My Idol is Werewolf
Chapter 19.
"Apa kalian berhasil menemukannya?"
Seorang pria yang kira-kira berusia di atas enam puluh tahun dengan rambutnya yang sedikit memutih, tengah berdiri di depan sebuah kolam yang berisikan berbagai jenis ikan. Mulai dari ukuran yang kecil, sedang sampai besar.
Pria itu menebar butir-butir makanan ke dalam kolam, seketika itu juga ikan-ikan yang sudah menunggu sejak tadi langsung berebut makanan. Pria itu terus menebar makanannya sampai satu kantung pun habis dalam beberapa menit saja.
"Apa kalian berhasil menemukannya?"
Setelah makanan ikan-ikannya habis, pria itu pun mengayunkan kakinya menuju sebuah kursi yang terdapat meja di sebelahnya dan ada sebuah payung besar dijadikan sebagai pelindung dari sinar matahari.
Ketika pria tua itu mulai duduk dan merebahkan tubuhnya di kursi tersebut, tiga orang yang sedari tadi diam sambil menundukkan kepala mulai berkata.
"Kami sudah menemukan keberadaannya, Tuan," kata pria dengan perawakan pendek dan memakai kaos lengan pendek berwarna hitam, dengan tulisan kecil di bagian belakangnya bajunya.
Pria tua itu tidak bergeming, dia sepertinya belum puas mendengar jawaban tersebut. "Lalu, yang lain bagaimana?" tanyanya, sambil memejamkan matanya.
"Keturunan itu tinggal bersama dengan Baron Magnus beserta istrinya," balas pria yang memakai topi hitam dan masker di mulutnya serta jaket hitam yang menutup tubuhnya.
Pria tua itu tidak langsung menjawab, tetapi orang terakhir mulai berkata. "Bahkan, Nicu dari Bangsa Luna pun berada di dekat keturunan itu."
Seketika pria tua tersebut tersentak, kedua jawaban sebelumnya tidak membuat dirinya penasaran, tetapi saat jawaban terakhir, dia pun menjadi antusias.
"Nicu ... Bangsa Luna ... Menarik." Pria dewasa itu mengelus dagunya, pikirannya langsung dibalut rasa penasaran dengan seseorang yang bernama 'Nicu' itu.
"Bagaimana bisa seseorang dari bangsa Luna memasuki Dunia Manusia tanpa pengawalan ketat?" tanya pria itu penasaran.
Matanya seketika membulat, bergerak ke kiri dan ke kanan baru setelah itu dia memandang satu persatu ketiga pria dihadapannya sekarang.
Pria enam puluh tahun itu bernama Liam Jordan, dia pengusaha sukses abad ini, memiliki perusahaan besar di beberapa negara. Namanya begitu terkenal di Ignea, tetapi Liam jarang menunjukkan dirinya ke publik. Dia lebih memilih menghabiskan waktu dengan bersantai sambil memberi makan ikan-ikannya.
Liam hidup sendiri, istrinya sudah tiada puluhan tahun yang lalu dan dia tidak memiliki satu orang pun keturunan. Biarpun begitu, Liam banyak memiliki orang-orang yang sangat dirinya percayai untuk mengurus perusahaannya.
Sementara itu, ketiga pria yang sekarang berada di hadapan Liam, mereka adalah, orang-orang kepercayaan Liam Jordan.
Pria yang memakai masker dan topi bernama, Mark, sedangkan yang memakai kaos pendek adalah Lucky dan yang terakhir bernama Wind. Wind adalah, orang pria terakhir yang memberikan jawaban tadi.
Liam sungguh tertarik dengan informasi yang dibawa oleh Wind karena dia mengetahui betul setiap gerak gerik dari bangsa Luna, terutama seseorang yang bernama Nicu itu.
Liam mengenal pemilik nama tersebut, yang tidak lain adalah pengawal pribadi dari pemimpin bangsa Luna. Menurut kabar, setelah Bangsa Luna musnah hanya Nicu saja yang masih hidup. Namun, keberadaannya tidak diketahui oleh siapa pun.
"Lalu, di mana dia sekarang?" tanya Liam Jordan yang tidak bisa menyembunyikan rasa penasarannya.
Wind pun tidak langsung menjawab, dia mengelah napas panjang sebelum akhirnya mulai bercerita. "Nicu sudah ada di Dunia Manusia sejak Cloud Armor diserang oleh Luciano ratusan tahun yang lalu."
Kini giliran Liam Jordan yang mengelah napasnya, "Kalau begitu, saat Bangsa Luna hancur, Nicu sudah tidak berada di sana?" tebaknya sedikit ragu.
Wind pun mengangguk pelan yang mengisyaratkan kalau tebakan Liam Jordan tidaklah salah. Wind pun menambahkan, kalau Nicu selalu berada di sisi keturunan terakhir itu.
Liam Jordan pun semakin tertarik dengan Nicu, dia pun beranjak bangun, mengayunkan kakinya menuju kolam ikannya kembali. Sementara itu Wind, Lucky dan Mark pun mengekor di belakang.
"Aku perintahkan kalian untuk mencari semua informasi tentang Nicu. Laporkan semua tentang dirinya dan apa saja yang dilakukannya selama di Dunia Manusia. Paham?" perintah Liam tegas.
Dia juga menginginkan informasi lengkap tentang keturunan itu beserta dengan Baron Magnus dan istrinya.
Ketiganya pun mengangguk serentak, "Baik Tuan!"
"Kami akan mencari tahu semua informasi tentang Nicu dan keturunan itu," tambah Lucky, yang disertai anggukan kepala dan Wind serta Mark pun menyanggupinya juga.
Liam pun tersenyum puas. Setidaknya dia memiliki orang-orang kepercayaan yang dapat diandalkan dalam segala hal, terutama mencari informasi.
"Kalian bisa pergi sekarang. Lebih cepat kalian bergerak, maka akan lebih cepat aku mengetahui semua informasi tentang mereka."
Liam pun menutup kalimatnya dan mulai mengayunkan kakinya kembali meninggalkan kolam tersebut. Wind, Lucky dan Mark pun menundukkan kepala, memberi hormat pada Liam.
Ketiganya pun akhirnya bisa bernapas lega ketika Liam sudah tidak lagi terlihat oleh netra mereka. Berhadapan langsung dengan Liam, ketiganya sulit untuk bernapas, jika pun ingin bernapas maka harus pelan-pelan.
Tidak ada yang bisa menatap Liam begitu lama, dikarenakan aura yang dimiliki pria enam puluh tahun itu begitu kuat, sehingga orang-orang yang ada di dekatnya tidak bisa berlama-lama memandang dirinya.
Mereka pun saling berpandangan satu sama lain untuk beberapa saat, tidak ada diskusi di antara ketiga. Sudah sama-sama saling memahami dan mengetahui tugas masing-masing. Baru setelah itu, mereka pergi dari sana. Tidak dengan berjalan atau mengendarai mobil atau motor, tetapi mereka pergi dengan cara berlari. Bahkan, kecepatan lari mereka melebihi kecepatan mesin kendaraan atau seekor kuda.
****
Halaman Academy School L 1485, Ludra dan Alisa pun sudah disambut oleh puluhan murid-murid di sana. Kabar Ludra yang telah kembali ke Ignea bukanlah rahasia umum lagi. Seluruh Ignea sudah mengetahui kedatangannya, terutama kabar Ludra akan kembali bersekolah membuat para gadis menjadi antusias.
Tidak sedikit dari mereka yang menjerit histeris ketika Ludra keluar dari mobilnya. Biarpun Alisa juga keturunan keluarga Famalia, tetapi dirinya tidak populer seperti Ludra.
Kepribadian Alisa yang lebih memilih tertutup dan tidak ingin banyak bergaul membuatnya tidak terlalu difavoritkan di sekolah. Ludra pun memandang adiknya yang tampak kesal. Alisa juga melipat kedua tangannya di dada, serta mengembung pipinya dan membuang pandangannya. Ludra bisa menebak kalau adiknya itu merasa tidak dianggap sekarang.
"Aku akan pergi dulu," dengus Alisa yang tidak lama kemudian mengayunkan kakinya dan pergi dari kerumunan orang.
Ketika Alisa sudah tidak di dekat Ludra, barulah gadis-gadis itu mendekati Ludra. Kepergian Alisa sama sekali tidak dianggap, malah sebaliknya mereka merasa senang jika Alisa tidak berada di sisi Ludra.
Seketika Ludra pun dikepung oleh para gadis yang sangat mengidolakan dirinya. Ada beberapa dari mereka yang bahkan sengaja membawa bunga, coklat dan beberapa hadiah lainnya untuk diberikan pada Ludra.
"Sudah cukup, terima kasih atas sambutan kalian. Terima kasih."
Ludra pun sampai kewalahan menghadapi mereka. Dia bahkan sulit untuk memegang semua hadiah yang diberikan oleh para gadis itu. Mereka berusaha untuk bisa berdekatan dengan Ludra, tidak sedikit dari mereka yang meminta foto bersama. Ludra tidak bisa menolak permintaan mereka, hasilnya dia harus terjebak di sana untuk waktu yang lama.
Tiga puluh menit berikutnya, beberapa guru pun akhirnya mendatangi Ludra. Setelah dilerai, barulah Ludra bisa bernapas lega, menghirup udara segar karena sebelumnya dia harus terhimpit oleh para gadis yang saling berdesak-desakan.