Chereads / Tante Sisi (Buronan Mertua, Kesayangan Sang Mafia) / Chapter 26 - Berhenti Membela Papamu

Chapter 26 - Berhenti Membela Papamu

"Berhenti membela papamu!" tegas Alan dengan kesal, "Dia adalah orang yang harus kau salahkan atas semua ini, sekarang diam dan ikuti semua perkataanku!"

Perkataan Alan ini membuat Sisi semakin ketakutan, dia semakin sadar jika pria yang selama ini dia sayangi dan selalu dia puja ternyata benar-benar pria yang tak sungguh-sungguh menyayanginya.

**

Keesokan Harinya.

Alan menggoncangkan tubuh Sisi yang masih tertidur pulas di atas tempat tidurnya membuat wanita cantik itu terpaksa membuka matanya.

"Ada apa?" tanya Sisi dengan rasa kantuk yang masih sangat berat di matanya.

"Bangun!" perintah Alan lalu menarik tubuh Sisi dari atas tempat tidur.

"Mmmm," gerutu Sisi lalu berdiri sambil menggosok-gosokkan matanya.

"Hari ini kita ada acara penting, kau harus segera bersiap!"

Sisi menurut, dia tau bukan hal yang baik jika dia membangkang permintaan pria tinggi besar yang kasar ini. Matanya segera mengumpulkan kekuatan agar dia bisa melangkah dengan benar menuju kamar mandi.

Tangan cantiknya segera membuka bajunya dan diapun segera membasahi tubuhnya dari ujung rambut ke ujung kaki dan kantuknya kini berubah menjadi rasa seger di sekujur tubuhnya.

"Wah, segar sekali air ini!" tutur Sisi lalu menyabuni sekujur tubuhnya.

Kreekkk...

Alan membuka perlahan pintu kamar mandi itu perlahan, memang kamar mandi di kamarnya tak ada slot kunci sehingga dia bisa dengan mudah mengintip tubuh Sisi yang sedang asyik mandi.

"Tubuhnya sexy sekali!" gumam Alan sambil memandangi tubuh polos itu.

"Hey, sedang apa kau di sana!" teriak Sisi lalu menarik handuk yang tergantung di samping showernya.

"Hahahahaa, kenapa kau harus menutupi tubuhmu dengan handuk? Aku sedang asyik!" canda Alan lalu melangkah mendekati Sisi.

"Kenapa kau kurang ajar sekali!" geram Sisi yang tak pernah suka dengan pria itu.

"Jangan sok takut saat aku melihatmu tubuhmu, aku ini cantik jadi wajar saja aku mengintip!"

"Pergi!" teriak Sisi lalu membolakan matanya yang coklat membuat Alan menuruti perkataannya.

"Baiklah, tapi dengarkan aku, kau harus bergegas. Kita ada acara penting hari ini dan aku tak mau kita terlambat!"

"Acara apa?" tanya Sisi yang masih menutupi sebagian tubuhnya yang penuh sabun dengan selembar handuk putih.

"Acara pertemuan para keluarga mafia, sepertinya kau di sana juga akan bertemu dengan Owen, jadi bersiaplah saja!" jelas Alan yang tiba-tiba menjadi lembut.

"Kau bilang Owen juga akan datang di acara itu?"

"Tentu saja, dia kan juga keluarga mafia. Apa kau lupa?" Alan nampak heran dengan pertanyaan Sisi.

Sambil mengerenyitkan dahinya, Sisi berusaha mengerti apa sebenarnya yang akan mereka lakukan dalam pertemuan itu. Bisa jadi itu adalah kesempatannya kabur kembali bersama Owen, kekasih hatinya.

"Kau sedang memikirkan apa?" tanya Alan lagi.

"Ti--- tidak, aku keluar dulu. Aku akan berpakaian setelah itu ayo kita pergi!" pinta Sisi lalu melangkah menuju pintu kamar mandi dan menutupnya dengan paksa.

"Baik, baik! Sabar sedikit!" ujar Alan lalu mundur beberapa langkah agar Sisi tak menyakiti ujung kakinya.

Tak mau Alan kembali mengintipnya, Sisi lalu menghalangi pintu dengan sebuah box yang berada di dalam kamar mandi, dia melanjutkan mandinya hingga seluruh tubuhnya bersih dari sabun.

Saat mandinya telah selesai, Sisi lalu mengenakan kimono handuk berwarna biru tua yang sudah disiapkan pelayan untuknya dan segera keluar dari kamar mandi itu.

"Eh, mana dia?" gumam Sisi yang tak menemukan Alan di kamar tidurnya.

Tok... tok... tok...

Mendengar pintu kamar diketuk, Sisi bergegas membukakan pintu untuk tau siapa yang ada di baliknya.

"Nyonya, ini baju yang harus kau kenakan!" ujar seorang pelayan sambil menyodorkan sebuah gaun selutut berwarna hitam berbahan rajut yang ketat, "Dan ini sepatunya!" ucaplah lagi sembari menyodorkan sepatu boot hitam berbahan kulit sapi.

"Aku harus memakai ini?" tanya Sisi lalu mengangkat gaun itu setinggi bahunya.

"Iya, semua keluarga mafia harus mengenakan baju serba hitam dalam acara penting ini!"

"Penting?" tanya Sisi lagi.

"Iya, di sana kau akan diperkenalkan sebagai istri dari Alan Purple, mafia terkejam saat ini!" lanjut pelayan itu dengan mata yang berapi-api.

"Tidak! Apa maksudmu. Aku ini istri Owen...."

"Diam!" potong pelayan itu lalu mengarahkan telunjuknya pada Sisi, "Kau ini istri Alan, dan semua mafia London tau itu!"

"Bagaimana kalau aku tak mau?"

Plas...

Pelayan itu menampar Sisi dengan keras, tentu Sisi sangat kesakitan karenannya, dia lalu meraih gagang pintu dan membantingnya.

Braggg....

Pintu tertutup tepat di depan hidung pelayan yang akhirnya berteriak karena ulah Sisi ini. "Dasar wanita jalang, berani kau membanting pintu di depanku!" teriak wanita itu kesal.

"Hah, kau di sini hanya pelayan. Jadi jangan berani melempar tanganmu ke wajahku lagi, kau dengar!" balas Sisi sembari memutar badannya kembali ke atas ranjang. "Kenapa mereka ini senang sekali menyakitiku, apa kau harus melawan saja agar mereka tak terus melakukan ini kepadaku!"

"Sisi!" terdengar Alan berteriak dari luar kamar lalu membuka pintu dengan cepat.

Brag....

Alan membanting pintu lalu melangkah dengan marah hadapan Sisi.

"Kenapa kau ini, kalau kau tak bisa menghargaiku aku akan pergi dari hadapanmu!" teriak Sisi yang mulai muak dengan rumah ini.

"Kenapa kau harus membanting pintu?" tanya Alan dengan kesal.

"Dia yang mulai, sejak kapan ada pelayan yang boleh menyentuh wajahku!" geram Sisi sambil memegangi pipinya. "Jangan salahkan aku jika kini aku jadi berani menghadapi kalian, ya!" ancam wanita cantik itu yang kali ini berhasil membuat Alan ketakutan.

"Baik, aku akan meminta pelayanku lebih sopan kepadamu, tapi aku mohon bersiaplah. Kita harus pergi sekarang."

Alan lalu melangkah menuju lemarinya dan mengambil jas dan kemeja serba hitam dari dalam lembari.

"Dia kemudian melepas pakaiannya dan segera mengenakan semua baju itu, "Aku sudah siap!" seru Alan dengan lirih.

Sisi yang tak mau Alan melihat tubuhnya kemudian melangkah menuju kamar mandi dan berganti baju di dalamnya. Alan hanya tersenyum melihat tingkah wanita cantik itu dan bersabar menunggunya.

"Aku sudah siap!" seru Sisi yang beberapa menit kemudian keluar dari kamar mandi dengan pakaian yang disiapkan oleh Alan.

"Kau cantik sekali!"puji Alan dengan suara paraunya.

"Tak bisanya kau memujiku, biasanya kau selalu saja membuatku kesal!" geram Sisi lalu menggenakan sepatu.

Alan terus memandangi wanita cantik ini, rasanya baru kali ini Sisi terlihat begitu cantik di matanya. Sesaat dia menyesal tak berbuat baik pada wanita yang kini ada di depannya ini.

"Kenapa kau melihatku begitu?" tanya Sisi saat sorot matanya bertabrakan dengan sorot mata Alan.

"Tidak, memangnya salah jika aku melihatmu yang cantik ini!"

"Hemmm!" Sisi tersenyum sembil terus menatap mata Alan yang semakin tajak kearahnya.

"Jangan menggodaku atau kau akan menyesalinya!" sambung Alan yang semakin tak dapat menahan dirinya.

"Memangnya kau mau apa?" tanya Sisi yang kini lebih berani menghadapi pria kasar ini.

Alan menarik tangan Sisi dan membuat wajahnya hanya beberapa sentimeter dari wajah cantik itu.

"Lepaskan!" tolak Sisi membuat Alan semakin tak tahan dengan kecantikannya.

Brag...

Alan dengan kuat mendorong tubuh Sisi hingga mendarat di atas tempat tidur kemudian menindihnya.

"Alan, sakit!" teriak Sisi yang meronta untuk bisa lepas dari tubuh kekar pria tampan ini.

"Kau mau aku apa sekarang?" tanya Alan lalu mengecup kulit leher Sisi yang hangat.

"Alan, kita harus pergi. Kau mau kita terlambat!"

Alan tak bergeming, dia masih saja berpikir apa yang harus dia lakukan di saat gairahnya memuncak melihat wanita cantik yang mungkin saja bisa kabur ketika dia membawanya dalam acara penting para keluarga mafia ini.