"Bagaimana kalau kita menculik suamimu dari perusahaannya?!"
Mendengar rencana Owen, Laura menggelengkan kepalanya. "Tidak bisa, itu tidak mungkin!"
"Mmm!" Owen menghela nafas lalu menatap tajam kearah Laura. "Lalu apa yang harus kita lakukan!"
"Kita tunggu saja sampai kondisi lebih aman, nanti baru aku bantu kalian bicara dengan suamimu!" tegas Tony dengan bijak.
Mendengar perkataan Tony, Laura nampak setuju. Tentu itulah cara yang baik ketimbang membawa suaminya secara paksa.
Setelah sepak dengan keluarga suami putrinya, Laura kemudian mohon pamit karena hari ini dia juga harus bertemu dengan Linda Purple-mama dari Alan.
**
Rumah Alan Purple.
"Laura!" sapa Linda saat wanita paruh baya itu memasuki rumahnya. "Kenapa kau nampak murung?"
"Sepertinya kita harus hati-hati dengan keluarga Grey!" tegas Laura lalu memasuki rumah mewah keluarga besannya itu.
"Kenapa kau bicara begitu?" tanya Linda heran.
"Dia tau jika pernikahan putriku dan putramu tak dicatat secara resmi di negara.
"Sial!" geram Linda lalu meremas jemarinya. "Lalu apa rencana mereka saat ini!"
"Mereka berencana menculik suamiku dari tempat kerjanya!"
"Tidak!" potong Linda semakin kesal.
"Apa yang harus kita lakukan sekarang?"
"Aku harus menculik putrimu dari keluarga itu! Bukankan dia adalah bayaran yang kau berikan untuk hutang-hutang keluargamu?"
"Terserah kau saja, aku hanya mengatakan apa yang aku ketahui tentang mereka!" jawab Laura yang tak mau bersekutu dengan keluarga Purple karena semua modal bisnis suaminya berasal dari keluarga ini.
"Aku harus menculiknya, lihat saya kami pasti berhasil!" Linda lalu meminta anak buahnya menyatroni rumah Grey, keluarga mafia London yang sudah lama ingin sekali dia hancurkan. Tak lupa dia juga meminta anak buahnya itu mengambil Sisi dengan paksa agar rencananya itu bisa berjalan dengan baik.
"Kalau begitu saya pergi dulu!" tegas anak buah Linda saat tugas dari nyonyanya diterimanya dengan baik.
**
Satu jam kemudian.
Rumah Owen Grey.
"Tante!" panggil keponakan Owen saat Sisi sedang duduk di taman.
"Ada apa kalian memanggilku?" tanya Sisi berusaha ramah.
"Kenapa kau tampak tua!" canda mereka lalu terkekeh.
"Ih, anak nakal!" geram Sisi lalu kembali meyandarkan punggungnya di kursi taman sambil menikmati indahnya pemandangan sekitar rumah suaminya.
Hati wanita ini sedang bahagia, tak ada lagi kesedihan di hatinya dan ketakutan akan apapun, hingga dia tak menyadari dua pasang bola mata sedang mengincarnya.
Meyooong...
Seekor kucing nampak mengeong dengan manja di hadapan Sisi membuat wanita cantik itu berdiri dan berjalan mendekat.
"Hai, cantik! Kau dari mana?" Sisi berusaha meraih kucing berbulu coklat keemasan dan bersuara manja itu.
Meyooongg...
"Hei, ayo main denganku!" Saat Sisi semakin mendekat, sang kucing malah berjalan menjauh. Tentu Sisi yang sudah terlanjut jatuh cinta dengan bulu gemasnya, berusaha mengejarnya dan kucing itu semakin jauh saja dari Sisi.
"Hei, tunggu!" panggil Sisi begitu nyaring sembari berlari menuju jalan di depan rumah Owen Grey.
Hap...
Sebuah sapu tangan yang sudah ditaburi obat bius segera menutup hidung Sisi, matanya seketika berkunang-kunang dan tak lama kemudian kesadaran Sisi segera menghilang.
"Cepat bawa dia ke dalam mobil!" bisik anak buah Linda saat tubuh Sisi terkulai lemas ke jalan.
"Bantu aku!" pinta anak buah yang lain lalu membuka pintu mobil yang ada di depannya.
Tubuh Sisi kemudian dilempar ke jok belakang mobil Audi hitam dan dengan keras mendarat di atasnya.
Mobil itupun kemudian melaju pergi meninggalkan rumah Owen Grey tanpa ada seorangpun yang menyadarainya.
Selama perjalanan Sisi tak mengingat apapun kecuali pembicaraan kedua pria yang duduk di jok depan yang terus saja membahas Alan Purple suaminya.
'Oh, mereka ini suruhan, Alan! Awas saja kalau sampai ada apa-apa denganku, aku hajar dia!' batin Sisi.
Mobil yang ditumpangi Bella akhirnya memasuki sebuah halaman rumah mewah dengan halaman yang sangat luas, Sisipun segera mengenali rumah bergaya eropa kuno itu sebagai rumah suami palsunya.
"Ini!" lirih Sisi yang masih tak sadarkan diri sepenuhnya.
"Kau sudah bangun!" ketus supir mobil yang ditumpangi Sisi. "Jangan pura-pura tidur, cepat bangun!" Tangan kekar pria yang menculik Sisi itu segera menarik tubuh wanita malang itu dengan kasar kemudian menggendong di punggungnya yang kekar.
"Kami datang!" sapa penculik Sisi saat melangkah masuk ke dalam rumah.
"Kalian mendapatkan dia!" geram Linda yang telah menunggu kedatangan Sisi sejak tadi.
"Kami berhasil, Nyonya! Dia bukan mangsa yang sulit untuk kami!"
"Kalau begitu baringkan dia di kamar putraku, Aku ingin putraku segera menikmati wanita jalang ini!" ujar Linda lalu kedua pria tinggi besar itu segera membawa Sisi ke kamar yang dulu pernah dia tempati sebelum kabur dari rumah ini.
Brakk...
Tubuh Sisi dilempar ke atas tempat tidur.
"Aduh!" desis Sisi menahan rasa sakit di tulang rusuknya yang terantuk ujung ranjang.
"Sebentar lagi aku akan jadi mangsa tuanku, jadi tunggu yang manis di sini!" bisik salah satu dari pria itu dan kemudian memutar badannya untuk meninggalkan Sisi yang mulai sadar dari pingsannya.
"Ah, kamar ini lagi!" desisi Sisi lalu mencoba membalikkan badannya yang masih sangat lemah.
Kreekkk...
Linda melangkah masuk ke dalam kamar kemudian mulai mendekati tubuh Sisi yang sudah mulai bisa membuka matanya, dengan ketus wanita paruh baya itu kemudian berbisik, "Halo menantu tak tau diuntung! Masih mau lari dari putraku?"
Hahahahahaha....
Linda tertawa dengan keras membuat Sisi yang tadinya merasa semua ini masih bisa dia kendalikan akhirnya ketakutan karenannya. Dia lalu mencoba menggerakkan tubuhnya yang belum juga dapat dia kendalikan.
"Mama!" sapa Alan yang memasuki kamarnya. "Bagaimana wanita menyebalkan ini bisa ada di sini?"
"Kau tak perlu tau bagaimana caranya, sekarang nikmati saja dia dan buat malammu kali ini menyenangkan!" Linda memutar tubuhnya meninggalkan Alan yang tersenyum sinis kearah Sisi.
"Oh, akhirnya." Alan yang paham maksud dari mamanya kemudian bersiap untuk menelanjangi wanita cantik ini.
"Eh!" Linda menghentikan langkahnya yang sudah tinggal beberapa langkah dari pintu kamar.
"Apa?" tanya Alan yang menghentikan langkahnya mendekati Sisi.
"Terlalu mudah jika hanya kau yang menikmati malam ini!"
"Apa maksudmu?" tanya Alan tak mengerti.
"Mari kita tunjukkan kejalangan istri Owen Grey ini dan kita lihat reaksi musuh bubuyutan kita itu!"
Alan tersenyum kecut, dia lansung memutar matanya kearah tubuh Sisi yang masih terpejam dan mulai memikirkan banyak ide gila untuk memenuhi permintaan mamanya. "Maksud Mama kita akan membuat Owen melihat aku bercinta dengan istrinya?"
"Benar! Kita buat Owen tak percaya lagi pada wanita jalang ini!"
"Baiklah, lakukan apa saja, yang penting aku tak mau Owen menang dari wanita menyebalkan ini!"