Nisa menghembuskan nafasnya pelan saat mendengar sekilas lirik yang dinyanyikan Daffa. Dengan lambat tapi pasti Nisa mulai berjalan pelan menuju ke arah Daffa.
Biasanya orang yang patah hati kamarnya pasti berantakan melebihi kapal pecah. Namun tidak untuk kamar Daffa entah kenapa kamar itu terlihat rapi sekali. Dinding berwarna Abu-abu itu begitu menyita perhatiannya. Namun sebuah bingkai foto kecil yang ada di nakas samping tempat tidur Daffa. Itu ... itu foto saat pensi dimana Daffa menembaknya.
"La, udah Kakak bilang kan jangan kesini dulu. Kakak perlu istirahat."
Nisa menahan napasnya saat suara Daffa terdengar di telinganya. "Daf..."
Daffa yang sedang memainkan senar gitarnya seketika menghentikan aktivitasnya. Perasaan Daffa mulai aneh entah karena apa saat mendengar suara yang begitu familiar.
"Sejak kapam kamu manggil aku gak pakai embel-embel 'Kak', La?"
"Ini gue Daf, Nisa."