Chereads / U-Watch Project (Pindah Publikasi) / Chapter 2 - Kisah Bermula ii

Chapter 2 - Kisah Bermula ii

Code 'Blash' dan 'Hits'

***

"Tidak mungkin!"

Napas Profesor tercekat melihat data di layar monitor, angkanya berubah secara acak dalam kecepatan luar biasa. Tak jauh darinya tabung kaca berisi objek penelitian bergoyang dan menyala-nyala, objek di dalamnya tidak berbeda jauh. Bulatan sebesar bola kasti bergejolak dengan cepat, semakin lama seolah ingin memisahkan diri.

131-451-1 | 1-117-5

Layar monitor mati mendadak setelah menampilkan dua angka berlawanan, dua bola melayang di dalam kotak kaca. Percikan kecil terlihat diantara keduanya, menyebabkan keheningan.

Segala perabotan di ruangan itu mati seketika, ditambah keanehan terjadi di pandangan Profesor. Hitam-Putih hanya itu yang dilihatnya, tubuhnya sendiri terasa kaku seolah membeku, anehnya dia masih sadar dan menyaksikan semua itu.

"Lu-luar biasa,..."

Profesor berdecak kagum, dia sendiri tidak percaya akan mengalaminya sendiri. Fenomena yang hanya bisa terjadi ketika titik 'Nol' molekul bertemu dan membelokkan ruang dan waktu, konsep teori 'Pause Zone'. Sungguh pemandangan luar biasa, selama ini belum ada manusia yang mampu menciptakannya. Kini Profesor berbangga diri menyaksikan sekaligus merasakannya secara langsung. Meskipun sensasi 'Pause Zone' hanya sesaat, ini merupakan pengalaman seumur hidup baginya.

....

Asap hitam merembes keluar dari kotak kaca, tempat objek itu berada. Kilatan cahaya juga ikut muncul berbarengan, detik itu juga seisi ruangan menjadi gelap gulita. Anehnya Profesor masih bisa melihat kedua objek yang melayang, entah kapan keduanya keluar dari kotak. Warnanya begitu kontras, Hitam dan Putih seakan tidak peduli dengan kegelapan di sekitarnya.

Kedua bola itu bergejolak, bentuknya menjadi abstrak dan mengeluarkan selaput tipis seiras dengan warna mereka. Bola hitam melesat seolah dilontarkan dari tempatnya, nampaknya gravitasi tidak berlaku baginya. Saking cepatnya Profesor tidak mampu mengikuti, suara benturan terdengar tidak jauh darinya.

Bola hitam tumbuh runcing bak duri landak, sementara bola putih membentangkan sisi-sisinya menjadi poligon layaknya perisai. Tepat di depannya, dua benda aneh berbeda warna saling beradu.

<"Kenapa kamu melindunginya?"> Lagi-lagi Profesor dibuat terkejut, telinganya mendengar suara keras, bukan gema orang berteriak melainkan nada kasar dan penuh emosi. Anehnya tidak ada siapapun selain dirinya seorang.

Selagi Profesor berusaha mencerna kejadian aneh pada dirinya, -tidak- tepatnya di ruangan itu. Bola hitam bergejolak lagi, dia memanjang seolah ingin membelah diri. Seolah tidak ingin tinggal diam, Bola putih melakukan hal serupa dan keduanya kembali berbenturan.

....

"Aku tidak percaya ini, i-ini tidak mungkin terjadi!"

Profesor semakin dibuat bingung, kali ini bukan bola aneh lagi yang dilihatnya. Melainkan Dua buah siluet yang saling beradu. Entah dari mana asal keduanya, Profesor hanya bisa menarik kesimpulan jika keduanya merupakan perwujudan dari objek tadi.

Sepertinya dia baru saja menciptakan sesuatu yang luar biasa. Profesor yakin bila dua unsur alam yang dicarinya sudah bertemu dan berhasil dijadikan bahan, dua unsur alam semesta saling bertolak belakang namun saling bersinggungan. Satu hal yang menjadi pertanyaan, mengapa keduanya seolah memiliki kepribadian, terlebih sepertinya saling bertolak belakang. Apa pun itu, biarkan waktu yang menjawabnya! Masalah terbesar ada di hadapannya saat ini.

"Bagaimana cara untuk menghentikan mereka?" Batin Profesor panik.

Kedua siluet itu masih beradu, bukan masalah berat jika ruangan ini hancur. Profesor bisa memperbaikinya lagi, tapi jika mereka sampai keluar ruangan atau bangunan dia tidak tahu harus bereaksi seperti apa. Pasalnya cara mereka berkelahi bisa dibilang ekstrem, tidak cukup beradu pukulan atau tendangan. Senjata tajam seperti pedang dan peluru bisa keluar sesuai keinginan mereka, tidak heran jika ledakan kecil bergema di telinga Profesor. Anehnya, tidak ada satu pun kekacauan yang terdengar dari luar, bahkan serangan nyasar nyaris tidak ada yang menembus tembok atau pun kaca.

Hal ini dinilai wajar bagi Profesor, Dua makhluk di depan Profesor sendiri merupakan perlawanan dari hukum alam, tidak di pungkiri jika mereka bisa menciptakan kekacauan seperti ini. Beruntungnya dia sudah memasang alat khusus. Benda itu dinamakan 'Re-creation', alat dengan program untuk menyimpan data kejadian di ruangan itu hingga mampu mengembalikan ke keadaan semula.

<"Ku tanya lagi, kenapa kamu melindunginya?">

Suara kasar kembali bergema, kali ini Profesor mengamati dengan saksama. Suara itu bukan diucapkan, tapi di transfer langsung melalui gelombang otak, mungkin kalian mengenalnya dengan istilah 'Telepati'. Prosesnya hampir sama dengan sambungan telepon atau radio, bedanya frekuensi yang digunakan langsung mengarah ke otak, lebih tepatnya pesan syaraf.

<"Ma-maaf,... ini adalah keputusanku.">

Kali ini suara halus terdengar, suaranya lembut namun terkesan berwibawa. Getarannya terasa seolah menahan emosi, entah apa itu yang jelas Profesor memahami satu hal, keduanya sedang berselisih.

<"Kumohon, kembalilah!">

<"Jangan bermimpi bodoh!">

Keduanya kembali beradu, kali ini Profesor mendengar samar-samar suara halus itu lagi. Kurasa tidak hanya dia, tapi keduanya saling berbagi emosi, sampai-sampai irama yang didengar seolah mengiringi.

<"Aku tahu, kita ini adalah satu. Bahkan kita lahir dan hidup bersama-sama, hingga saat itu.... Tapi, semenjak saat itu kamu berubah bahkan mengacuhkan ku. Dimana dirimu yang dulu berada?!">

<"Konyol sekali, tahu apa kamu tentang diriku!">

<"Segalanya ... Aku tahu segalanya tentangmu, luar dan dalam. Kita memang terlahir berbeda, tapi kita itu saling mengisi. Tanpamu tidak akan ada aku, begitu sebaliknya.">

Profesor kini yakin, sejak tadi dia berusaha untuk membedakan keduanya. Menurutnya, Suara halus yang didengarnya adalah bayangan putih, sementara suara kasar itu bayangan hitam. Kemampuan keduanya tidak berbeda jauh, hanya unsur mereka yang berbeda. Profesor bagai melihat minyak dan air, dua zat berbeda namun memiliki kesamaan unsur bahkan bisa dikatakan mereka itu sinkron.

<"Sebab itu, kembalilah! Kembalilah seperti dulu lagi.">

Hening sejenak sebelum tawa bayangan hitam meledak, suaranya melengking begitu keras. Mungkin karena langsung memasuki syaraf, bukan merambat melalui udara membuatnya begitu memekakkan telinga.

<"Tahu apa kamu tentang ku! Aku akui bualanmu itu bagus sekali, tapi satu hal..., inilah aku yang sesungguhnya, apa yang kamu lihat itu bukan diriku yang sebenarnya.">

<"Kalau begitu! Aku akan menghentikan-mu.">

<"Coba saja kalau bisa.">

Keduanya masih saja beradu tanpa peduli pada sekitar, satu hal yang menjadi sorotan, yakni sekitar kotak kaca dan Profesor tidak mengalami kerusakan sama sekali. Merasa ada yang aneh dengan benda itu, dia berjalan perlahan mengendap-endap. Dua buah bola se-ukuran kelereng berada di dasar tabung. Keduanya memiliki warna kontras, meski redup Profesor bisa menebak benda apa itu.

<"Sialan! Apa yang coba kamu lakukan!"> Melihat tingkah Profesor, bayangan hitam segera melayang. Dia berniat untuk menikam Profesor dengan lengannya yang diruncingkan, Crashhh....

<"A-apa yang kamu lakukan."> Bayangan hitam terkejut, bukan Profesor yang dia serang, melainkan Bayangan putih. Dia berdiri melintang berusaha menghalangi, benar saja dadanya tertikam benda tajam itu. Dia terbatuk, lengan hitam tajam menembus dada kirinya.

<"Bukankah aku sudah bilang, akan ku lindungi apa yang ku percaya.">

Asap hitam mengepul, lengannya tercabut seketika dan kembali normal. <"Menyingkir dari sana"> Gertak bayangan hitam.

Bukannya menyingkir bayangan putih malah merentangkan kedua tangannya, dia memposisikan dirinya layak perisai hidup meski tubuhnya bergetar.

Hal itu membuat bayangan hitam geram, <"Dasar keras kepala! Akan ku habisi kalian berdua sekaligus."> Pisau di tangannya memanjang layaknya pedang, pedang itu berayun berniat untuk menebas keduanya sekaligus.

Doorrr....

Suara pistol mengejutkan bayangan hitam dan putih, rupanya Profesor diam-diam mengambilnya dari laci meja. Dada bayangan hitam kini berlubang karenanya, menyebabkan gerakannya terhenti.

<"Kurang ajar! Akan kuhancurkan---"> celetuknya, bayangan hitam mencoba untuk menebas lagi.

Kali ini bayangan putih yang menghalangi, dia menangkap pedang bayangan hitam dengan tangan kiri, <"Sebelum itu, langkahi dulu aku."> Ucapnya. Tangan lain yang bebas ditekan ke perut bayangan hitam, energi putih berkumpul menyebabkan telapak tangannya bersinar, gumpalan energi itu segera bertolak menimbulkan ledakan kecil.

Boommm.... Bayangan hitam terhempas beberapa meter, perutnya terlihat berlubang.

<"Sial ... Sial ... Sial ..."> Teriaknya kesal, dia berdiri dengan sempoyongan.

Lubang di tubuhnya bergejolak, bersamaan kelereng hitam mengeluarkan asap hitam. Benda itu mengalir seolah terserap, perlahan luka di tubuh bayangan hitam kembali normal, asap itu kembali ke tempat semula. Hal ini, juga terjadi pada bayangan putih, luka tusukan dan goresan di tangannya lenyap. Bedanya hanya pada energi yang mengalir dari bola itu.

Profesor yang diam-diam mengamati menemukan hal menarik, selain itu dia juga berhasil mencari solusi untuk menghentikan kekacauan ini. Satu hal yang pasti, dua kelereng itu adalah inti sekaligus sumber energi bagi mereka. Profesor menautkan kedua bibirnya ke atas, dia memikirkan sebuah rencana.

"Jika begitu, rencana ini pasti berhasil... tapi,---" Profesor membenarkan kaca matanya, dia melirik tajam bayangan hitam. Makhluk itu pasti tidak akan membiarkannya menyentuh benda itu, melihat dari reaksi sebelumnya.

<"Hei, T-tu---. Hei, manusia."> Panggil bayangan putih. Meskipun dia tidak memiliki wajah, Profesor mampu membedakan suara yang masuk ke syarafnya, ditambah makhluk itu sekarang menoleh seolah menatap Profesor.

<"Tidak usah pedulikan dia, kamu fokus saja. Aku pasti akan melindungi-mu."> Lanjutnya.

<"Apa yang kalian bicarakan? Kalian pasti membicarakan ku ya."> Bayangan hitam berjalan sedikit sempoyongan, bukan karena dia lelah- dia hanya terkejut karena tidak menduga akan terluka. Sepertinya bayangan hitam terlalu percaya diri, meski percaya diri itu perlu- tapi jangan berlebihan ya.

<"Lakukan saja apapun itu. Aku yakin, kamu pasti sudah memikirkannya. Benar kan?"> Bayangan Putih tidak menanggapi bayangan hitam, dia mengacuhkan dan malah berbicara dengan Profesor.

Profesor sebenarnya tidak begitu paham apa maksud bayangan hitam, tapi karena koneksi pikiran dilakukan seolah membuatnya mengerti. Isi kepala Profesor memutar pemikiran sebelumnya, rencana yang sempat dia susun. Secara spontan Profesor mengangguk.

Bayangan hitam naik pitam karena diabaikan, dia mengalirkan energi hitam dan membentuk menjadi bola kegelapan.

<"Kalian! Berani-beraninya mengacuhkanku, akan ku buat kalian membayarnya."> Teriaknya sambil melempar bola itu.

Profesor panik melihat bola kegelapan melaju cepat, refleknya tidak cukup untuk menghindar, meskipun berhasil menghindar tetap saja akan kena dampaknya. Bayangan putih mengalirkan energinya, dia menciptakan perisai tipis di depannya. Bola itu meledak saat mengenai perisai.

<"Tenang saja,..."> Profesor menangkap dirinya baik-baik saja, <"Aku kan sudah bilang akan melindungi-mu.">

Profesor tersenyum mendengar ucapan itu, entah mengapa dia merasa senang, ada kehangatan dibalik ucapan bayangan putih. Sementara bayangan hitam merasa sesak di dadanya, entah apa itu- dia merasa tersakiti dan amarahnya semakin memuncak, keinginannya untuk menghancurkan bertambah.

Kini tidak ada alasan baginya untuk kembali, harapan agar keduanya bersatu semakin kecil.

....