsha terasa sesak melihat itu, siapa gadis itu? Siapa gadis yang berani duduk di samping Aldi, kekasihnya. Salsha meraih ponselnya dan menghubungi Aldi. Seperti biasa, tak ada jawaban dari lelaki itu. Pikiran pikiran aneh mulai berperang di otak Salsha, apakah gadis yang tengah duduk di samping Aldi tadi adalah penyebab perubahan sikap Aldi kepadanya