Setelah selesai makan malam, Kara pamit untuk masuk ke dalam kamar nya dan membiarkan mertuanya itu berada di bawah menunggu anaknya pulang.
Entah Kenapa jam segini pun Bara belum juga pulang, apakah perusahaan sedang berada Dalam masalah lagi? Tapi jika iya kenapa Bara tak ada mengatakan apapun padanya?
Kara Mengambil ponselnya itu dan kemudian langsung menekan tombol Telepon pada nomor Dona.
Tak begitu lama, Dona Langsung mengangkat panggilan telepon itu dengan Segera.
"Halo nona muda." Sapa Dona di seberang sana.
"Halo, apakah kalian sedang ada masalah di kantor?" Tanya Kara langsung pada intinya saja tanpa basa basi lebih dulu.
Mendengar itu Dona yang sedang berada di seberang sana bersama Andre Langsung mengerutkan keningnya.
"Maksud nya nona?" Tanya Dona, ia masih belum mengerti dengan pertanyaan tiba-tiba dari Kara.
Kara menghela nafasnya dengan gusar, "apakah di perusahaan sedang ada Masalah? Kenapa kalian terus saja lembur setiap hari nya?" Tanya Kara.
Dona menatap ke arah Andre yang sedang berada disampingnya itu. Laki-laki itu juga mencuri dengar obrolan antara dirinya dan Juga Kara.
Mereka berdua benar-benar tak tahu harus menjawab pertanyaan Kara itu dengan jawaban apa.
"Kami sudah pulang nona, apakah tuan muda belum juga pulang?" Jawab Dona.
Mendengar itu, Kara menaikkan alisnya, bagaimana Dona bisa sudah pulang sementara Suaminya belum pulang jam segini.
"Apakah tuan muda tidak bersama Kalian?" Tanya Kara.
"Tidak nona, tadi katanya dia ada urusan di luar dan menyuruh kami untuk pulang lebih dulu mungkin saja masih ada klien yang harus ia temui." Jawab Dona.
"Baiklah jika seperti itu, terimakasih laporannya." Jawab Kara dan kemudian ia langsung menutup telepon secara sepihak tanpa mendengar lagi jawaban dari Dona di seberang sana.
Ia menjatuhkan tubuhnya di atas kasur bersamaan dengan postel nya itu.
Ia bermain sambil menatap langit-langit kamar nya. Ia penasaran dengan apa yang dilakukan oleh Bara kenapa pulang terus saja malam satu tahun terakhir ini, bahkan ia tak pulang sama sekali jika ia malas.
Kara merasa ada yang aneh dengan Suaminya itu. Sikapnya begitu berubah namun ia juga tak tahu apa yang menyebabkan dirinya berubah itu. Haruskah besok ia pergi ke kantor untuk mengecek sendiri tentang apa yang di sembunyikan oleh sang suami nya itu darinya.
Awas saja kalau ia tahu bahwa suaminya itu ada main di belakangnya.
Kara membalikkan tubuhnya dan langsung menatap ke arah foto pernikahan mereka berdua. Senyum di wajah Kara mengembang saat melihat foto itu.
Tiba-tiba saja ia jadi teringat dengan hari pernikahan mereka itu.
Kara berdiri untuk mengambil foto pernikahan mereka itu dan kemudian memeluk foto itu. Hari itu, merupakan hari yang paling menyenangkan dalam hidupnya yang tak akan pernah mungkin bisa ia lupakan.
Setiap kali melihat foto pernikahan mereka ini entah kenapa ia menjadi begitu terkendalikan. Apakah foto nikah mengandung sebuah hipnotis?
Entahlah, tapi Satu yang pasti bahwa ia begitu nyaman jika melihat foto mereka Menikah ini.
Kara membawa foto tersebut untuk tidur dalam pelukannya, rasa kantuk sudah datang menghampiri dirinya hingga ia tak kuat untuk menahan nya lagi.
Jika Dilan bilang bahwa rindu adalah hal yang berat maka bagi dirinya menahan kantuk adalah hal yang paling berat, buktinya ia tak bisa lagi bisa mengendalikan dirinya itu dari rasa kantuk.
Sementara di tempat lain dan waktu yang sama, Bara dan juga Anna sedang berada di bawah selimut yang Sama di dalam kamar.
Keduanya terjaga sambil menatap langit-langit kamar dengan posisi Anna berada dalam pelukan Bara.
"Bar, bisa nggak kamu Jangan pulang?" Ta ya Anna.
Bara menoleh ke arah Anna yang ada dalam pelukannya itu.
"Mana mungkin aku tidak pulang Anna, apa yang akan dipikirkan oleh Kara nanti."
"Kenapa sih kamu masih memikirkan wanita itu hm? Kenapa kamu nggak Pernah memikirkan perasaanku Bar?"
Bara memeluk erat tubuh Anna yang tanpa busana sama sekali itu.
"Aku memikirkan dia karena posisi Kami Masih sah Suami istri."
"Kalau begitu jadikan aku istrimu Bar."
Bara langsung terdiam, ia belum siap untuk memiliki istri dua meskipun Dalam segi nafkah ia masih mampu. Tapi ini bukan saja tentang nafkah tapi Tentang keadilan. Ia belum bisa untuk adil pada dua wanita ini.
"Semuanya nggak segampang itu Anna, kamu harus sabar dong, aku pasti akan menikahi kamu kok. Aku tidak akan kemana-mana, kamu tahu kan kalau aku ini mencintai kamu."
"Tapi kapan Bar? Sejak satu tahun yang lalu kamu terus saja mengatakan hal seperti itu padaku. Apakah aku perlu untuk menunjukkan diri dulu di hadapan mama papa dan juga istri kamu hm?" Tanya Anna yang sontak membuat Bara melampiaskan pelukan nya itu.
"Jangan Mengada-ngada kamu Na, ini akan sulit nantinya jika kamu melakukan itu. Apapun yang ingin kamu lakukan seharus nya kamu bisa untuk memikirkan dampak Dan akibatnya. Kamu mau gara-gara ini kita akan berpisah?"
Anna menggelengkan kepalanya, "Ya jelas tidak lah Bar, bagaimana bisa aku menginginkan hal itu. Aku ini ingin kepastian dari kamu saja Bar, apa aku salah meminta kepastian pada kamu hm?" Tanya Anna.
"Ya, sabar dong sayang. Kamu tahu aku kan Na, kamu kenal aku bukan hanya hari ini saja, kamu kenal aku cukup lama loh." Ucap Bara.
Anna menarik selimut untuk menutupi gundukan bukit milik itu.
"Iya aku tahu memang kenal kamu dulu, tapi Bar, saat ini kamu sudah menikah aku juga tak tahu apakah kamu sudah berubah atau tetap Bara yang aku kenal dulu dan aku juga tak tahu apakah kamu mencintai Kara ataupun tidak, karena kamu sama sekali tidak mengatakan itu padaku. Kamu akan tetap mengelak nya jika aku bertanya."
Bara terdiam ia langsung turun dari kasur hanya mengenakan celana dalamnya Saja. Ia mengenakan pakaian nya dan juga celananya itu.
"Mau kemana kamu?" Tanya Anna.
"Aku harus pulang Na,"
"Tapi aku masih ingin kamu disini Bar,"
"Tidak bisa, aku sudah menuruti kamu selama tiga bulan dan kamu tidak bisa untuk menahan aku disini Na."
"Hanya malam ini saja, pelase." Ucap Anna, ia memohon agar malam ini ia tak di tinggal oleh Bara lagi.
"Tapi Na."
"Tolong Bar, kita baru saja melakukan hal itu, jangan jadikan aku seperti pelacur dan wanita murahan setelah melakukan itu di tinggal pergi." Ucap Anna dengan lirih.
Mendengar itu, Bara yang merasa tersinggung langsung menghentikan aktivitas mengancing kemejanya itu. Ia menghela napas gusar dan kemudian kembali naik ke atas kasur lagi.
"Baiklah, mari tidur." Ucap Bara sambil menarik Anna masuk ke dalam pelukannya.