"Apa kau bilang?!"
Suara Ibu Suri Agung Park meninggi mendengar penjelasan yang diberikan Tabib Han setelah memeriksa kondisi Selir Hong. Mata tua wanita berkilat penuh kemarahan. Sementara Tabib Han hanya bisa menunduk ketakutan dibawah tatapan tajam yang diberikan Ibu Suri Agung Park.
"Hamba mohon ampun atas hal ini, Daewang Daebi Mama."
"Katakan padaku! Apa yang membuat Hong Gwi In jatuh pingsan seperti ini ?!"
Ibu Suri Agung Park menggebrak meja di depannya. Wanita tua itu tak mengharapkan kejadian buruk menimpa Selir Hong di tengah kabar bahagia yang di sebarkan para dayang dari istana tengah. Tidak, hal ini tak boleh terjadi di saat situasi genting seperti ini.
"H-hamba tak tahu pasti secara pasti apa yang membuat Gwi in Mama jatuh pingsan. Hanya saja... hanya saja, hamba tak bisa mendeteksi keberadaan janinnya. Hamba mohon ampun, Daewang Daebi Mama."
Tabib Han semakin merendahkan tubuhnya di hadapan Ibu Suri Agung Park. Tubuh pria itu bahkan gemetar ketakutan. Pria itu tak mengharapkan akan mengabarkan hal buruk pada Ibu Suri Agung Park. Tapi, lebih baik ia mengatakan kebenaran dibandingkan kebohongan. Di dalam hati, Tabib Han berharap Ibu Suri Agung Park mau mengampuninya.
Sang Ibu Suri Agung terdiam sambil mengetukkan jari – jari tangannya ke atas meja. Otaknya tengah berpikir keras mencari jawaban kenapa hal buruk seperti ini bisa terjadi pada wanita muda yang tengah terbaring tak sadarkan diri. Sungguh, ini bukanlah hal yang ia inginkan, hingga sebuah pemikiran terlintas begitu saja di kepalanya.
"Kau bisa pergi dari hadapanku Tabib Han. Tapi, jangan sampai hal ini diketahui orang istana, terlebih orang – orang dari istana tengah. Jika sampai itu terjadi, maka kau orang pertama yang akan kulenyapkan," perintah Ibu Suri Agung Park.
Masih dengan tubuh yang gemetar, Tabib Han mengangguk cepat dan bergegas pergi dari hadapan Ibu Suri Agung Park. Pria itu tak ingin berlama – lama berada di hadapan wanita tua yang tengah diliputi suasana hati yang buruk seperti ini.
Begitu Tabib Han sudah pergi dari ruangan, Ibu Suri Agung Park memanggil dayang pribadinya. Segera saja, seorang dayang yang terlihat tua masuk ke dalam ruangan, memenuhi panggilan Ibu Suri Agung Park.
"Silakan katakan perintah Anda pada hamba, Daewang Daebi Mama."
"Cari seseorang yang bisa mengawasi istana tengah atau paviliun teratai. Intuisiku mengatakan semua ini ada hubungannya dengan salah satu dari mereka."
Selesai Ibu Suri Agung Park memberikan perintah pada dayang senior tersebut, suara erangan terdengar dari arah Selir Hong yang masih berbaring lemah. Segera saja, Ibu Suri Agung Park menghentikan percakapannya dengan dayang tersebut. wanita tua itu beringsut mendekati dan memperhatikan keadaan Selir Hong yang meringis kesakitan sambil mengusap bagian perutnya.
~TQS~
Ibu Suri Min sedang minum teh bersama Ratu Heo di istana tengah, ketika Dayang Nam masuk ke dalam ruangan dan membisikkan sesuatu padanya. Seiring dengan informasi yang diberikan Dayang Nam padanya, seringai kemenangan muncul di wajah Ibu Suri Min. Raut wajah wanita itu terlihat begitu senang, hal itu tentu membuat Ratu Heo heran.
"Eomma Mama, apa ada sesuatu yang terjadi? Kenapa Anda terlihat begitu senang?"
Tawa kini terdengar dari Ibu Suri Min. Sungguh, Ibu Suri Min tak menyangka jika Surga akan mempermudah segala rencananya. Tangan wanita tua itu terangkat untuk menghapus setitik airmata yang menggenang di sudut matanya. Ibu Suri Min terlalu bahagia.
"Tentu saja aku merasa sangat senang hari ini, Jungjeon. Beberapa hari berturut – turut aku mendapat kabar bahagia. Siapa yang tak akan senang dengan hal seperti itu, Jungjeon? Surga memang sangat baik padaku," balasnya seraya menyesap kembali teh kesukaannya di iringi senyum yang terbentuk di wajah tuanya.
Perasaan tak nyaman langsung merayapi hati Ratu Heo. Wajah cantik itu kini terlihat waspada. Ratu Heo yakin ada sesuatu yang telah dilakukan Ibu Suri Min. "Jika Eomma Mama berkenan, maukah Eomma Mama menceritakannya padaku?" tanya Ratu Heo dengan nada suara sehalus mungkin.
Ibu Suri Min mengarahkan perhatiannya pada Ratu Heo. Senyum kepuasan terpatri begitu jelas di wajah tuanya. "Kabar kehamilanmu adalah yang paling membuatku merasa senang. Rupanya di tengah kebahagiaan tersimpan juga kesedihan. Pelayanku mendapat kabar jika wanita sombong itu kehilangan janinnya."
Ratu Heo tak bisa menutupi keterkejutannya mendengar kabar yang di sampaikan Ibu Suri Min. Wanita berdangui hijau itu bahkan sampai meletakkan cawan tehnya di meja. Perasaan resah dengan cepat menjalari hatinya setelah mendengar berita tersebut, terlebih melihat raut wajah Ibu Suri Min yang begitu senang, Ratu Heo tak menampik jika dirinya menaruh kecurigaan pada mertuanya atas kejadian yang menimpa Selir Hong.
"Eomma Mama, maksud Anda Gwi In keguguran?"
"Kenapa kau terlihat begitu terkejut atas berita ini, Jungjeon? Setidaknya dengan kejadian ini, kau tak perlu khawatir lagi atas pewaris takhta kelak, karena kau satu – satunya wanita yang akan melahirkan raja selanjutnya."
Ratu Heo memilih diam tak menanggapi ucapan Ibu Suri Min. Kecurigaannya atas campur tangan Ibu Suri Min pada kejadian yang menimpa Selir Hong semakin besar. Ratu Heo sedikit cemas jika masalah ini kelak akan menyeret dirinya juga. Karena Sang Ratu tahu, Selir Hong dan Ibu Suri Agung Park, tak akan tinggal diam dengan kejadian ini.
~TQS~
Airmata seolah tak henti tercurah dari kedua sudut mata Hong Kyu Bok, setelah ia siuman. Sungguh, rasa sakit yang mendera tubuhnya tak sebanding dengan sakit yang menyengat dadanya. Tangannya mencengkram kuat kedua sisi alas tidur yang di dudukinya.
Sementara itu, Ibu Suri Agung Park dengan setia menungguinya dan berusaha memberikan kekuatan pada keponakannya. Bagaimana pun, berita yang baru saja disampaikan wanita tua itu pasti membuat Selir Hong begitu terpukul.
"Aku tahu kau merasakan sakit mendalam karena kejadian ini, Gwi in. Tapi, kau tak boleh larut dalam kesedihan seperti ini. Kau harus bangkit. Bangkit dengan melawan ketidakadilan yang kau dapatkan dari wanita muda menyebalkan itu. Bagaimana pun juga, aku yakin, kondisimu ini pasti ada kaitannya dengan salah satu dari mereka."
Ibu Suri Agung Park terus mengatakan sesuatu yang bisa membuat Hong Kyu Bok terbakar dengan kemarahannya. Ibu Suri Agung Park tak ingin melepaskan tangannya begitu saja pada Kyu Bok, meski wanita asuhannya kehilangan janin yang bisa mengubah takdir miliknya dan negara ini.
Intuisinya yang begitu tajam sebagai seseorang yang puluhan tahun telah tinggal di istana, mengatakan jika ia bisa menaruh dukungan besar pada keponakannya, Hong Kyu Bok. Karena itu, tak peduli dengan kondisi Kyu Bok saat ini, Ibu Suri Agung Park, terus menguatkannya agar bisa segera pulih dan tentu saja membalas ketidakadilan ini.
"Kau harus segera pulih dan mendapatkan keadilan untukmu. Wanita itu telah merebut tahta yang seharusnya kau duduki, sekarang ia juga mengambil kesempatan milikmu untuk menjadi ibu dari raja selanjutnya. Apa kau akan terus larut dalam kesedihan dan membiarkan wanita itu memiliki semuanya, Gwi in?"
Masih dengan nafas yang tersengal, Kyu Bok mengangkat wajahnya dan menatap tajam pada Ibu Suri Agung Park. Matanya berkilat murka dengan fakta yang baru saja dikatakan Ibu Suri Agung Park. Kedua tangannya mencengkram sisi alas tidurnya semakin kuat, membuat buku – buku jarinya memutih.
Kemarahan dan kesedihan melanda hati Kyu Bok. Hong Kyu Bok semakin membenci Sang Ratu muda, Ratu Heo. Kyu Bok sangat yakin, wanita muda itulah dalang di balik kemalangan dan kesedihan yang menimpa dirinya saat ini.
"Anda tak perlu khawatir, Daewang Daebi Mama. Aku tak akan membiarkan siluman rubah itu mengambil semuanya dariku, Mama. Mohon tak perlu cemas, aku pastikan akan pulih lebih cepat dari yang bisa Anda bayangkan," balas Kyu Bok dengan nada suara gemetar karena kebencian yang mulai memuncak di hatinya.
Ibu Suri Agung Park tak bisa menahan senyuman di wajahnya. Mendengar tekad kuat Selir Hong yang begitu kuat untuk membalas dendam, wanita tua itu merasa sangat senang. Tinggal menunggu waktu hingga semua keinginannya bisa terpenuhi lewat wanita muda yang penuh kebencian di depannya.
Kepala Ibu Suri Agung Park yang berhias yongjam mengangguk cepat. Tangannya menepuk lembut punggung tangan Selir Hong yang berada dalam genggamannya. "Aku yakin kau bisa mendapatkan semua, Gwi in. Pertarungan kau dan wanita muda itu baru dimulai. Tapi, jangan berkecil hati, setidaknya kau memiliki keuntungan besar dalam hal ini. Ingat, kau memiliki hati Jusang, Gwi In. Jusang tidak akan pernah mengkhianati wanita yang memegang hatinya."