Pembelajaran selanjutnya adalah praktikum di laboratorium IPA, mereka sedang mempraktikan reaksi redoks.
Masing-masing dari mereka dibagi menjadi beberapa kelompok, dan kelompok dibuat berdasarkan tempat duduk. Untungnya Dalfon yang biasanya tertidur sekarang mau bekerja di kelompoknya.
Sekelompok dengan Raka malah membuat Kalani tidak fokus dengan praktiknya, seperti saat ini ketika Selena sudah berkali-kali memanggilnya tapi tidak kunjung menengok.
"Kalani, Lani!" Selena menyenggol kaki Kalani yang ada disampingnya.
Kalani terkejut dan langsung menengok ke arah Selena, "Apa?"
"Bantuin!"
Barulah Kalani membantu Selena dengan memegang botol reaksi.
"Pegang dulu! Aku disuruh Bu Asti ke laboratorium sebelah buat ambil bahan."
"Oh oke." Kalani menggantikan tugas Selena disana.
"Selena." Raka memanggilnya saat sudah sampai didepan pintu.
"Apa Ka?"
"Ikut ya?"
Selena mengangguk sebagai jawaban dari pertanyaan Raka.
Letak laboratorium yang satu berada agak jauh dengan laboratorium utama, ada di lantai tiga bersebelahan dengan laboratorium komputer.
Mereka harus naik kelantai tiga lebih dulu untuk mengambil beberapa bahan yang akan digunakan untuk praktek hari ini.
"Aku boleh tanya kan tempat-tempat disekolah ini?" Raka membuka percakapan lebih dulu.
"Boleh kok." Selena juga menanggapinya dengan baik.
Lagipula sekolah ini tidak terlalu besar, jadi Selena tidak akan menjelaskan terlalu banyak.
"Di lantai tiga ada apa aja?"
"Ada laboratorium komputer sama IPA, tapi yang IPA lebih mirip kayak gudang penyimpanan sih soalnya sudah lama nggak digunakan. Terus ada juga perpustakaan yang besar."
"Kamu suka baca buku nggak?"
"Suka banget, apalagi buku kayak petualangan gitu." Jawabnya dengan senyum yang mengembang.
"Kalau gitu kamu juga suka novel bumi series?" Raka juga semangat membahas hal ini dengan Selena.
"Suka banget, tapi yang dua buku terkahir aku belum baca."
"Di ceritanya ada Selena." Raka tertawa kecil.
"Oh iya Selena, tapi itu kan Selena punya kekuatan keren."
"Kamu juga kayaknya punya kekuatan."
Selena mengerutkan keningnya, "Kekuatan apa?"
"Kekuatan bisa buat orang bahagia."
"Hahaha itu termasuk kekuatan ya?"
Raka mengangguk, "Tentu lah. Oh iya aku boleh minta nomer kamu nggak? Tenang aja aku nggak bakal ganggu kamu kok, aku cuma mau nambah temen aja."
"Oke nggak apa-apa."
Raka menyerahkan ponselnya kepada Selena, beberapa kali Selena mengetikan angka di ponsel milik Raka. Setelah menyimpannya Selena mengembalikan kembali ponsel Raka.
"Aku coba hubungi ya?"
"Eh jangan! Hp aku lagi ada di kelas."
"Oke kalau gitu nanti aku coba hubungi."
"Iya nanti aja."
Mereka sampai di lantai tiga dengan nafas yang agak sesak. Karena gedung yang tinggi ini tidak menyediakan lift, jadi harus terpaksa menaiki tangga yang lumayan panjang.
"Capek ya?" Raka menyadari Selena kecapekan dari nafasnya yang terdengar keras.
"Bukan capek sih tapi emang aku kalau ada kegiatan dikit aja rasanya sesek gitu."
"Kamu punya riwayat jantung?"
Selena melotot kearahnya, "Hah? Emang iya apa?"
"Kan aku nanya, bukannya mendiagnosis."
"Oh iya sory."
Selena membuka lebih dulu pintu laboratorium, disana banyak sekali rak yang berisi macam-macam bahan praktek.
Dia segera mencari boks dengan nama reaksi redoks, sesuai dengan materi hari ini. Dengan bantuan dari Raka, dia bisa menemukannya lebih cepat.
"Yang ini kan?" Raka menunjukan boks besar ditangannya.
"Nah bener yang itu."
Raka hendak keluar dari lab tapi langsung di cegah Selena, "Eh tunggu dulu! Kamu harus isi daftar kehadiran." Selena menunjukan selembar kertas di tangannya.
"Oh oke."
Selena dan Raka masing-masing mengisi daftar kegiatan dulu, hal ini dilakukan karena pernah beberapa barang hilang setelah ada siswa yang meminjam alat.
"Udah kan? Sekarang boleh balik?"
Selena mengangguk padanya, "Boleh kok."
Di lantai tiga ini terasa lebih sepi dibanding lantai satu dan dua. Jika dilantai satu dan dua digunakan sebagai ruang kelas, lantai tiga hanya berisi laboratorium dan beberapa ruang lainnya yang jarang dikunjungi siswa.
"Aku bantu ya?" Selena hendak mengambil boks itu dari tangan Raka tapi segera ditolaknya.
"Eh nggak usah! Aku aja yang bawa, kamu tinggal jalan dan nunjukin jalan."
"Kan tinggal turun kebawah Ka."
"Iya tinggal turun, tapi kan laboratorium letaknya di sebelah apa aku lupa."
Selena jadi teringat saat pertama kali dia di sekolah ini, Selena juga mengalami hal yang sama. Bahkan lebih parah lagi, dia lupa jalan kembali dari kamar mandi.
Saat itu Selena sampai menelpon Kalani untuk menjemputnya. Beruntungnya Selena sejak kelas 11 selalu satu kelas dengan Kalani, dia sangat berjasa di dunia persekolahan Selena.
"Kata Dalfon, kamu juga siswa pindahan juga. Pindahan dari mana?"
"Sama kayak kamu."
Raka sepertinya terkejut dengan fakta baru Selena, "Oh ya? Terus kenapa pindah kesini?"
"Kamu juga kenapa pindah kesini?" Selena balik bertanya pada Raka, karena seja tadi saat temannya bertanya alasan Raka pindah dia tidak mau menjawabnya.
"Tuh kamu aja nggak mau jawab pertanyaan aku, jadi aku juga nggak mau jawab pertanyaan tadi." Lanjutnya.
"Aku sebenarnya ada masalah disana, masalah yang aku nggak bisa ceritain ke orang lain." Wajah Raka berubah dalam sekejap, membuat Selena merasa bersalah padanya.
"It's oke, jangan di jawab kalau gitu. Aku juga punya alasan yang sama kok, aku nggak bisa asal cerita kenapa pindah."
Mereka menghentikan pembicaraan saat akan sampai di laboratorium. Terlihat siswi disana sangat memperhatikan Raka yang berjalan bersama Selena.
"Sepertinya kamu akan jadi idola baru disini." Celetuknya sebelum masuk kedalam lab.
Raka meletakkan boks tadi di meja Bu Asti, lalu kembali ke kelompoknya bersama dengan Selena.
"Baik karena bahannya sudah ada, kita langsung praktek. Masing-masing perwakilan kelompok maju ke depan dan mengambil bahan." Ucap Bu Asti.
"Lo aja yang ambil Fon!" Kalani menyuruh Dalfon untuk maju ke depan, padahal Dalfon sendiri sedang tertidur di meja praktek.
"Lo aja ah!" Dalfon tidak mau beranjak dari posisinya sekarang, yang menjadikan mereka berdua kembali beradu mulut.
"Udah ah jangan berantem! Aku aja yang ambil." Karena tidak ingin menimbulkan keributan akhirnya Selena yang maju ke depan.
Saat sampai dimeja Bu Asti, setiap perwakilan mendapat bimbingan melakukan praktik nanti. Jadi masing-masing dari mereka akan menerima tanggung jawab atas semua kerja timnya.
Bu Asti lalu membagikan masing-masing mereka alat untuk praktek, "Terima kasih Bu." Ucapnya setelah mendapat alat dan bahan.
Dengan hati-hati Selena membawa semua alat menuju ke meja praktek.
"Dalfon Lo cowok kenapa nggak gentle sih? Kasian tuh Selena." Kalani kembali menyenggol Dalfon.
"Kenapa gue terus sih yang disalahin, tuh ada juga Raka yang nggak bantuin. Kenapa cuma gue yang dimarahin?" Dalfon protes dengannya, karena terus mengusik tidurnya.
"Kan Raka tadi udah bantu Selena dari gudang, Lo dari tadi cuma tidur doang."
"Eh gue tidur karena nunggu alat dan bahan siap kali, tenang aja ini praktek pasti gue bantu kok."
Setelah pertikaian mereka berdua membuat Selena harus membagi tugas agar tidak terjadi cekcok lagi.