Chereads / THE QUEEN SEOHYEONG / Chapter 16 - Page 15 : Jebakan

Chapter 16 - Page 15 : Jebakan

Matahari bahkan belum menampakkan diri di langit, tapi kesibukan sudah terasa di seluruh penjuru istana. Para penghuni istana bersiap menyambut datangnya hari yang baru. Begitupun dengan seorang wanita yang tengah duduk tenang di alas duduk dan menyiapkan diri untuk berhias. Menyambut datangnya hari baru setelah hampir satu bulan penuh memilih mengurung diri dengan kemalangan yang ia alami.

Pintu ruangan yang bergeser terbuka, membuat perhatian Sang Wanita beralih. Kedua manik hitamnya menghujam dayang istana yang baru saja memasuki ruang pribadinya. Tatapan wanita itu menuntut penjelasan atas kedatangan si dayang istana yang sedikit tiba – tiba.

Seakan paham dengan tatapan tajam yang diberikan majikannya, dayang istana itu membungkuk hormat sebelum akhirnya duduk bersimpuh dihadapan wanita tersebut. dayang istana tersebut bahkan tak berani mengangkat wajahnya dibawah tatapan tajam wanita istana itu.

"Mama, hamba datang untuk memberikan informasi pada Anda," ucap si dayang istana dengan suara pelan tapi cukup untuk bisa di dengar si wanita.

"Informasi apa yang kau bawakan untukku pagi ini ?"

"Hamba mendengar dari dayang istana yang bertugas di istana tengah, jika hari ini Jeonha akan menghabiskan waktu paginya di sana setelah kembali melakukan salam pagi pada Daewang Daebi Mama dan Daebi Mama."

Sebuah seringai tercetak di kedua sudut bibir si wanita mendengar informasi yang disampaikan salah satu dayang kepercayaannya. Perlahan, wanita itu memperbaiki posisi duduk dan menopang wajah dengan salah satu tangannya. "Benarkah? Hmm apa ini sudah saatnya aku keluar dari istanaku dan melaksanakan salam pagi yang terus tertunda karena kondisiku kemarin ?"

"Jika hamba boleh memberi saran, maka ini saat yang terbaik bagi Anda untuk kembali memberikan salam pagi pada Jungjeon Mama," sahut dayang istana itu tampak mengubah posisinya yang duduk bersimpuh.

"Geurae. Apa yang kau sarankan ada benarnya. Kalau begitu, siapkan pakaian dan hiasan rambut terbaik untukku. Aku ingin menunjukkan pada wanita sombong itu jika aku bukanlah lawan yang seimbang untuk wanita muda sepertinya."

Dayang istana itu tersenyum dan menganggukkan kepala dengan cepat. Sebuah senyum tipis tercetak di wajahnya. "Hamba akan segera menyiapkannya sesuai keinginan Anda, Mama."

Tepat setelah berkata seperti itu, dayang tersebut keluar dari ruangan untuk menyiapkan segala sesuatu yang diperintahkan si wanita istana. Begitu kembali sendiri di ruangannya, wanita istana tersebut menatap cermin kuningan yang terbuka di sisi kanannya dan menyeringai. Kedua manik hitamnya memancarkan tekad yang begitu kuat.

"Jika kau pikir aku akan melupakan dan memaafkannya begitu saja, maka kau salah besar sudah bermain – main denganku, Jungjeon Mama. Aku menanti saat yang tepat untuk menggigitmu secara perlahan."

~TQS~

"Saya tak menyangka Anda berkenan menghabiskan waktu di ruangan sederhana ini. Saya sungguh tersanjung dengan keberadaan Anda di sini, Jeonha."

Ratu Heo tak bisa menampik rasa senang yang mengaliri hatinya. Pipinya yang pucat tampak merona karena ia begitu bersemangat menghabiskan waktu bersama suaminya, Raja Uiyang. Untuk menutupi pipinya yang merona, Ratu Heo sengaja menunduk saat menuangkan teh bunga untuk Raja Uiyang.

Raja Uiyang tersenyum tipis dan mengangguk pelan. "Geurae. Sepertinya aku sudah lama tak menghabiskan waktu bersamamu seperti ini. Terlebih kondisimu saat ini yang sedang mengandung, tentu membuatku harus lebih memperhatikanmu mulai sekarang, Jungjeon."

Lagi, Ratu Heo tak bisa menahan rasa bahagia yang membuncah di dadanya. Ucapan Raja Uiyang tentu membuat hatinya berdesir. Sekian lama suaminya kembali bersikap dingin setelah kedatangan Selir Hong ke istana. Ratu Heo tak pernah menyangka jika hari seperti ini akan tiba juga. di dalam hati, Sang Ratu mengucapkan rasa syukurnya pada langit.

"Saya merasa sangat tersanjung dengan perhatian yang Anda berikan, Jeonha. Saya akan sebaik mungkin menjaga calon bayi ini. Mohon Anda tak perlu cemas."

Raja Uiyang tertawa kecil untuk menanggapi ucapan Ratu Heo. Pria berjubah merah itu kemudian meraih cawan teh yang tadi telah dituang teh bunga oleh Ratu Heo. Perlahan, Raja Uiyang menyesap teh sambil sesekali menghirup aroma yang menguar.

Raja Uiyang dan Ratu Heo kemudian berbincang berbagai topik yang menyenangkan. Keduanya tampak larut dalam topik pembicaraan, hingga suara Dayang Choi di luar ruangan menginterupsi obrolan keduanya.

"Jeonha, Mama, Gwi In Mama datang untuk memberikan salam pada Anda."

Pintu ruangan terbuka dan menampilkan Selir Hong yang berdiri di ambang pintu. Dengan anggun, Selir Hong melangkah masuk lalu berhenti di depan Raja Uiyang dan Ratu Heo untuk memberikan salam hormatnya.

"Ah Kyu Bok-a, sangat menyenangkan bisa melihatmu kembali sehat seperti ini," sapa Raja Uiyang yang wajahnya terlihat begitu cerah setelah Selir Hong datang ke paviliun Ratu Heo. "Aku baru saja akan mengunjungimu setelah selesai berbincang dan menikmati teh buatan Jungjeon."

Ratu Heo merasa lehernya tercekik mendengar ucapan hangat suaminya, menyambut kedatangan Selir Hong ke paviliunnya. Senyum lebar yang tadi menghias roman cantiknya perlahan memudar saat iris cokelat tersebut memperhatikan interaksi antara Raja Uiyang dan Selir Hong. Ratu Heo tak dapat memungkiri jika suaminya sangat mencintai wanita cantik yang duduk didepannya. Sang Ratu secara diam – diam menghela nafas panjang untuk meredakan rasa sakit yang perlahan mengaliri hatinya.

"Berkat perhatian yang diberikan Jungjeon Mama, saya dapat pulih dengan sangat baik, Jeonha. karena itu, kedatanganku pagi ini untuk memberikan salam pertamaku setelah pulih pada Jungjeon Mama," tanggap Selir Hong yang tersenyum seraya menundukkan kepala ke arah Ratu Heo.

Tanpa siapapun sadar ketika Selir Hong menundukkan kepala, sebuah seringai muncul di kedua sudut bibirnya. Wanita cantik tersebut tengah mempersiapkan sebuah kejutan yang ia yakin tak akan dilupakan oleh Ratu Heo.

"Syukurlah jika kau bisa segera pulih,Kyu Bok-a. Aku sangat khawatir kau akan larut dalam kesedihan. Seperti yang sudah kubilang, kau pasti akan mendapatkan lagi kesempatan untuk mengandung putraku," ucap Raja Uiyang dengan lembut.

Mendengar ucapan suaminya, tentu membuat Ratu Heo segera mengalihkan perhatiannya pada wajah Raja Uiyang. Sungguh, Ratu Heo tak menyangka jika Raja Uiyang bisa berkata seperti itu di depannya kala Ratu Heo tengah mengandung calon anak Sang Raja.

"Jeonha, bagaimana Anda bisa berkata seperti itu di depan Jungjeon Mama yang sedang mengandung putra Anda," Selir Hong kembali menunduk bahkan sedikit memalingkan wajah untuk menutupi rasa senang saat melihat wajah masam Ratu Heo.

"Aigoo, maafkan aku Jungjeon. Aku tak bermaksud untuk berkata seperti itu di depanmu. Tolong maafkan ucapanku tadi. Aku mengatakannya semata – mata untuk menghibur Kyu Bok yang baru saja mengalami kejadian menyedihkan."

Raja Uiyang kemudian menolehkan wajahnya untuk menatap Ratu Heo yang memasang ekspresi datar setelah mendengar ucapan sang raja pada Kyu Bok. Tangan sang raja kemudian meraihnya dan menepuknya dengan perlahan.

"Aku benar-benar tak bermaksud menyinggungmu dengan ucapanku tadi, Jungjeon. Aku harap kau tak menyimpannya di dalam hati," ujar sang raja sembari tersenyum menenangkan Ratu Heo.