Chereads / Madu Untuk Suamiku / Chapter 8 - Mencoba mengendalikan diri

Chapter 8 - Mencoba mengendalikan diri

Tok..tok..tok

Suara ketukan pintu dari luar itu mampu membuat Anna mengembangkan senyumnya.

Entah karena sudah cinta atau bagaimana, hanya dari ketukan pintu saja ia sudah tahu bahwa yang berada di luar sana adalah Bara.

Ia merapikan penampilannya nya terlebih dahulu agar tetap cantik di depan Bara.

Klekk, terdengar suara pintu yang terbuka. Bara sudah berdiri disana dengan wajah yang begitu datar.

Anna tersenyum dan kemudian langsung membuka pintu lebar-lebar agar Bara masuk ke dalam apartemen nya itu.

"Tumben temui aku jam segini." Ucap Anna, ia menutup pintu kembali saat Bara sudah masuk ke dalam apartemen itu.

Bara berjalan menuju ke arah sofa yang ada di ruangan tamu.

"Tumben duduk disini? Biasanya langsung ke kamar untuk baring?" Tanya Anna Yang sedikit aneh dengan Bara.

"Aku haus, bikinin aku air jeruk peras." Ucap Bara.

Anna menganggukkan kepalanya, ia pergi meninggalkan Bara untuk membuat kan air jeruk peras sesuai pesanan. Ia tak banyak bicara meskipun sebenarnya ia merasa sedikit aneh dengan tingkah Bara ini.

Ternyata Bara sengaja Meminta untuk di buat kan air jeruk peras dengan Anna, biasanya laki-laki itu lebih memilih air putih agar instan dan Anna tidak harus berlama-lama meninggalkan dirinya. Tapi kali ini berbeda.

Ia melihat ponsel milik Anna yang tergeletak di atas sofa, itu lah ke apa ia memilih untuk duduk di sofa daripada langsung berbaring di kamar.

Selepas kepergian Anna, Bara langsung mengambil ponsel Anna.

Langsung saja ia menekan icon WhatsApp untuk melihat bahwa wanita itu sedang chat sama siapa saja.

Disana ada nama Restu yang baru saja mengirimkan Anna pesan. Tanpa banyak berpikir Bara langsung Membuka pesan tersebut.

From: Restu Putra

Jadi nggak nanti malam Na?

Mata Bara langsung terbelalak saat Membaca pesan yang dikirim oleh Restu pada Anna itu.

Tapi yang menjadi pertanyaan Bara itu, mengapa hanya ini saja pesan dari Restu? Apakah Anna sudah menghapus seluruh pesan tersebut hingga ini saja yang tersisa karena ini adalah sebuah balasan yang dikirim oleh Restu?

Berbagai macam pertanyaan demi pertanyaan memenuhi isi kepalanya saat ini. Ia benar-benar terasa seperti dikhianati jika seperti ini.

Ia sudah tak ada mood lagi untuk membuka pesan yang lainnya saat sebuah pesan dari Restu kembali masuk.

From: Restu Putra

Malam nanti aku jemput

Amarah dari Bara tak bisa lagi untuk ia tahan, ia melempar ponsel Anna jauh dari dirinya dan kemudian ia langsung menyandarkan tubuhnya di sandaran sofa.

Matanya tertutup ke arah langit-langit, ia berusaha dengan sangat untuk mendinginkan hatinya itu tapi bagaimanapun caranya ia tetap tak bisa, bayangan saat mereka masih sekolah di terus saja bermain di Otaknya.

Restu bukan hanya teman untuk Dirinya itu melainkan juga rival tapi entah kenapa hubungan mereka terjalin sangat baik hingga sampai saat ini.

Meskipun ia membenci Restu karena juga menaruh rasa pada Anna yang waktu itu merupakan kekasihnya tapi di sisi lain hanya Restu yang mengerti Dirinya.

"Bara." Panggil Anna dengan begitu lembut saat baru saja keluar dari dapur.

Bara yang sedang larut dalam pemikirannya dan rasa cemburunya itu sama sekali tak mendengar panggilan dari Anna.

Senyum di wajah Anna mengambang saat sampai di sofa ruang tamu dan melihat bahwa Bara sedang memejamkan matanya. Mungkinkah laki-laki itu benar-benar sangat kelelahan sekali saat ini?

Anna meletakkan nampan yang berisi air jeruk peras itu ke atas meja. Ia duduk disamping Bara dan kemudian menyadarkan kepalanya di dada bidang milik Bara itu.

Sontak saja hal itu langsung membuat Bara terkejut dan sadar dari pikirannya masa dulu.

"Aku ganggu kamu ya?" Tanya Anna begitu lembut sekali.

Bara membenarkan posisi duduknya dan kemudian menghabiskan minuman yang ada di atas meja dalam satu kali tegukan.

Anna yang melihat itu hanya bisa menaikkan alisnya, ada yang aneh dari Bara hari ini tapi entahlah. Apakah karena perasaan nya saja atau bagaimana, ia juga tak tahu.

"Pelan-pelan minum nya Bar, itu masam loh."

Bara mengembalikan gelas tersebut ke atas nampan dan kemudian tegak dari posisinya itu.

"Aku mau pulang dulu." Ucap Bara dengan nada yang begitu dingin sekali.

Tapi baru saja Bara ingin melangkah Anna dengan cepat menahan pergelangan tangan Bara.

"Mau kemana sih cepat-cepat hm? Kamu baru saja sampai Bar, apa nggak mau lama-lama dulu disini sama aku? Kita bahkan belum melakukan apapun." Ucap Anna dengan suara yang dibuat begitu menggoda.

Jika saat ini mood Bara Sedang bagus mungkin ia tak akan menolaknya untuk berlama-lama disini tapi sekarang beda ceritanya, ia sedang berusaha untuk menenangkan hatinya agar ia tak di kuasai oleh amarahnya.

"Ada banyak pekerjaan yang harus aku selesaikan Anna." Ucap Bara.

"Apakah pekerjaan itu lebih penting daripada aku hm? Aku membutuhkanmu Bara, jika kamu pergi maka kamu itu tega karena meninggalkan aku yang sedang merindukan kamu."

Bara diam, ingin sekali ia berteriak di depan wajah Anna itu dengan mengatakan jangan pura-pura untuk menahan dirinya jika masih saja berhubungan dengan Restu. Tapi apalah daya, ia tak kuasa untuk mengatakan itu. Ia berusaha untuk menenangkan dirinya agar tidak hilang kendali.

"Aku harus pulang Anna."

"Tapi aku ingin kamu disini Bara."

"Pekerjaanku banyak di kantor."

"Jika seperti itu mengapa kamu harus mampir hm? Apakah kamu tidak tahu bagaimana bahagianya aku saat membaca pesan yang kamu kirimkan itu hm? Bahkan aku berdandan Bara hanya untuk kamu." Ucap Anna.

Tak akan ia ingin jika usahanya itu sia-sia saat ini. Ia berdandan begitu susah payah untuk mendapatkan hasil yang seperti ini.

Bara membalikkan tubuhnya untuk menatap Anna, "Maaf Anna, tapi apakah benar kamu berdandan itu untukku bukan untuk yang lain?"

Anna langsung menaikan alisnya saat mendengar itu, ia tak mengerti apa yang dibahas oleh Bara saat ini, tapi satu yang ia tahu bahwa Bara sedang marah padanya.

"Ada apa sih Bar? Aku ada salah ya sama kamu? Jika iya, aku salah apa? Kasih tau aku biar aku tahu Dimana letak kesalahan aku." Ucap Anna.

"Cih! Sok nggak tahu! Jangan berlagak polos di depan ku Anna." Jawab Bara, ia sudah tak bisa lagi untuk menahan dirinya dari rasa marah yang meminta untuk di luahkan.

Mendengar itu Anna menjadi semakin tidak mengerti, apa yang sebenarnya terjadi saat ini?

"Ada apa sih Bar?" Tanya Anna.

Bara yang muak melihat wajah polos dari Anna itu langsung mengambil ponsel milik Anna yang tadi ia buang itu.

"Baca!" Ucap Bara yang langsung membuat Anna Terbelalak ditempatnya.