Angga beralih dengan segera kembali ke mobilnya kemudian dengan segera melajukan kendaraan beroda empat itu untuk mengejar taksi yang ditumpangi oleh Kirana.
Tadi, saat Angga berniat untuk menyusul Kirana, seorang perempuan yang tiada lain adalah sekretaris Amira itu datang menghampiri Angga dan menerobos masuk hingga tubuh Angga kembali masuk ke dalam ruangan tersebut.
Saat Angga hendak segera pergi dari sana perempuan itu malah mengalungkan tangannya di leher Angga sembari menatap pria itu dengan tatapan mengoda dan sensual.
Angga tak paham apa maksud dari perempuan itu karena seingatnya sejak ia bersama dengan Amira, Sekretarisnya itu adalah sosok perempuan yang begitu terlihat polos dan begitu setia pada Amira.
Bahkan ini adalah kali pertamanya Angga mendapati sekretaris Amira berpakaian seketat itu. Terlebih perempuan itu berani memulai terlebih dahulu untuk mengecup dan menempelkan bibir mereka.
Pikiran yang dihantui oleh rasa panik itu membuat Angga semakin menginjak gas mobilnya. Tak peduli jika begitu banyak klakson dan ujaran ketidaksukaan yang ia terima karena yang ada di pikirannya saat ini adalah bisa membawa Kirana kembali padanya.
Ia harus menjelaskan semuanya pada Kirana!
Sementara itu, Kirana tak ada henti-hentinya menoleh ke belakang saat menyadari mobil Angga kini menutupi taksi yang ia tumpangi.
"Pak, kumohon lebih cepat lagi! Jangan biarkan mobil di belakang menyusul kita!"
Kirana kesal, Kirana juga takut jika Angga sampai menghadangnya. Entah kenapa ia malah memiliki prasangka jika pria itu akan melakukan sesuatu yang buruk padanya setelah Kirana tak sengaja memergoki Angga dengan perempuan itu.
Selain itu, perasaan kecewa yang begitu besar untuk Angga juga semakin tertanam di benak Angga. Ia tak menyangka jika Angga ternyata memang tak berubah sedikitpun, bahkan pria itu lebih brengsek dari sebelumnya.
Jika seperti ini, tak hanya demi kebaikan hatinya, demi kebaikan hati Amira juga, Kirana sepertinya diharuskan untuk segera melaporkan hal ini kepada Amira. Perempuan itu harus bisa membuat Amira membatalkan pernikahan Angga dengan Mommy-nya apapun yang terjadi..
CIT!!
Napas Kirana tercekat saat tubuhnya terdorong ke depan akibat supir taksi yang ditumpanginya mengerem mendadak. Hal itu dikarenakan oleh mobil Angga yang tiba-tiba menghadang jalan mereka. Untung saja keadaan jalan di tempat yang mereka lewati saat ini lebih sepi dari sebelumnya
"Pak, terima kasih atas tumpangannya!" Melihat Angga mulai keluar dari mobil yang dikendarainya, Kirana dengan segera memberikan supir taksi itu dengan beberapa lembar uang yang sekiranya cukup untuk membayar uang sewa taksi tersebut.
"Nona, tapi uang ini lebih--"
"Ambil saja, Pak!" sahut Kirana kemudian dengan segera keluar dari taksi tersebut.
Angga yang melihatnya tentu dengan segera mempercepat langkahnya menghampiri Kirana. Langkah kakinya yang lebih jenjang daripada Kirana membuat pria itu berhasil menahan bahu Kirana yang terlihat begitu panik.
"Kirana tunggu, jangan--"
PLAK!
Sebuah tamparan panas nan keras mendarat di pipi Angga hingga membuat wajah pria itu menoleh ke samping.
"BERANI-BERANINYA KAU MENAMPAKKAN WAJAH BRENGSEKMU ITU DIHADAPANKU!" pekik Kirana lantang.
Angga terdiam selama beberapa saat membuat napas Kirana yang memburu terdengar dengan jelas di telinganya.
"Kau tahu?! Aku tak akan segan-segan mengatakan apa yang kulihat tadi di ruang kerja Mommy! Aku akan membongkar semua kebusukanmu di hadapan Mommy hingga jangakan untuk masuk ke dalam kehidupan kami, berniat untuk menampakkan wajahmu pun kau akan malu!"
Kirana mendorong dada Angga, kemudian membalikkan badan untuk segera pergi dari sana. Sayangnya, belum sempat hal itu terjadi, Angga telah terlebih dulu menahan tangannya kemudian menariknya dengan kencang hingga dadanya bertubrukan dengan dada bidang milik Angga.
Dengan jarak sedekat itu yang sampai bisa membuat Kirana merasakan napas hangat Angga yang menerpa wajahnya, Kirana tentu bisa melihat bekas tamparannya yang terlihat jelas di wajah Angga. Sekelebat rasa bersalah menghampiri Kirana, tapi saat kembali mengingat kebrengsekan Angga yang ternyata tak kunjung hilang, Kirana memilih untuk memberontak dan melawan agar bisa lepas dari dekapan erat Angga.
"Lepaskan aku, Kak! Aku sudah mengatakan padamu sebelumnya untuk tidak menyentuhku lagi, kan?!"
"Kirana, dengarkan aku." Angga menatap Kirana lekat. "Apa yang kau lihat itu adalah sebuah kesalahpahaman. Aku tidak pernah mengira bahwa hal itu akan terjadi. Dia tiba-tiba datang kemudian--"
"Jadi kau ingin mengelak dengan menjadikan perempuan yang kau ajak bercumbu itu sebagai kambing hitam? Apa kau kira aku sebodoh itu hingga kau bisa membohongiku dengan begitu mudah?!"
Kirana berdecih. Sorot ketidaksukaan yang begitu ketara terpancar jelas di wajahnya. Memperlihatkan betapa tak sukanya Kirana dengan sosok pria yang ada di depannya.
"Sia berada di ats meja, dia duduk layaknya sebagai penerima, bukan pemberi! Aku yakin kaulah yang memulai semuanya! Aku sudah dewasa aku jadi tahu, tidak usha mengelak lagi, Kak!"
Angga menggelengkan kepalanya kuat. Pria itu kemudian menarik tangan Kirana untuk ikut bersamanya.
"Ck! Lepaskan! Apa yang kau lakukan, huh?! Sudah kukatakan untuk tidak menyentuhku lagi! Aku tidak sudi bersentuhan dengan pria sebrengsek dirimu kau tahu?!"
Angga tak peduli, pria itu terus menarik Kirana untuk ikut masuk ke dalam mobil. Bahkan saat Kirana semakin memberontak, Angga yang tak punya pilihan lain pun lantas mendorong tubuh itu membuat suara ringisan terdengar keluar dari bibirnya.
Kemudian, dengan cepat Angga berlari mengitari mobilnya kemudian ikut masuk ke dalam mobil. Kirana terlihat berusaha untuk membuka pintu mobil yang telah dikunci oleh Angga, bahkan beberapa kali terlihat memukul-mukul kaca dan berteriak kencang berharap seseorang membantunya.
"Dasar brengsek! Kau akan membawaku kemana, huh?! Apa kau akan membawaku ke suatu tempat agar kau bisa melakukan hal maksiat kepadaku?! Jika hal itu terjadi, aku tidak akan segan-segan untuk memecahkan kaca jendela mobil ini dan keluar dari sana agar jika aku mati kaulah orang pertama yang akan menjadi tersangka!"
Angga menatap Kirana dengan tatapan sulit diartikan. Melihat tetesan air mata yang membasahi pipi perempuan itu membuat hati Kirana sedikit tercubit. Namun, ia tak bisa berbuat banyak.
Tanpa bukti sedikitpun, Kirana tak mungkin pernah percaya dengan apa yang ia katakan tak peduli walaupun pria itu sudah berusaha mengatakan kebenaran hingga mulutnya mengeluarkan buih.
"Kubilang lepaskan aku, Kak! Biarkan aku pergi! Aku tak ingin bersamamu lagi, aku tak ingin terkena masalah lagi! Tapi kenapa kau begitu jahat padaku?! Apa semua ini kau lakukan agar aku tak mengatakan semuanya kepada Mommy?!"
Angga tak memedulikan ucapan Kirana. Pria itu lantas melajukan mobilnya dengan suara isak tangis Kirana yang semakin menjadi-jadi.
Dalam benaknya, Angga tak pernah takut jika Kirana mengadukan semua ini pada Amira. Angga lebih takut Jika Kirana malah mengiranya semakin brengsek dari sosok Angga yang perempuan itu kenal dulu.