Chereads / Madu Untuk Suamiku / Chapter 14 - Ketahuan Berbohong

Chapter 14 - Ketahuan Berbohong

Bara memasuki pekarangan rumahnya, ia memarkirkan mobil nya itu sembarangan saja, saat ini pikirnya hanyalah satu yaitu Kara.

Dengan cepat ia berlari untuk masuk ke dalam rumahnya, tapi Saat memasuki rumahnya, ia melihat mama dan papanya itu sedang menikmati secangkir teh sambil menonton siaran gosip.

Tadinya, ia hanya memikirkan tentang Kara saja, tapi kali ini ia juga memikirkan tentang mama dan papanya itu.

Ah, ke apa ia sampai lupa kau di rumahnya itu sedang kedatangan tamu yaitu mama dan papanya. Bukankah mereka sudah mengatakan bahwa akan menginap tiga hari disini?

"Bara, mengapa kamu bisa menjadi seperti ini sih huh? Biasanya kamu tak pernah ceroboh sama Sekali, tapi ini kenapa malah menjadi seperti ini?" Gumam Bara merutuki dirinya sendiri.

Mama dan papa nya itu menoleh ke arah Bara yang baru saja masuk itu sambil menaikkan alisnya.

Sementara Bara ia menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Ma, Pa, dimana Kara?" Tanya Bara dengan sangat canggung sekali.

Biasa nya Kara aka menemani kedua orang tuanya ini. Tapi sekarang, dimana wanita itu?

"Loh? Bukankah kaliab janjian ya tadi mau sarapan bareng di kantor? Kan kamu juga tadi udah pergi ngantor subuh-subuh terus minta Kara untuk menyusulmu nanti untuk sarapan bersama di kantor. Gimana sih ini ceritanya yang benar." Jawab mamanya itu.

Sontak saja hal itu langsung membuat Bara semakin terkejut.

Apa? Kara ke kantor? Astaga, cobaan seperti apa lagi ini. Ia pasti akan ketahuan. Biar bagaimanapun Dona dan juga Kara begitu dekat. Pasti Dona akan bercerita bahwa ia sering sekali bolos kerja sekarang.

"Iya benar, kenapa sih? Kalian bertengkar ya?" Tanya Papanya.

"Nggak kok, tadi tu memang ada sesuatu yang harus Bara lakukan di kantor. Sebenarnya harus diselesaikan tadi malam, tapi Bara nggak tega liat Kara sendirian dirumah nunggu Bara, jadinya Bara memutuskan untuk pulang dan pagi sekali Bara akan datang untuk mengerjakan pekerjaan Bara agar selesai tepat waktu." Kilau Bara, andai saja mama dan papa nya tahu kalau tadi malam ia telah menghabiskan malam yang panjang bersama Anna.

"Terus?" Ucap sang Mama yang penasaran.

"Ya, Bara nungguin Anna nggak sampai-sampai di kantor, takut ada apa-apa jadinya Bara pulang untuk memastikan keadaan Kara." Ucap Bara.

Ia benar-benar sangat pintar dalam menyusun kata. Harusnya ia menjadi artis saja bukan malah menjadi pengusaha.

Bara menatap kedua orang tuannya itu yang menatapnya dengan sangat intens sekali.

Entah kenapa, tiba-tiba saja keadaan menjadi hening. Bara menjadi salah tingkah saat melihat ekspresi kedua orang tuanya itu.

"Duduk!" Titah sang Mama dengan suara yang begitu dingin.

"Maaf Ma, tapi Bara sibuk. Ini aja ada pertemuan yang harus Bara hadiri. Bara mampir sebentar karena ingin melihat Kara saja kok."

"Duduk mama bilang ya duduk! Tidak usah banyak bicara. Disana, sudah ada Kara yang akan menggantikan kamu." Ucap mama nya dengan Nada tinggi.

Bara tak kuasa untuk melawan hingga membuat ia berjalan untuk duduk di depan kedua orang tuanya itu. Ekspresi keduanya seperti siap Untuk menerkam Dirinya.

"Ada apa Ma, Pa." Tanya Bara memberanikan dirinya untuk bertanya tentang apa yang sebenarnya terjadi.

Tapi seharusnya ia juga sudah tahu alasan sebenarnya bukan?

"Siapa yang mengajari kamu untuk berbohong huh?" Tanya Papa memulai percakapan setelah beberapa menit hanya saling Diam saja.

Dengan susah payah, Bara menelan Saliva nya itu. Memang benar apa kata orang bahwa orangtua adalah orang yang paling mengetahui tentang anaknya sendiri. Contoh nya saja dirinya ini yang berbohong dan kedua orang tuanya itu tahu

"Tak ada yang mengajari kamu untuk menjadi seorang pembohong Bar, kenapa kamu malah berbohong huh?" Timpal sang mama, suaranya tak kalah nyaring dari sang suami nya.

Bara hanya diam, ia tak tahu harus menjawab dengan apa saat ini.

"Katakan pada kami, Kemana kamu semalaman huh hingga tidak pulang? Sok-sok memikirkan Kara pula. Cih! Jujur saja Bar, kami malu menjadi orang tua kamu jika kelakuan kamu seperti ini."

Lagi, Bara hanya diam saja. Ia tahu ia yang bersalah disini jadi wajar saja kalau Mama dan papanya itu marah padanya.

"Jika kamu mau berbohong pakai mikir sayang, kemana saja kamu huh? Apakah memang seperti ini kamu setiap hari jarang pulang? Jika seperti itu untuk apa kamu punya istri hm? Kamu nggak tahu apa tadi malam kalau istri kamu itu kesepian? Ia bahkan memeluk foto pernikahan kalian sambil tidur." Lanjut mamanya.

Memang benar, tadi malam ia melihat bagaimana Kara begitu kesepian tanpa Bara.

Dan tadi malam juga mereka berdua begadang menunggu kepulangan Bara.

"Bara pulang kok Ma, Pa. Bara nggak bohong. Memang Bara tadi pagi pergi pagi-pagi sekali." Jawab Bara, ia berusaha untuk membela dirinya.

"Benarkah tadi malam kamu pulang? Lewat mana masuk nya hm? Apakah kamu tahu kalau kami menunggu kamu hingga tidak tidur hm? Jangan bohongi kami Bar, kami ini orang tua kamu." Timpal papanya yang sudah naik pitam menghadapi Bara.

Bara menundukkan kepalanya, ternyata tadi itu hanyalah sebuah jebakan saja.

"Jika kami tidak tidur disini mungkin kamu tak pernah tahu kelakuan kamu di belakang kami ini. Sedangkan ada kamu dirumah ini saja kamu berani melakukan hal seperti ini, apalagi kalau kami tidak ada? Jujur saja Bar, kamu sebagai orangtua kamu Kecewa dengan kelakuan kamu ini."

Tadi pagi saat mereka bertanya kepada Kara dimana keberadaannya Bara, wanita itu menjawab nya dengan Bara ada urusan pagi-pagi jadi ia sudah pergi tadi pagi tanpa sempat untuk ikut sarapan bersama.

Ia tahu hal itu adalah sebuah kebohongan karena tadi, saat ia ingin membangunkan Kara, ia mendengarkan kata memanggilnya nama Bara, mungkin saja wanita itu tidak tahu bahwa suaminya tidak pulang tadi malam.

Bahakna tadi juga saat ia membuka pintu, mungkin Tadi ia berharap yang mengetuk pintu adalah Bara tapi sayang nya yang mengetuk pintu adalah ini mertuanya, amkanaya senyumnya langsung hilang.

Bara benar-benar sangat bodoh karena memperlakukan istri sebaik Kara seperti ini. Dan mereka naku sebagai orang tua.

Entah kenapa Tuhan malah menjadikan Bara sebagai anak mereka, seharusnya anak mereka itu adalah Kara agar mereka tidak malu sebagai orang tua.

Tapi mau bagaimana lagi, mereka juga tak bisa untuk menentukan karena yang berhak untuk semuanya ini adalah Tuhan.

"Maaf Ma, Maaf Pa." Ucap Bara, Entah kenapa dari banyak nya kata, maaf adalah satu-satunya kata yang lolos dari mulut nya untuk di ucapkan.