Chereads / Serendipity : Between Us / Chapter 23 - My Command

Chapter 23 - My Command

Pelajaran terakhir dari sekolah swasta kenamaan Purple Winter ini memang sedikit tentram dari biasanya. Apalagi Anna yang tengah di antar Veri menuju kelasnya itu masih mencoba untuk menyeka sudut matanya.

"Sorry..." ucap Veri. Annastasia mengangguk saja agar Veri cepat pergi dari hadapannya. Satu kesalahan saja sudah membuat Anna mendapat rengkuhan paksa.

Apalagi bila sering... Selama tiga hari ini ia bahkan mencoba untuk menerima Veri yang perlu pengendalian emosi.

Hingga saat mereka melewati koridor UKS. Suara teriakan dari lantai atas membuat Anna dan Veri mendongak. Apalagi Es spontan berlari naik untuk suara familiar yang membuatnya merasa geger.

"Arkhhhh!" teriak Anna. Veri yang cepat menyusul itu membelalak tatlala Crystal tengah tidak berdaya setelah mendapat satu tamparan dari anak buahnya Veri— Raihan.

"Crystal!" Anna berlari memberondong Crystal. Ia bahkan mengerjap pelan saat kepalanya terasa pening.

"Kau gila!" tekan Veri. Anna meraung tatkala ia memeluk Crystal. Apalagi suaranya itu membuat beberapa siswa menghampiri tempat kejadian termasuk Nana yang langsung memberikan sebuah pukulan pada Raihan. Veri juga spontan melerai mereka.

"Pisahin woy!" teriak Veri. Ia kerepotan menahan Nana dan Raihan, namun anak buahnya yang datang malah melihat mereka.

Plak! Namun semua orang malah tercekat dalam diamnya tatkala Anna menampar Veri yang tidak tahu apapun.

"Jangan berpura-pura di hadapanku Veri!" tekan Anna. Ia tidak terima bila temannya pun sama diganggu oleh Veri. Selama ini, Anna diam hanya agar orang-orang di sekitarnya tetap aman.

Cukup dirinya yang Veri ganggu, namun tidak bisa bila teman-temannya pun ikut menderita di sekolah tidak sehat ini.

"Es..."

"Kamu kan yang menyuruh Raihan untuk melakukan ini pada Crystal!" tekan Anna. Raihan mana mungkin bertindak tanpa ada yang menyuruhnya.

"Es, aku—"

"Yah... Memang dia," ucap Nam Taemin. Semua orang memusatkan atensi pada pria yang akan berlapang dada ini.

Ia merogoh ponselnya hingga memutar sebuah rekaman suara Veri yang meminta Raihan untuk menampar Crystal sebab ia tidak menyampaikan pesannya pada Abna bahwa ia akan menjemputnya.

Namun itu sudah beberapa hari lalu, Raihan pun baru masuk sekolah kemudian Veri keburu lupa.

"Enggak Es, dengar..."

"Jangan mendekat!" tekan Anna. Veri yang baru akan meraih lengan Anna itu nampak ganar dan bingung harus berkata apa selain mengusap wajah sebab ia pun lupa membatalkan perintahnya pada Raihan yang hanya mengikuti apa yang ia katakan.

Veri menarik kerah Nam Taemin yang langsung mengangkat lengan.

"Dari mana kau mendapatkan rekamannya!" tekan Veri.

"Aku mendengar sendiri, jadi kurekam sebab Crystal pun adalah temanku," sahut Nam Taemin. Nana mengangkat tubuh Crystal yang kehilangan setengah kesadarannya. Di mana Anna mendorong Veri dengan berani sampai membuat Veri melepaskan kerah Nam Taemin.

"Kaja... Nam Taemin—a," ucap Anna.

*Kaja (Ayo pergi)*

Mereka berempat pergi dari lantai kosong serta tidak berguna yang membuat Veri mengusap wajahnya. Emosi tiba-tiba saja mengguar hebat sebab ia baru saja mendapatkan hati Annastasia.

"Apa-apaan ini, sialan!" umpat Veri.

"Bubar!" bentaknya. Ini menjadi sebuah berita menarik bagi beberapa siswa yang perdana sekali melihat Veri di gampar Annastasia.

Wanita yang selalu merunduk tiap melihatnya itu dengan gagah berani memberikan pukulan telak hingga membuatnya merasa syok.

Memang sedari dulu Veri tidak pernah bermain dengan teman-temannya. Ia tahu Anna selalu baik-baik saja bila ia hanya menganggu dirinya. Namun Anna juga pernah marah besar seperti ini saat dulu ia menuntut Pak Steven.

"Kenapa kau melakukannya di sekolah Raihan!"

"Crystal sedari kemarin mengikutiku Bos, aku tidak tahan," ucap Raihan. Veri mengusap surainya frustasi. Raihan bahkan menamparnya untuk kedua kali, tepat di hadapan Annastasia. Veri lantas merogoh ponselnya yang berdering. Menghela napas tenang, ia tidak boleh emosi.

"Temui Ayah, aku sudah mengabaikannya tiga hari lebih," ucap Veri. Raihan mengangguk kemudian lekas berlalu sembari menyeka sudut bibirnya. Ia harus memberi pelajaran pada anggota baru— Nana. Yang berani-beraninya memukul.

Mungkin saja karena Nana menyukai Crystal? Raihan harus mengujinya agar ia bisa dipercaya ketika masuk ke dalam timnya.

***

Nam Taemin mengorek telinga tatkala suara Anna dan Mey mendenging di telinganya. Crystal sebagai pasien saja memijat pelipis saking pusing mendengar raungan kedua temannya.

"Anda tidak akan menindak lanjuti ini?" desak Bayu.

"Raihan adalah teman Veri, tentu sulit... Yang ada nantinya, Crystal bisa keluar sekolah karena membesar-besarkan masalah tanpa ada bukti konkret," jelas guru Dinda.

Nana mengusap wajah saking ia tidak tahan dengan sekolah sakit ini. Seharusnya meski anak penjabat sekalipun ia harus mendapat hukuman.

"Istal... Istal..."

"Crystal!" bentak Crystal. Kenapa pula Anna memanggilnya dengan sebutan Istal sembari sesegukan begitu. Terdengar malang sekali jadinya.

"Kamu kayak kehilangan Ibu tahu," ledek Nana.

"Huwaaa, Istaal..." rintihnya. Anna menaikan volume isakan hingga memeluk Crystal yang malah jadinya tidak kuat juga menahan bulir yang sedari tadi ia tahan.

Tidak perlu seheboh ini apalagi Anna mungkin akan semakin kesulitan nanti sebab ia sudah menampar Veri. Apalagi tatkala bunyi bel pertanda berakhirnya aktivitas di sekolah.

"Ayo pulang," ucap Nam Taemin cepat. Ia menarik Anna walau wanita tersebut masih betah memeluk Crystal.

"Ya! Nam Taemin!" bentak Anna. Bisa-bisanya ia diseret manusia blasteran ini dan Nana pun tidak mencegahnya.

Apalagi Anna tercekat tatkala Nam Taemin menarik raganya kasar menuju ruangan kosong di sebelah UKS. Dengan cekatan menyudutkan Anna di dinding hingga membekapnya. Tidak lama kemudian terdengar suara langkah beberapa orang.

"Anna di mana?" tanya Veri.

"Sudah pulang... Dengan Nam Taemin," sahut Bayu. Anna melebarkan manik tatkala Bayu secara terang-terangan mengatakan kemana dan bersama siapa ia pergi.

"Telepon Henry, jaga gerbang... Cepat!" ucap Veri. Tubuh Anna tiba-tiba saja bergetar. Apa yang sedang Veri lakukan hingga ingin mencegahnya untuk pergi.

"Bilang pada pak Steven untuk tidak pulang dulu," titahnya lagi. Anna spontan mencoba melangkah walau Nam Taemin malah menekan bahunya.

Apalagi Anna berontak kecil hingga mengerang untuk menunjukan keberadaanya pada Veri agar ia tidak perlu menganggu Ayahnya. Namun Nam Taemin malah menekan bekapan hingga kepala Anna terasa pening saking tersudutkan nya dirinya.

"Dagchyeo... Babo!" bisik Nam Taemin.

*Dagchyeo Babo! (Diam bodoh!)*

Annastasia malah menginjak kaki Nam Taemin sampai pemiliknya meringis tertahan. Apalagi setelah merasa bahwa Veri pergi hingga Nam Taemin menjauhkan raganya. Anna mencoba berlari keluar hingga pergulatan kecil terjadi.

"Veri! Aku di si—" Nam Taemin yang membekap Anna kembali itu membenturkan tubuhnya kasar sebab Anna benar-benar tidak bisa diatur.

"Nae mal deuleo... Anna— ssi."

"Nae mal deuleo!" bentaknya. Anna yang tengah memberontak kecil mencoba untuk terbebas dari Nam Taemin ini berhenti hingga napasnya tersegal.

"Nae mal deuleo... Jamkkan," lirih Nam Taemin.

*Nae mal deuleo (Dengarkan aku)*

*Jamkkan (Sebentar)*

Keduanya mencoba mengatur napas, termasuk Anna yang menatap lurus dada Nam Taemin dengan maniknya yang melebar. Nam Taemin melepaskan perlahan belapan yang ia lakukan pada Anna.

"Ayahku... Tidak boleh terkena masalah..." ucapnya.

"Ara..." sahut Nam Taemin.

*Ara (Tahu)*

Anna mendongak pelan hingga ia spontan memejam sebab tersadar bahwa Nam Taemin yang merunduk itu ternyata berada tepat di atas pucuk kepalanya.

"Kau bilang akan menjelaskan sesuatu, namun tidak juga..." ucap Anna. Nam Taemin masih mengatur napasnya sebab barusan memang termasuk tindak kekerasan kemudian terlalu emosional memang.

Saking takutnya ketahuan atau rencana mereka pada akhirnya terbongkar. Ia sampai membanting tubuh Anna hingga menyudutkannya.

"Mianhae Anna— ssi... Belum waktunya."

"Lalu bagaimana bisa aku memahami ini Nam Taemin!" tekan Anna. Ia kini memberanikan diri mendongak pada Nam Taemin yang belum juga beranjak ataupun mundur selangkah.

"Sudah kubilang untuk mengikuti alurnya saja Anna— ssi."

Nam Taemin melawan tatapan Anna yang menekannya untuk cepat mengatakan apa yang tengah mereka lakukan. Menganggu Veri di masa-masa periode akhir mereka sekolah itu sungguh sangat tindakan yang ceroboh.

"Sirheo!" sahut Anna.

*Sirheo (Tidak mau)*

Ia mendorong tubuh Nam Taemin dengan tatapan kesalnya. Lekas berlalu dengan meraih kenop pintu walau lagi-lagi Nam Taemin mencegahnya dengan mendorong pintu perlahan.

"Aku... Membutuhkanmu untuk bisa secepatnya kembali ke Korea Anna— ssi."

"Nae samu aniya!" sahut Anna.

*Nae samu aniya (Bukan urusanku!)*

Anna menepis lengan Nam Taemin yang menghalangi pintu. Di mana tubuhnya terasa melayang sebab Nam Taemin menariknya. Anna membelalak tatkala hidungnya terbentur dada Nam Taemin yang tiba-tiba saja Merengkuhnya.

"Aku harus secepatnya bertemu Kim Minji... Tolong aku Anna— ssi."

Cukup sudah! Anna muak dengan orang-orang yang tidak menghormatinya. Ia mendorong hingga memberikan tamparan mutlak pada Nam Taemin yang tidak bergeming.

"Kukembalikan uangmu secepatnya... Menjauh dariku, Nam Taemin!"

To Be Continued...